Jumat, 19 September 2014

Kapitalisme Baik dan Kapitalisme Jahat





(Foto: Bung Karno di Rusia) 

Banyak orang mengira bahwa ketika Tembok Berlin runtuh pada 1989, “kapitalisme” telah menang dalam Perang Dingin dan bahwa “komunisme” telah tamat riwayatnya. Ternyata, walaupun “kapitalisme”, yang didefinisikan sebagai suatu sistem ekonomi yang dibangun di atas landasan kepemilikan harta benda oleh swasta, terbukti unggul, terdapat banyak perbedaan di antara hampir 200 negara yang sekarang menganut kapitalisme dalam bentuknya masing-masing.

Kita bagi saja berbagai bentuk ekonomi kapitalis di dunia dalam empat kategori besar. Walaupun banyak bentuk ekonomi melintas keempat kategori ini, sebagian besar tergolong dalam salah satu di antaranya. Tipologi berikut ini menunjukkan mengapa ada ekonomi yang tumbuh lebih cepat daripada yang lainnya.

Kapitalisme oligarki (oligarchic capitalism) eksis tatkala kekuasaan dan uang sangat terkonsentrasi di tangan segelintir orang. Inilah bentuk terburuk kapitalisme, bukan saja karena ketidakmerataan pendapatan dan kekayaan yang ekstrem yang ditoleransi ekonomi semacam itu, tapi juga karena elite di negara bersangkutan tidak mendorong pertumbuhan sebagai tujuan sentral kebijakan ekonomi. Malah penguasa oligarkis itu membuat aturan untuk memaksimalkan pendapatan dan kekayaan mereka sendiri. Aturan semacam itu terdapat di sebagian besar Amerika Latin, Timur Tengah Arab, dan Afrika.

Kapitalisme bimbingan negara (state-guidance capitalism) adalah ekonomi tatkala pertumbuhan merupakan tujuan sentral (seperti juga dalam dua bentuk kapitalisme lainnya), tapi pencapaiannya dilakukan dengan mengistimewakan perusahaan atau industri tertentu. Pemerintah mengalokasikan kredit (melalui kepemilikan bank secara langsung atau dengan membimbing bank-bank milik swasta dalam membuat keputusan mengenai pemberian kredit, memberikan insentif pajak dan/atau subsidi langsung, memberikan proteksi perdagangan, atau menggunakan sarana regulasi lainnya dalam upaya “menunjuk pemenangnya.”

Negara-negara Asia Tenggara telah menunjukkan keberhasilan yang mengesankan dengan state-guidance capitalism yang mereka praktekkan, dan sampai akhir 1990-an bahkan ada imbauan di Amerika Serikat agar mencontoh apa yang dipraktekkan negara-negara Asia Tenggara tersebut. Kelemahan ekonomi semacam ini adalah bahwa ketika ia mendekati “perbatasan” tahap produksi (production-possibility frontier) pembuat kebijakan di negara bersangkutan kehabisan industri dan teknologi yang bisa dijadikan contoh. Ketika pejabat pemerintah dan bukan pasar yang kemudian memilih “pemenang berikutnya”, mereka menghadapi risiko memilih industri yang salah atau menyalurkan terlalu banyak dana–dan dengan begitu menyalurkan kapasitas secara berlebihan–ke dalam sektor tertentu. Tendensi semacam itu berperan cukup besar dalam mencetuskan krisis keuangan Asia pada 1997-1998.

Perusahaan Besar (Big Firm) atau kapitalisme manajerial (managerial capitalism) merupakan ciri ekonomi di mana perusahaan-perusahaan besar–sering kali disebut “juara nasional”–mendominasi produksi dan peluang kerja. Perusahaan-perusahaan kecil eksis, tapi umumnya cuma berupa perusahaan retail atau penyedia jasa dengan satu atau hanya beberapa pegawai. Perusahaan menjadi besar melalui penghematan karena skala (economy of scale) dengan menyempurnakan dan memproduksi secara massal inovasi radikal yang dikembangkan wiraswasta (yang dibahas di bawah ini). Negara-negara Barat dan Jepang merupakan contoh utama kapitalisme manajerial. Seperti state-guidance capitalism, kapitalisme manajerial juga telah menunjukkan kinerja ekonomi yang kuat.

Kapitalisme manajerial juga punya kelemahannya. Perusahaan yang birokratis umumnya alergi terhadap risiko yang besar–yakni mengembangkan dan memasarkan inovasi radikal yang menggeser “production-possibility frontier” dan menghasilkan lompatan besar produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Perusahaan Besar (Big Firm) enggan mengambil risiko bukan saja karena merupakan bagian birokrasi, dengan lapisan manajemen yang dibutuhkan untuk menolak inovasi, tapi juga enggan mendukung inovasi yang bisa membuat produk atau jasa yang sekarang mendatangkan keuntungan baginya tidak lagi laku. Menurut pandangan kami, terbatasnya ruang gerak kapitalisme manajerial menunjukkan kenyataan mengapa setelah mendekati level pendapatan per kapita AS pada akhir 1980-an, baik Eropa maupun Jepang gagal menandingi kebangkitan kembali produktivitas Amerika yang dimotori teknologi informasi mulai 1990-an.

Sekarang kita tiba pada tipe keempat: kapitalisme wiraswasta (entrepreneurial capitalism), ekonomi tatkala dinamisme lahir dari perusahaan yang secara historis telah memasarkan inovasi radikal yang terus mendorong “production-possibility frontier.” Contoh-contoh yang diperoleh selama dua abad terakhir termasuk produk-produk dan inovasi transformatif seperti kereta api, mobil, dan pesawat terbang; telegraf, telepon, radio, dan televisi; penyejuk udara; dan berbagai teknologi yang mencetuskan revolusi di bidang teknologi informasi, termasuk baik komputer mainframe maupun komputer pribadi, routers dan perangkat keras lainnya, serta perangkat lunak untuk mengoperasikannya.

Yang jelas, tidak ada ekonomi yang mampu sepenuhnya merealisasi potensinya hanya dengan beroperasinya perusahaan wiraswasta. Bercampurnya secara optimal berbagai jenis perusahaan merupakan sumber daya keuangan dan manusia yang diperlukan untuk menyempurnakan dan menghasilkan secara massal inovasi radikal beserta perusahaan-perusahaan yang baru.

Diperlukan Boeing dan pembuat pesawat yang besar lainnya, misalnya, untuk memasarkan apa yang dipelopori oleh kakak-beradik Wright, begitu juga Ford dan General Motors untuk menghasilkan mobil secara massal, dan seterusnya. Namun, tanpa wiraswasta, tidak mungkin terwujud inovasi-inovasi yang telah membentuk ekonomi dan kehidupan modern kita.

Karena itu, tantangan bagi semua bentuk ekonomi yang berupaya memaksimalkan potensi pertumbuhannya adalah menemukan percampuran yang tepat antara kapitalisme manajerial dan kapitalisme wiraswasta. Ekonomi yang sekarang memberi peluang kepada wiraswasta tumbuh dan berkembang tidak boleh berpuas diri. Negara-negara berbasis ekonomi bimbingan negara bisa terus memilih jalan pertumbuhan yang sekarang ditempuhnya, tapi pada akhirnya nanti mereka perlu melakukan transisi ke suatu paduan yang tepat dari kedua bentuk “kapitalisme baik” lainnya jika mereka ingin terus berkembang dan tumbuh dengan cepat.

India dan Cina, masing-masing dengan caranya sendiri, sedang bergerak ke arah ini. Tantangan paling berat untuk mencapai transisi serupa dihadapi ekonomi yang terbenam dalam kapitalisme oligarki. Diperlukan tidak kurang dari revolusi–idealnya tentu secara damai–untuk menggantikan elite yang sekarang mendominasi ekonomi dan masyarakat ini, yang menganggap pertumbuhan bukan tujuan sentralnya.  

*William Baumol adalah guru besar ekonomi dan direktur Berkeley Entrepreneurship Center pada New York University. Robert E. Litan adalah Vice President for Research and Policy pada Kauffman Foundation dan Senior Fellow Economic Studies and Global Economics Programs pada Brookings Institution. Carl Schramm adalah CEO dan Presiden Kauffman Foundation serta Batten Fellow Darden School of Business pada University of Virginia. Hak cipta: Project Syndicate, 2008.

1 komentar:

  1. Peluang Pinjaman Ditawarkan Oleh Mr, Lorenzo Diego yang Menyelamatkan Keluarga Saya Dari Ikatan Keuangan {mrlorenzodiegoloanfirm@outlook.com}

    Halo semuanya, saya adalah ibu tunggal Putri Adiratnaa dari Jakarta, saya ingin membagikan kesaksian yang luar biasa ini tentang bagaimana saya mendapat pinjaman dari Tuan, Lorenzo Diego, ketika kami diusir dari rumah kami ketika saya tidak dapat membayar tagihan lagi, Setelah scammed oleh berbagai perusahaan online dan menolak pinjaman dari bank saya dan beberapa credit union yang saya kunjungi. Anak-anak saya dibawa ke panti asuhan, saya sendirian di jalan. Hari dimana aku berjalan dengan malu-malu ke teman sekolah lama yang mengenalkanku pada Daisy Maureen. Pada awalnya saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak siap untuk mengambil risiko meminta pinjaman online lagi, tetapi dia meyakinkan saya bahwa saya akan menerima pinjaman saya dari mereka. Setelah dipikir-pikir lagi, karena tunawisma saya harus mengikuti persidangan dan mengajukan pinjaman, untungnya bagi saya, saya menerima pinjaman $ 80.000,00 dari Tuan Lorenzo Lorenzo. Saya senang saya mengambil risiko dan mengajukan pinjaman. Anak-anak saya telah diberikan kembali kepada saya dan sekarang saya memiliki rumah dan bisnis sendiri. Semua terima kasih dan terima kasih diberikan kepada perusahaan pinjaman Tuan Lorenzo Diego yang telah memberi saya makna hidup ketika saya kehilangan semua harapan. Jika saat ini Anda mencari bantuan pinjaman, Anda dapat menghubungi mereka melalui: {mrlorenzodiegoloanfirm@outlook.com}

    BalasHapus