Senin, 26 Mei 2014

Jerusalem

Indahnya Jerusalem. 
Jerusalem Ketika Malam. 
Lanskap Malam di Jerusalem. 
Senja di Jerusalem. 
Lanskap Malam di Jerusalem. 
Lanskap Senja di Jerusalem.

Jiwa Cinta Rachel Corrie
Oleh Sekna Nenava

Akhir-akhir ini nama Rachel Corrie kembali mencuat ke permukaan, setelah beberapa tahun yang lalu, kematiannya seperti ditelan bumi. Berbaring telentang mengenakan jaket oranye, Corrie yang ketika itu masih berusia 23 tahun mencoba menghentikan buldozer Israel yang hendak menghancurkan sebuah rumah warga Palestina. Tapi apa lacur, tentara Israel ketika itu tak mau berhenti dan dengan santainya melindasCorrie , tubuhnya pun sudah sulit dikenali. Israel menyebutnya sebagai tindakan bodoh dan pantas mati, sementara Amerika –tanah tempat kelahirannya– menuduhnya sebagai teroris.

Di bawah ini petikan biografi singkat tentang Rachel Corrie:

Sebelum menjadi simbol perlawanan terhadap pendudukan Israel, Rachel Corrie hanya gadis biasa asal Olympia, Amerika Serikat.  Mahasiswi Evergreen State College ini cuti setahun dari kuliahnya, bergabung dengan Gerakan Solidaritas Internasional (International Solidarity Movement/ISM), lalu terbang ke Gaza pada 22 Januari 2003.

Di markas ISM Tepi Barat, Corrie menjalani pelatihan selama dua hari. Dalam pelatihan tersebut, Corrie mendapatkan pelajaran tentang cara-cara menghindari cedera ketika berdemo, menggunakan jaket ngejreng, tidak berlari, tidak ketakutan, berkomunikasi dengan menggunakan megafon, dan memastikan keberadaannya diketahui Israel saat melakukan aksi.

Dalam salah satu surat elektronik yang ditujukan untk keluarganya, Rachel Corrie mengungkapkan, sebenarnya dia masih ingin berdansa, punya pacar, dan membuat komik. Tapi Corrie tak bisa diam dan bersenang-senang sementara di belahan dunia lain orang-orang menderita. Dia merasa bertanggung jawab.

“Jika aku terdengar gila, atau jika militer Israel tak lagi punya lagi kecenderungan melukai orang kulit putih. Tolong diingat, aku berada di tengah sebuah genosida, di mana aku secara tak langsung ikut bertanggung jawab —karena pemerintahku (AS) bertanggung jawab besar atas apa yang saat ini terjadi,” kata Rachel Corrie dalam email ke ibunya, 27 Februari 2003, seperti dimuat laman Guardian.

“Aku bermimpi buruk tentang tank-tank dan buldozer….”

“Di sini aku menjadi saksi dari situasi yang kronis, genosida tersembunyi, dan aku takut……Tapi, ini harus dihentikan. Hal yang baik jika kita mau menanggalkan apapun dan mengorbankan jiwa kita untuk menghentikannya.” 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar