Rabu, 22 Juli 2015

Tehran and Shiraz, Iran On Photography

Shahyad Tower, Tehran, Iran. 
 Tehran, Iran.
 Tehran, Iran.
 Tehran, Iran.
Tehran, Iran. 
Shiraz, Iran. 
Shiraz, Iran. 
 Shiraz, Iran.
 Shiraz, Iran.
 Shiraz, Iran.
Shiraz, Iran. 
Iranian Archer Shiva Mafakheri aims at a target during horseback archery competitions, in Tehran, on May 28, 2011.

Jumat, 17 Juli 2015

Michel Foucault, Kekuasaan, Wacana, dan Pengetahuan




Oleh Warta Madani

TEORI Michel Foucaut tentang kekuasaan, wacana, dan pengetahuan merupakan aspek-aspek yang tidak terpisahkan. Terminologi episteme dalam pemikiran Michel Foucault berarti korelasi epistemologis yang dalam di antara berbagai cabang ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa dan kurun tertentu. Kaitannya dengan empat abad terakhir sejarah pemikiran Eropa, Michel Foucault membaginya ke dalam tiga macam episteme, yaitu: episteme Abad Tengah, episteme Klasik dan episteme Modern.

Setiap penggalan (rupture) dari episteme tesebut memiliki sistem pemikiran tersendiri yang berbeda satu sama lain, sekurangnya dalam konsep dan metode. Arkeologi pengetahuan mendapatkan posisi di sini: bertugas mengungkap unsur-unsur terdalam dan tersembunyi.

Episteme (boleh jadi) merupakan kumpulan relasi yang menghubungkan antara praktek-praktek lisan dengan pengetahuan dalam berbagai bentuknya pada periode sejarah tertentu. Episteme adalah sitem tersembunyi dibalik pengetahuan yang dominan pada masa tertentu. Sistem tersembunyi ini dianggap sebagai pemersatu, dalam realitasnya yang paling dalam, pada peradaban tertentu dan, periode tertentu.

Episteme adalah prasyarat munculnya pengetahuan dan teori. Jadi, ia adalah latar tersembunyi di belakang pengetahuan; episteme adalah struktur dasar yang berada di luar sejarah. Ringkasnya, ia adalah struktur pengetahuan global dengan cirinya yang holistik. Ia dianggap sebagai jaringan dasar hukum-hukum yang mengatur pengetahuan, metode, pemahaman, dan metode analisa.

Michel Foucault meninggalkan anggapan lama yang memandang bahwa pengetahuan hanya mungkin berkembang di luar wilayah kekuasaan. Antara pengetahuan dan kuasa justru terdapat relasi yang saling berkembang, tidak ada praktek pelaksanaan kuasa yang tidak memunculkan pengetahuan dan tidak pula pengetahuan yang di dalamnya tidak mengandung relasi kuasa.

Ada kesamaan antara Michel Foucault dengan Jacques Lacan berkenaan dengan bahasa. Michel Foucault mengatakan bahwa yang berbicara bukanlah subyek, tapi struktur linguistik dan sistem bahasa.

Sementara Lacan menegaskan bahwa jalan yang telah dirintis oleh Freud tak memiliki makna selain bahwa, alam bawah-sadar adalah bahasa. Mereka tampaknya memahami bahasa secara luas. Signifikansi bahasa dalam studi Michel Foucault tampak dalam karyanya Madness and Civilization, yang meneliti tentang simbol-simbol yang diciptakan oleh relasi kuasa dengan pengetahuan. Praktek sosial menyediakan mekanisme yang memungkinkan relasi kuasa beroperasi.

Kuasa ada di mana-mana, karena itu, kekuasaan bisa ditemukan dalam segala bidang interaksi manusia: keluarga, politik, ekonomi, sosial, agama dan sebagainya. Penelitiannya tentang sejarah orang-orang gila, yakni tentang mereka yang ditolak masyarakat, berhasil mengungkap formasi-formasi bahasa dan diskursus yang telah menciptakan konsep pihak lain (the other). Untuk hal ini, ia menggunakan deskripsi genealogis.

Genealogi bukanlah teori, tapi lebih merupakan cara pandang atau model perspektif untuk menempatkan diskursus, praktek sosial dan diri kita sendiri dalam wilayah relasi kuasa. Genealogi merupakan kelanjutan dari arkeologi. Kalau arkeologi lebih difokuskan untuk menyingkap suatu wilayah praktek diskursusif; untuk menemukan fenomena-fenomena keterputusan dan keberbedaan, tanpa dikorelasikan dengan kemajuan, maka genealogi lebih merupakan usaha untuk mendeskripsikan sejarah formasi-formasi sosial; sejarah tentang asal suatu pemikiran untuk menemukan titik tolak pemberangkatan, tanpa menghubungkannya dengan hakekat (substansi) ataupun identitas-identitas yang hilang.

Tujuannya hanyalah untuk membongkar pemikiran-pemikiran asali, center dan substansi. Segala sesuatu tidak memiliki mahiyah (inti; substansi). Segala substansi tak lebih dari buatan manusia, karena itu harus didekontruksi dan dikeping-keping. Michel Foucault mampu membuktikan bahwa sejarah selama ini adalah sejarah yang terdistorsi; bukan sejarah bahasa dan makna, tapi sejarah relasi kuasa.

Michel Foucault menggunakan terminologi arkeologi secara metaforis untuk menunjuk pada sesuatu yang disebut arsip. Bukan untuk menemukan awal sesuatu ataupun untuk menghidupkan masa lalu yang telah mati.

Lebih lanjut, Ia menerangkan tentang apa yang dimaksud dengan arsip, apa yang dimaksud dengan arsip bukanlah kumpulan teks-teks yang dijaga oleh peradaban tertentu, bukan pula kumpulan peninggalan arkeologis yang mungkin untuk dijaga dari kehancuran, tapi merupakan kumpulan prinsip-prinsip (aturan-aturan) yang menentukan bagi muncul dan hilangnya suatu diskursus; ketersambungan (continuity) ataupun keterputusan (rupture) diskursus tersebut pada peradaban tertentu.

Berkenaan dengan sejarah kegilaan, Michel Foucault menunjukkan bahwa predikat ‘gila’ bukanlah sekedar masalah empiris atau medis semata, tapi juga berkenaan dengan norma-norma sosial dan bentuk-bentuk diskursus tertentu. Pengertian tentang kegilaan adalah hasil ciptaan manusia, karena kategori gila terus berubah sesuai dengan zaman. Abad Pertengahan memperlakukan orang gila sebagai orang yang tidak berintegrasi dengan masyarakat. Menurut versi gereja, orang gila adalah yang tidak memiliki loyalitas pada gereja. Pengertian gila terus berubah sesuai dengan perspektif dan kepentingan pemegang kuasa.

Dalam proses penciptaan, ikut terlibat para dokter, politisi, ahli hukum dan unsur-unsur yang dominan dalam masyarakat.  Yang paling dominan peranannya adalah para dokter yang menciptakan bahasa simbol dan tanda-tanda. Selanjutnya, struktur bahasa inilah yang sangat berpengaruh dalam menilai ‘gila’ atau ‘waras’nya seseorang.

Analisa genealogis adalah kritik terhadap ilmu pengetahuan modern, dalam hal ini ilmu pengetahuan sejarah. Ilmu pengetahuan sejarah modern lebih merupakan pembungkaman terhadap the others, sehingga banyak lapisan-lapisan yang sebenarnya bagian dari wacana ilmiah luput dari perhatian ilmuwan, apalagi kita. Kegilaan adalah aspek yang terlupakan (yang terbungkam; yang terpinggirkan), namun sebenarnya bagian dari wacana ilmiah. Kegilaan sebenarnya mengandung hikmah dan kebijaksanaan.

Penelitian Michel Foucault berhasil menyimpulkan bahwa kegilaan merupakan kebutuhan masyarakat akan formasi sosial yang dikehendaki, hingga menjadi kebutuhan sosial tertentu di mana dari sinilah tercipta mereka, ‘Pihak Lain’. Michel Foucault membuktikan bahwa kode-kode
pengetahuan (dalam konteks ini: kedokteran) banyak mempengaruhi struktur bawah-sadar masyarakat. Dengan genealogi, Michel Foucault ingin mendelegitimasi masa sekarang dari masa lampau; ada rupture.

Gagasan lain Michel Foucault yang terpenting, berkenaan dengan wacana (discourse). Dalam discourse, bahasa adalah mediator. Wacana adalah ucapan yang dengannya pembicara menyampaikan segala sesuatu kepada pendengar. Unsur terkecil dari wacana adalah kalimat. Wacana yang diperkuat dengan tulisan disebut teks.

Wacana merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan (statement) yang berbeda dengan ungkapan (utterance) maupun proposisi (proposition). Yang dimaksud Michel Foucault di sini bukanlah sekedar perbincangan sehari-hari, tapi perbincangan yang serius (serious speech act). Serius tidaknya suatu perbincangan diukur berdasar intensitas keterlibatan unsur relasi kuasa dengan pengetahuan yang melahirkan wacana tersebut.

Teori Michel Foucault yang sangat terkenal adalah kritiknya atas teori kekuasaan Karl Marx. Dia bersedia melakukan konfrontasi dengan tokoh yang menjadi idola para mahasiswa semasanya. Pemikiran Michel Foucault tentang kekuasaan berupaya memeriksa salah satu segi proses peradaban Barat, yaitu agresi rasio dengan kepastian-kepastian filsafat “Pencerahan”. Agresi rasio dengan kepastian-kepastian yang dibawa oleh filsafat Pencerahan ini mendapat kritik tajam dari Michel Foucault, yakni terhadap filsafat sejarah yang terlalu percaya pada sistem dan terhadap metode pembahasannya. Kekacauan kejadian-kejadian sejarah mengungkap peran para filsuf sejarah yang selalu berorientasi pada sistem.

Persoalan sejarah bukan untuk menjadikan koheren apa yang tidak koheren. Sejarah bukan untuk mempertahankan rasionalitas yang bertentangan dengan realitas konflik kekuasaan dan ideologi. Kritik ini jelas diarahkan pada konsepsi Hegel tentang sejarah sebagai dialektika. Kehebatan dialektika terletak pada kemampuannya mengubah dari kekurangan menjadi kekuatan, yang jahat menjadi sarana kebaikan, perbedaan menjadi momen di mana kesadaran jadi lebih jelas.

Menurut Michel Foucault, sintesis yang dianggap sebagai jalan keluar dialektika itu tidak lain hanyalah imajinasi pemecahan antisipatif terhadap kontradiksi-kontradiksi atau konflik-konflik. Kebenaran semacam itu diberlakukan sebagai jalan keluar bagi perbedaan kepentingan dan hubungan-hubungan pertarungan kekuatan. Michel Foucault, dengan arkeologi pengetahuan, justru menerapkan metodologi yang sebaliknya, yaitu menyadari perbedaan-perbedaan kepentingan dari setiap representasi dunia baru. Pengaruh Nietzsche dalam diri Michel Foucault memperlihatkan bagaimana pandangan Michel Foucault tentang sejarah.

Michel Foucault menolak menggambarkan sejarah sebagai ilmu-ilmu tentang sejarah kemajuan, gerak tunggal, seakan-akan diarahkan menuju satu tujuan. Tujuan ini ialah menjelaskan kesadaran manusia dan meningkatkan penguasaan manusia terhadap dunia demi kesejahteraannya.

Gagasan sejarah seperti ini menurut Michel Foucault patut dicurigai, seakan-akan kejadian-kejadian itu hanya mempunyai satu sebab tunggal. Padahal sebab tidak selalu tunggal. Cara berpikir ini cenderung menafikan perbedaan. Saat-saat konflik hanya dianggap sebagai krisis tahap perkembangan manusia yang sedang mewujudkan hakikatnya.

Kebanyakan agama mempunyai konsep sejarah teleologis seperti itu sehingga menerima perbedaan cenderung dianggap tidak koheren dengan hakikatnya, apabila menerima perbedaan, hanya semu, yakni ketika agama sebagai yang paling benar, tetapi agama lain juga memiliki jalannya sendiri untuk ambil bagian dalam kebenaran agama yang satu itu.

Upaya mengkonfrontasikan gagasan-gagasan Marx dan Foucault bisa menjelaskan dari mana produktivitas pemikiran Michel Foucault. Sudah sejak saat penulisan l’Histoire de la folie, menurut P. Macherey, Michel Foucault mulai meninggalkan keterpikatannya pada marxisme dalam bentuk kritik konkret terhadap alienasi. Sejak saat itu, Michel Foucault curiga terhadap semua yang berbau materialisme dialektik.

Pernyataan-pernyataan Marx tidak ditangkap dalam kekakuan akademis, tetapi dalam penerapan penafsiran mengenai kekuasaan. Michel Foucault mencoba memecahkan masalah kekuasaan dengan menentang gagasan yang disistematisasi dalam “freudo-marxisme” kontemporer: Satu, implikasi saling terkait dengan represi seksual dan eksploitasi tenaga kerja dalam masyarakat kapitais. Jawabannya adalah pembebasan seksual sebagai bagian dari revolusi politik dan sosial. Dua, persekongkolan antara sensor moral, pengawasan terhadap pernyataan-pernyataan dan reproduksi hubungan ekonomi di bawah dominasi tatanan politik yang sama.

Tiga, kesamaan tatanan borjuis global, otoritas keluarga, dan pendidikan di bawah tokoh seorang ayah. Empat, enerji alamiah yang diarahkan pada pencarian kenikmatan dan tatanan yang dibuat lembaga-lembaga, larangan incest dalam keluarga monogami dan dalam negara. Lima, dari kemunafikan seksual kelas penguasa, memuncak pada fiksi tentang prinsip realitas yang bertentangan dengan represi, subversi global nilai-nilai diciptakan dari kebohongan.

Dalam freudo-marxisme itu terkait berbagai disiplin: wacana filsafat, ilmiah dan sastra, praktik-praktik militan baik teoritis maupun estetis, alternatif ilmu-ilmu itu mengarah ke freudo-marxisme. Michel Foucault mempertanyakan seberapa jauh perjuangan itu mampu memisahkan diri dari wacana yang ditentangnya. Michel Foucault ingin mempertanyakan efektivitas ideology kekiri-kirian dan utopisme revolusioner. Michel Foucault mengkritik freudo-marxisme dengan memperlihatkan keduanya merupakan bagian bidang pengetahuan yang sama, atau setidaknya berasal dari prakonsepsi yang sama: kekuasaan dilaksanakan melalui represi.

Michel Foucault mengkritik freudo-marxisme berdasarkan dua argumen: Pertama, kekeliruan sejarah. Secara material, keliru bahwa masyarakat yang berkembang mulai Abad ke-18 yang disebut borjuis, kapitalis, atau industrial, menentang sensor yang dilakukannya. Kedua, ada ketergantungan pada model kekuasaan yang yuridis, yang memusatkan diri pada representasi otoritas dan hukum.

Apa urgensinya pemikiran-pemikiran Michel Foucault bagi kita? Banyak yang bisa diambil, di antaranya manfaat analisis arkeologis-genealogis dengan metode dekontruksi untuk memahami realitas social-keagamaan; sejauh mana relasi-relasi kuasa beroperasi dalam kehidupan umat Islam, sehingga bisa ditemukan mereka ‘yang lain’, mereka yang ditolak, namun sebenarnya adalah bagian dari umat yang membentuk suatu gestalt. Bukan untuk menemukan kesatuan diskursus umat Islam, tapi untuk menemukan keragaman pemahaman dan kebenaran. Sehingga terjadi proses decentering yang berarti keterbukaan terhadap yang lain; yang juga berarti runtuhnya dominasi dalam interpretasi maupun klaim-klaim kebenaran.

Selanjutnya akan tercipta iklim yang inklusif.

Sumber:
Etienne Balibar, “Konfrontasi Michel Foucault dan Marx: Kritik terhadap Hipotesis Represi, Praksis, dan Struktur Konflik”, BASIS Nomor 01-02, Tahun ke-51, Januari-Februari 2002, hlm. 58-60.
Basis, Konfrontasi Faucault dan Mark, Basis no. 01-02 th. Ke-51., Januari-Februari, 2002, hlm. 15.
Haryatmoko, “Kekuasaan Melahirkan anti-Kekuasaan: Menelanjangi Mekanisme dan Teknik Berkuasa bersama Michel Foucault”, BASIS Nomor 01-02, Tahun ke-51, Januari-Februari 2002, hlm. 10.
Michel Foucault, Disiplin Tubuh (diterj. Dari Discipline of Punish), LkiS, Yogyakarta, 1997.

Rabu, 15 Juli 2015

Mengungkap Misteri Terbentuknya Alam Semesta


Oleh Amien Nugroho

Sebuah bola yang jatuh dari gedung bertingkat 20 ke tanah disebabkan oleh gaya gravitasi yang dibawa partikel graviton. Sementara itu, pesawat televisi bisa menerima siaran langsung dari studio yang berjarak ribuan mil disebabkan oleh gelombang elektromagnetik yang dibawa partikel foton.

Selain dua contoh gaya atau interaksi fundamental alami itu, dikenal pula dua gaya lain, yakni gaya (interaksi) kuat dan gaya lemah. Dengan memanfaatkan sekelompok partikel subatom yang disebut gluon, gaya kuat mengikat proton-proton dan neutron-neutron dalam inti atom. Adapun gaya lemah bertanggung jawab atas peluruhan zat radioaktif dan memegang kendali dalam penggabungan inti atom (fusi) yang memberi tenaga pada bintang dan Matahari agar tetap bercahaya. Pembawa gaya lemah tak lain partikel W dan Z. Itulah empat gaya alam fundamental yang secara alami ada di sekitar, meski sering tak kita sadari.

Albert Einstein-lah yang kali pertama menggabungkan keempat gaya dalam teori umum, yakni Teori Segala Sesuatu (Theory of Everything). Pertama, dia menggabungkan gaya gravitasi dan elektromagnetik karena secara matematika kedua interaksi itu bersifat sama, yaitu berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Einstein menghabiskan lebih dari 30 tahun sisa hidupnya untuk berkutat dalam masalah itu. Namun dia gagal.

Namun mimpi Einstein tak berlalu begitu saja. Banyak fisikawan top dunia berupaya mewujudkan impian menggabungkan gaya di alam semesta ini menjadi gaya tunggal. Langkah paling kondang adalah upaya trio fisikawan terkemuka, Steven Weinberg, Sheldon W Glashow, dan Abdus Salam. Ketiganya dianugerahi Nobel bidang fisika tahun 1970 atas karya mereka memadukan gaya lemah dan gaya elektromagnetik menjadi gaya elektro lemah (electroweak theory). Tahun 1984, giliran Carlo Rubbia dan Simon van der Meer yang bekerja di Pusat Riset Nuklir Eropa (CERN) di Genewa, Swiss, memperoleh Nobel karena eksperimen mereka yang membuktikan keberadaan partikel W dan Z yang merupakan partikel pembawa gaya lemah.

Setelah teori elektro lemah diperteguh dengan hasil eksperimen Rubbia, para fisikawan top dunia makin bersemangat menyusun teori yang lebih komprehensif dengan memasukkan gaya kuat. Teori yang memadukan ketiga gaya alam fundamental — gaya lemah, gaya kuat, dan elektromagnetik — disebut Grand Unified Theory atau Teori Paduan Agung. Teori yang khusus membahas gaya kuat dinamakan kromodinamika kuantum (quantum chromodynamics).

Banyak versi Teori Paduan agung diajukan, antara lain grup simetri yang disebut SU(5). Pembuktian kesahihan teori itu antara lain berasal dari peluruhan proton yang sejauh ini dianggap stabil. Namun hingga saat ini belum ada konfirmasi akhir tentang proton yang meluruh dengan sendirinya atau secara spontan. Peluruhan proton itu menjadi mungkin dengan turut campurnya partikel hipotetik, yaitu partikel bermassa 10 pangkat 34 kali massa proton dan mempunyai momentum sudut spin intrinsik 0 atau 1 serta mempunyai warna yang sama dengan warna antiquark.

Teori Kemanunggalan Teori Segala Sesuatu memiliki banyak versi, antara lain Teori Supersimetri dan Superstring. Namun jelas, Teori Segala Sesuatu mempunyai arti sebagai teori “kemanunggalan agung” yang menggabungkan semua teori fisika menjadi hanya sebuah teori terpadu-manunggal yang biasanya diekspresikan dalam bentuk persamaan matematika tunggal yang agung.

Supersimetri boleh dikatakan merupakan penjelasan lebih lanjut dari Teori Paduan Agung dengan menambah satu gaya lagi, yakni gravitasi, pada ketiga gaya. Dalam teori itu, kakas atau gaya gravitasi yang dibawa partikel graviton digabungkan dengan ketiga gaya alami tersebut yang dibawa ermion dan boson. Semua partikel pembawa gaya merupakan boson, yakni partikel yang memiliki spin intrinsik bilangan bulat (0, 1, 2 dan seterusnya). Adapun fermion adalah partikel yang membentuk semua yang ada (partikel materi) di semesta ini dan memiliki spin intrinsik ž bilangan ganjil (1/2, 3/2, 5/2, dan seterusnya).

Dalam supersimetri, partikel boson paling besar adalah foton, graviton gluon, partikel W dan Z. Adapun partikel fermion dasar adalah quark (yang membangun proton dan neutron), neutrino, elektron dan keluarganya (tau serta mu).

Jika dalam supersimetri suatu partikel dianggap merupakan sebuah titik, dalam superstring partikel digambarkan sebagai sebuah dawai (string) yang berpilin. Teori itu lahir tanpa sengaja akhir tahun 60-an, ketika Leonard Susskind dari Stanford University menguraikan persamaan matematika Gabriele Veneziano (Itali) untuk interaksi kuat. Menurut teori itu, segalanya di alam semesta ñ semua partikel elementer dan interaksi dan bahkan ruang-waktu itu sendiri ñ dipandang sebagai dawai sepanjang kurang dari 10 pangkat -33 cm, namun memiliki tegangan sangat besar. Dawai itu bergetar dan berputar dalam suatu semesta multidimensi.

Satu dimensi tambahan ñ selain dimensi panjang, lebar, kedalaman, dan waktu ñ secara matematis diperlukan untuk menghindari tachyons (partikel yang bergerak lebih cepat daripada cahaya) dan ghosts (partikel yang dihasilkan dari probabilitas negatif). Dimensi-dimensi tambahan itu lantas termampatkan dan berpilin dalam bentuk lingkaran-lingkaran kecil yang tak dapat diamati. Partikel elementer yang berbeda berhubungan dengan dawai yang berosilasi dengan tingkatan berbeda pula. (Jika bagian ini terasa absurd, pada Anda, saya ucapkan, “Welcome to the jungle.”) Teori itu memungkinkan penggabungan medan gravitasi dan ketiga interaksi lain. Namun sampai sekarang belum ada satu pun teori yang betul-betul dapat diandalkan untuk menggabungkan keempat jenis interaksi itu, karena belum ada teori yang secara meyakinkan mampu menjelaskan keberadaan gravitasi kuantum.

Teori Relativitas Umum
Salah satu postulat Teori Relativitas Umum Einstein menyatakan, singularitas (suatu keadaan ketika kelengkungan ruang-waktu menjadi tak-hingga dan konsep mengenai ruang-waktu, dan tentu juga hukum-hukum fisika, kehilangan arti atau tak berlaku lagi) dapat terjadi, tetapi tak mampu menjawab pertanyaan kapan singularitas terjadi. Teori itu pun oleh para fisikawan dianggap belum lengkap, karena belum bisa digabungkan dengan asas ketidakpastian Heinsenberg yang merupakan pilar utama dari teori besar lain, yakni mekanika kuantum.

Mekanika kuantum yang dikembangkan pada permulaan abad ke-20 dan dipakai untuk menjelaskan perilaku sistem-sistem teramat kecil, seperti atom dan partikel elementer lain. Mekanika kuantum memprakirakan suatu elektron tidak memiliki posisi tertentu, tetapi mempunyai kebolehjadian tertentu untuk ditemukan di suatu posisi. Pada sebuah atom, elektron-elektron tersebar dalam suatu daerah tertentu di sekeliling inti atom dengan rapat kebolehjadian yang berhingga, bahkan di inti sekalipun.

Teori klasik memprakirakan rapat kebolehjadian menemukan elektron di inti atom adalah tak hingga. Keadaan itu mirip prakiraan relativitas umum klasik yang menyatakan terdapat singularitas saat Bing Bang (Dentuman Akbar). Karena itu, bila relativitas umum dan mekanika kuantum digabungkan menjadi sebuah teori gravitasi kuantum akan diketahui kemunculan singularitas adalah sebuah cacat yang sangat mengganggu.

Indikasi awal itu merupakan masalah utama adalah dari temuan runtuhnya bintang menjadi lubang hitam (black hole) yang ternyata tidak “benar-benar hitam” jika prinsip ketidakpastian Heisenberg diperhitungkan. Alih-alih lubang hitam akan memancarkan partikel dan radiasi dengan laju pancar yang terus meningkat sampai lubang hitam tersebut benar-benar lenyap dalam suatu denyar ledakan yang mahahebat, lenyapnya (penguapan) lubang hitam tetap tidak menandakan bahwa runtuhnya gravitasi akan membawanya menuju ke suatu akhir waktu yang sebenarnya.

Dalam Teori Relativitas Umum klasik yang tak melibatkan prinsip ketidakpastian, keadaan awal semesta merupakan sebuah titik yang berapat tak hingga. Akan sangat sulit menentukan syarat batas bagi semesta di titik singularitas itu. Namun bila mekanika kuantum diperhitungkan, akan terdapat kemungkinan terganggunya singularitas dan ruang-waktu akan membentuk permukaan empat dimensi yang tertutup dan tak berbatas seperti permukaan bumi kita, tetapi dengan tambahan dua dimensi ekstra.

Itu berarti semesta benar-benar berdiri sendiri dan memang tak membutuhkan syarat batas tertentu. Dan, tentu tak perlu pula memunculkan asumsi ada singularitas. Maka dapatlah dinyatakan syarat batas semesta adalah ketiadaan syarat batas.

Minggu, 12 Juli 2015

Lanskap Gunung

Inilah foto-foto yang berhasil dengan anggun menangkap moment keindahan alam dan pegunungan. 

Senin, 06 Juli 2015

Sodom dan Gomorah dalam al Qur’an





Allah SWT berfirman: "Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka Luth, berkata kepada mereka, Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku" (QS. asy-Syu'ara: 160-163). Dengan kelembutan dan kasih sayang semacam ini, Nabi Luth (as) berdakwah kepada kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah kepada Allah SWT yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan melarang mereka untuk melakukan kejahatan dan kekejian. Namun dakwah beliau berhadapan dengan hati yang keras dan jiwa yang sakit serta penolakan yang berasal dari kesombongan.

Kaum Nabi Luth (as) melakukan berbagai kejahatan yang tidak biasa dilakukan oleh para penjahat manapun. Mereka merampok dan berkhianat kepada sesama teman serta berwasiat dalam kemungkaran. Bahkan catatan kejahatan mereka ditambah dengan kejahatan baru yang belum pernah terjadi di muka bumi. Mereka memadamkan potensi kemanusiaan mereka dan daya kreativitas yang ada dalam diri mereka, yaitu kejahatan yang belum pernah dilakukan seseorang pun sebelum mereka di mana mereka berhubungan seks dengan sesama kaum pria (homo seks).

Allah SWT berfirman: "Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji itu sedang kamu melihat(nya). Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak dapat mengetahui (akibat perbuatanmu)" (QS. an-Naml: 54-55). Nabi Luth (as) menyampaikan dakwah kepada mereka dengan penuh ketulusan dan kejujuran, namun apa gerangan jawaban dari kaumnya: "Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, 'Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwahkan dirinya) bersih'" (QS. an-Naml: 56).

Mengapa mereka menjadikan sesuatu yang patut dipuji menjadi sesuatu yang tercela yang kemudian harus diusir dan dikeluarkan. Tampak bahwa jiwa kaum Nabi Luth (as) benar-benar dekaden, sakit dan mereka justru menganiaya diri mereka sendiri serta bersikap angkuh terhadap kebenaran. Akhirnya, kaum pria cenderung kepada sesama jenis mereka, bukan malah cenderung kepada wanita. Sungguh aneh ketika mereka menganggap kesucian dan kebersihan sebagai kejahatan yang harus disirnakan.

Mereka orang-orang yang sakit yang justru menolak obat dan memeranginya. Tindakan kaum Nabi Luth (as) membuat hati beliau bersedih. Mereka melakukan kejahatan secara terang-terangan di tempat-tempat mereka. Ketika mereka melihat seorang asing atau seorang musafir atau seorang tamu yang memasuki kota, maka mereka menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi Luth, "sambutlah tamu-tamu perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum pria." Mulailah perilaku mereka yang keji itu terkenal.

Nabi Luth (as) memerangi mereka dalam jihad yang besar. Nabi Luth (as) mengemukakan argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu, dan Nabi Luth (as) terus berdakwah. Namun tak seorang pun yang mengikutinya dan tiada yang beriman kepadanya kecuali keluarganya, bahkan keluarganya pun tidak beriman semuanya. Istri Nabi Luth kafir (inkar dan menolak) seperti istri Nabi Nuh (as):

"Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya), 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka'" (QS. at-Tahrim: 10).

Jika rumah adalah tempat istirahat yang di dalamnya seseorang mendapatkan ketenangan, maka Nabi Luth (as) tersiksa, baik di luar rumah maupun di dalamnya. Kehidupan Nabi Luth (as) dipenuhi dengan mata rantai penderitaan yang keras namun beliau tetap sabar atas kaumnya.

Berlalulah tahun demi tahun tetapi tak seorang pun yang beriman kepadanya, bahkan mereka mulai mengejek ajarannya dan mengatakan apa saja yang ingin mereka katakan: "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-arang yang benar" (QS. al-'Ankabut: 29). Ketika terjadi hal tersebut, Nabi Luth (as) berputus asa kepada mereka dan ia berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya dan menghancurkan orang-orang yang membuat kerusakan. Akhirnya, para malaikat keluar dari tempat Nabi Ibrahim (as) menuju desa Nabi Luth (as). Mereka sampai saat Asar. Mereka mencapai pagar-pagar Sudum. Sungai mengalir di tengah-tengah tanah yang penuh dengan tanaman yang hijau.

Sementara itu, anak perempuan Nabi Luth (as) berdiri sedang memenuhi tempat airnya dari air sungai itu. Ia mengangkat wajahnya sehingga menyaksikan mereka. Ia tampak keheranan melihat kaum pria yang memiliki ketampanan yang mengagumkan. Salah seorang malaikat bertanya kepada anak kecil itu, "Wahai anak perempuan, apakah ada rumah di sini?" Ia berkata (saat itu ia mengingat kaumnya), "Hendaklah kalian tetap di situ sehingga aku memberitahu ayahku dan kemudian akan kembali pada kalian." Ia meninggalkan wadah airnya di sisi sungai dan segera menuju ayahnya.

"Ayahku, ada pemuda-pemuda yang ingin menemuimu di pintu kota. Aku belum pernah melihat wajah-wajah seperti mereka," kata anak itu dengan nada gugup. Nabi Luth (as) berkata kepada dirinya sendiri: Ini adalah hari yang dahsyat. Beliau segera berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth (as) melihat mereka, beliau merasakan keheranan yang luar biasa. Beliau berkata: "Ini adalah hari yang dahsyat." Beliau bertanya kepada mereka: "Dari mana mereka datang dan apa tujuan mereka?" Mereka malah terdiam dan justru memintanya untuk menjamu mereka."

Nabi Luth (as) tampak malu di hadapan mereka, kemudian beliau berjalan di depan mereka sedikit, lalu beliau berhenti sambil menoleh kepada mereka dan berkata: "Saya belum mengetahui kaum yang lebih keji di muka bumi ini selain penduduk negeri ini." Beliau mengatakan demikian dengan maksud agar mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam di negerinya. Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Luth (as) dan mereka tidak memberikan komentar atasnya.

Nabi Luth (as) kembali berjalan bersama mereka dan beliau selalu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth (as) memberitahu mereka bahwa penduduk desanya sangat jahat dan menghinakan tamu-tamu mereka. Disamping itu, mereka juga membuat kerusakan di muka bumi dan seringkali terjadi pertentangan di dalam desanya. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan agar para tamunya membatalkan niat mereka untuk bermalam di desanya tanpa harus melukai perasaan mereka dan tanpa menghilangkan penghormatan pada tamu.

Nabi Luth (as) berusaha dan mengisyaratkan kepada mereka untuk melanjutkan perjalanannya tanpa harus mampir di negerinya. Namun tamu-tamu itu sangat mengherankan. Mereka tetap berjalan dalam keadaan diam. Ketika Nabi Luth (as) melihat tekad mereka untuk tetap bermalam di kota, beliau meminta kepada mereka untuk tinggal di suatu kebun sehingga datang waktu Maghrib dan kegelapan menyelimuti segala penjuru kota. Nabi Luth sangat bersedih dan dadanya menjadi sempit.

Karena rasa takutnya dan penderitaanya, ia lupa untuk memberi mereka makanan. Kegelapan mulai menyelimuti kota. Nabi Luth (as) menemani tiga tamunya itu berjalan menuju rumahnya. Tak seorang pun dari penduduk kota yang melihat mereka. Namun istrinya melihat mereka sehingga ia keluar menuju kaumnya dan memberitahu mereka kejadian yang dilihatnya. Kemudian tersebarlah berita dengan begitu cepat dan selanjutnya kaum Nabi Luth menemuinya. Allah SWT berfirman: "Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata, 'Ini adalah hari yang amat sulit.' Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji" (QS. Hud: 77-78).

Mulailah terjadi hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth (as) bergegas menuju padanya. Nabi Luth (as) bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa gerangan yang memberitahu mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari istrinya, namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah kesedihan Nabi Luth (as).

Kaum Nabi Luth (as) berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth (as) keluar kepada mereka dengan penuh harap, bagaimana seandainya mereka diajak berpikir secara sehat? Bagaimana seandainya mereka diajak menggunakan fitrah yang sehat? Bagaimana seandainya mereka tergugah dengan kecenderungan yang sehat terhadap jenis lain yang Allah SWT ciptakan untuk mereka? Bukankah di dalam rumah mereka terdapat kaum wanita? Seharusnya wanitalah yang menjadi kecenderungan mereka, bukan malah mereka cenderung kepada sesama pria.

"Dia berkata: 'Hai kaumku, inilah putri-putri (negeriku) mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal" (QS. Hud: 78).

"Inilah putri-putri (negeriku)." Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut? Nabi Luth (as) ingin berkata kepada mereka: "Di hadapan kalian terdapat wanita-wanita di bumi. Mereka lebih suci bagi kalian dalam bentuk kesucian jiwa dan fisik. Ketika kalian cenderung kepada mereka, maka kecenderungan itu merupakan pelaksanaan dari fitrah yang sehat." "Maka bertakwalah kalian kepada Allah." Nabi Luth (as) berusaha menjamah jiwa mereka dari sisi takwa setelah menjamahnya dari sisi fitrah. Bertakwalah kepada Allah SWT dan ingatlah bahwa Allah SWT mendengar dan melihat serta akan murka dan menyiksa orang-orang yang durhaka. Seharusnya orang yang berakal sehat menghindari murka-Nya.

"Dan janganlah kalian mencemarkan namaku terhadap tamuku ini." Ini adalah usaha gagal dari beliau yang mencoba menggugah kemuliaan dan tradisi mereka sebagai orang badui yang harus menghormati tamu, bukan malah menghinakannya. "Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" Tidakkah di antara kalian terdapat orang yang mempunyai pikiran yang sehat? Tidakkah di antara kalian terdapat laki-laki yang berakal? Apa yang kalian inginkan jika memang terwujud, maka itu hakikat kegilaan. Akal adalah sarana yang tepat bagi kalian untuk mengetahui kebenaran. Sesungguhnya perkara tersebut sangat jelas kebenarannya jika kalian memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri."

Kaumnya menunggu hingga beliau selesai dari nasihatnya yang singkat lalu mereka tertawa terbahak-bahak. Kalimat Nabi Luth (as) yang suci itu tidak mampu mengubah pendirian jiwa yang sakit, hati yang beku, dan pikiran yang bodoh: "Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki'" (QS. Hud: 79).

Demikianlah tampak dengan jelas bahwa kebenaran tersembunyi di balik pengkaburan, suatu hal yang diketahui oleh dunia semuanya. Mereka tidak mengatakan kepadanya apa yang mereka inginkan karena dunia mengetahuinya dan selanjutnya ia juga mengetahui, yakni isyarat yang buruk pada perbuatan yang buruk. Nabi Luth (as) merasakan kesedihan dan kelemahannya di tengah-tengah kaumnya. Dengan marah Nabi Luth (as) memasuki rumahnya dan menutup pintu rumahnya. Ia berdiri mendengarkan tawa dan celaan serta pukulan terhadap pintu rumahnya. Sementara itu, orang-orang asing yang dijamu oleh Nabi Luth (as) tampak duduk dalam keadaan tenang dan terpaku. Nabi Luth (as) merasakan keheranan dalam dirinya ketika melihat ketenangan mereka. Dan pukulan-pukulan yang ditujukan pada pintu semakin kencang.

Mulailah kayu-kayu pintu itu tampak rusak dan lemah, lalu Nabi Luth (as) berteriak dalam keadaan kesal: "Luth (as) berkata, 'Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)'" (QS. Hud: 80).

Nabi Luth (as) berharap akan mendapatkan kekuatan sehingga dapat melindungi para tamunya. Beliau mengharapkan seandainya terdapat benteng yang kuat yang dapat melindunginya, yaitu benteng Allah SWT yang di dalamnya para nabi dan kekasih-kekasih-Nya dilindungi. Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah berkata saat membaca ayat tersebut: "Allah SWT menurunkan rahmat atas Nabi Luth (as). Ia berlindung pada benteng yang kokoh." Ketika penderitaan mencapai puncaknya dan Nabi Luth (as) mengucapkan kata-katanya yang terbang laksana burung yang putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba bangkit. Mereka memberitahunya bahwa ia benar-benar akan terlindung di bawah benteng yang kuat: "Para utusan (malaikat) berkata, 'Hai Luth (as) sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu" (QS. Hud: 81).

Jangan berkeluh kesah wahai Luth (as) dan jangan takut. Kami adalah para malaikat, dan kaum itu tidak akan mampu menyentuhmu. Tiba-tiba pintu terbelah. Jibril (as) bangkit dan ia menunjuk dengan tangannya secara cepat sehingga kaum itu kehilangan matanya. Lalu mereka tampak serampangan di dalam dinding dan mereka keluar dari rumah dan mereka mengira bahwa mereka memasukinya. Jibril as menghilangkan mata mereka.

Allah SWT berfirman: "Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal" (QS. al-Qamar: 37-38).

Para malaikat menoleh kepada Nabi Luth (as) dan memerintahkan kepadanya untuk membawa keluarganya di tengah malam dan keluar. Mereka mendengar suara yang sangat mengerikan dan akan menggoncangkan gunung. Siksa apa ini? Ini adalah siksa dari bentuk yang aneh. Para malaikat memberitahunya bahwa istrinya termasuk orang-orang yang menentangnya. Istrinya adalah seorang kafir seperti mereka, sehingga jika turun azab kepada mereka, maka ia pun akan menerimanya.

Keluarlah wahai Luth karena keputusan Tuhanmu telah ditetapkan. Nabi Luth (as) bertanya kepada malaikat, "Apakah sekarang akan turun azab kepada mereka?" Para malaikat memberitahunya bahwa mereka akan terkena azab pada waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sangat dekat? Allah berfirman SWT: "Pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka adalah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" (QS. Hud: 81).

Nabi Luth (as) keluar bersama anak-anak perempuannya dan istrinya. Mereka keluar di waktu malam. Dan tibalah waktu Subuh. Kemudian datanglah perintah Allah SWT: "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang lalim" (QS. Hud: 82-83).

Para ulama berkata: "Jibril (as) menghancurkan dengan ujung sayapnya tujuh kota mereka. Jibril mengangkat semuanya ke langit sehingga para malaikat mendengar suara ayam-ayam mereka dan gonggongan anjing mereka. Jibril membalikkan tujuh kota itu dan menumpahkannya ke bumi. Saat terjadi kehancuran, langit menghujani mereka dengan batu-batu dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu yang keras dan kuat yang datang silih berganti. Neraka Jahim terus menghujani mereka sehingga kaum Nabi Luth (as) musnah semuanya. Tiada seorang pun di sana. Semua kota-kota hancur dan ditelan bumi sehingga terpancarlah air dari bumi. Hancurlah kaum Nabi Luth (as) dan hilanglah kota-kota mereka. Nabi Luth (as) mendengar suara-suara yang mengerikan. Istrinya melihat sumber suara dan dia pun musnah."

Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth: "Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih" (QS. adz-Dzariyat: 35-37). "Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak dijalan yang masih tetap (dilalui manusia)" (QS. al-Hijr: 76). "Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekkah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan diwaktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkannya" (QS. ash-Shaffat: 137-138).

Yakni ia adalah bukti kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para ulama berkata: "Bahwa kota-kota yang tujuh menjadi danau yang aneh di mana airnya asin dan deras airnya lebih besar dari derasnya air laut yang asin. Dan di dalam danau ini terdapat batu-batu tarbang yang mencair. Ini mengisyaratkan bahwa batu-batu yang ditimpakan pada kaum Nabi Luth (as) menyerupai butiran-butiran api yang menyala. Ada yang mengatakan bahwa danau yang sekarang bernama al-Bahrul Mayit yang terletak di Palestina adalah kota-kota kaum Nabi Luth (as)."

Tamatlah riwayat kaum Nabi Luth (as) dari bumi. Akhirnya, Nabi Luth (as) menemui Nabi Ibrahim (as). Beliau menceritakan berita tentang kaumnya. Beliau heran ketika mendengar bahwa Nabi Ibrahim (as) juga mengetahuinya. Nabi Luth (as) terus melanjutkan misi dakwahnya di jalan Allah SWT seperti Nabi Ibrahim (as).