Sabtu, 21 Februari 2015

Syekh Ahmad Amin al Anthaki –Ketika Muslim Sunni Berpindah Ke Islam Syi’ah



Oleh Dewan Penerjemah Situs Sadeqin

Syekh Ahmad Amin Anthaki adalah Ahmad bin Amin bin Yusuf bin Ali bin Qanbar Alhazzah, dia lahir di desa Ainsu di sekitar Anthakiyah. Nama desa Ainsu terdiri dari dua kata Arab dan Turki; yakni 'Ain – Sufon (sumber – air). Nama ini diberikan kepada desa itu karena airnya yang deras dan berkahnya yang berlimpah. Dia lahir pada tahun 1893 M./1311 H., dari sejak kecil dia bermazhab Syafi'i dan dari saat itu pula dia menjalani jenjang pendidikannya di ruang pelajaran ayahnya.

Perjalanan Intelektual Syekh

Sebagaimana saudaranya, Muhammad Mar'i al Anthaki –penulis buku Limâdzâ Ikhtartu Madzhab Al-Syî‘ah- (Kenapa Aku Memilih Mazhab Syi’ah), dia tumbuh dalam lingkungan mazhab Syafi'i dan menimba ilmu-ilmu dasar dari ayahnya, kemudian dari salah satu syekh di desanya yang biasa dipanggil dengan Rajab; karena, dari dialah pelajar-pelajar setempat belajar ilmu saraf, nahwu dan lain sebagainya. Setelah itu, mereka berdua belajar dari salah satu syekh yang lain yang dikenal dengan panggilan Syekh Ahmad Thawil, begitu pula belajar dari Syekh Sa'id Urfi.

Setelah beberapa tahun menimba ilmu di daerah, dia bertekad untuk pergi ke kiblat ilmu saat itu, Al-Azhar Al-Syarif, untuk menyempurnakan perjalanan intelektualnya yang panjang. Dan tak lama kemudian, saudaranya juga bergabung bersamanya di sana.

Di sana, dia mengikuti pelajaran guru-guru besar; dia mempelajari ilmu saraf, nahwu, fikih dan usul fikih dari Muhammad Abuthah dan Syekh Muhammad Bakhit, mufti negeri Mesir saat itu, begitu pula dari Muhammad Samlut dan Syekh Hasanain. Syekh tertinggi Al-Azhar pada waktu itu adalah Syekh Muhammad Abulfadhl.

Setelah menuntut ilmu di sana, syekh bertekad untuk pulang ke tanah airnya untuk mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada rakyat dan keluarganya di sana. Dia jadi pulang ke sana, akan tetapi dia tidak tinggal lama di sana, karena tak lama dari kepulangan dia, negeri itu dijajah oleh Imperialis Perancis.

Perjalanan Ke Hijaz

Melihat kondisi negerinya saat itu yang tidak kondusif sama sekali, akhirnya Syekh Ahmad Anthaki berniat untuk hijrah ke Hijaz, karena dia mendengar berita bahwa di negeri itu syariat Islam diterapkan sebaik mungkin.

Popularitas dia dan sambutan hangat atas pelajaran yang dia sampaikan di Suriah telah menarik perhatian berbagai pihak, bahkan Abdulaziz Sa'udi mengundangnya untuk menduduki posisi sebagai hakim syar'i di Saudi, namun karena dia menyaksikan bualan kelompok Wahabi dan pengkafiran mereka terhadap kelompok-kelompok muslim lain pada umumnya, maka dia menolak penawaran yang menggiurkan tersebut.

Perpindahan Syekh Ke Mazhab Syi'ah Itsna-Asyariyah

Perpindahan dari satu agama ke agama yang lain, atau dari mazhab dalam sebuah agama ke mazhab yang lain dalam agama tersebut, membutuhkan pertimbangan antara dua belah pihak, dan ketika agama atau mazhab tertentu terbukti benar oleh baik dalil rasional maupun tekstual, maka wajib hukumnya seseorang berpindah dari pihak yang salah ke pihak yang benar; karena, bukti-bukti telah lengkap atas dia. Hal yang sama telah terjadi pada Syekh Ahmad Amin Anthaki ketika terungkap bagi dia bahwa kebenaran bersama mazhab Syi'ah, dan bukti-bukti kebenarannya adalah disepakati baik oleh kelompok Ahlisunnah maupun kelompok Syi'ah. Dia melakukan pilihan itu pada saat berbagai tuduhan dan dusta yang sama sekali tidak berasaskan kecuali fanatisme buta sedang gencar-gencarnya ditikamkan kepada tubuh Syi'ah.

Di antara faktor-faktor yang menimbulkan keraguan pada diri Syekh Anthaki tentang mazhab Syafi'i dan mazhab-mazhab Ahlisunnah yang lain adalah, perselisihan dan kontradiksi yang nyata di antara mereka sehingga tidak mungkin perselisihan dan kontradiksi itu bermuara kepada Islam yang jernih. Syekh di dalam kitabnya yang berjudul Fî Thorîqî Ilâ Al-Tasyayyu‘, halaman 16 mengatakan, "Contohnya, saya melihat mazhab Syafi'i memperbolehkan pernikahan anak perempuan hasil zina dengan ayah pezina yang memproduksinya, alasan mazhab ini adalah air sperma hasil zina tidak terhormat, maka anak tersebut tidak patut dihubungkan dengan ayahnya, oleh karena itu lelaki pezina itu boleh menjalin akad nikah dengan anak perempuan hasil perzinaannya. Sedangkan Abu Hanifah mengharamkan akad itu."

Salah satu faktor yang mendorong Syekh Anthaki untuk berpindah ke mazhab Syi'ah adalah kitab Al-Murôja‘ât karya Allamah Abdulhusain Syarafudin Amili yang sampai ke tangannya. Dalam hal ini dia mengatakan, "Aku memulai membaca halaman-halamannya dengan takjub, aku pun sering berhenti dan memikirkan isi buku ini yang berupa dialog antara Sayid Abdulhusain Syarafudin dan Syekh Sulaim Basyari –Syekh tertinggi Al Azhar pada saat dialog-, Syekh Sulaim bertanya dan mempertanyakan, sedangkan Sayid Syarafudin menjawab dan memberikan penyelesaian ..."

Padahal, ketika pertama buku itu diberikan kepada Syekh Anthaki, dia menolaknya mentah-mentah, karena dia telah banyak mendengar “kesesatan” mazhab Syi'ah dan bahkan meyakini kesesatannya. Dia mengatakan, "Saudara sekandungku, Syekh Mur'i menemukan buku itu, lalu dia berkata kepadaku, "Terimalah buku ini dan bacalah, kemudian takjublah dan pikirkan isinya." Aku katakan kepadanya, "Dari kelompok mana buku ini?" Dia menjawab dari mazhab Ja'fari, maka aku katakan lagi kepadanya, "Untuk apa buku itu bagiku, jauhkan buku itu dariku, karena aku tidak membutuhkannya sama sekali, aku membenci Syi'ah dan aku tidak butuh mereka, karena aku tahu siapa mereka." Saudaraku kembali berkata, "Bacalah dulu buku ini dan jangan kamu apa-apakan, toh tidak ada bahayanya kamu membaca buku ini, iya kan?" (Fî Thorîqî Ilâ Al-Tasyayyu‘, halaman 17.)

Faktor lain yang punya peran besar dalam perpindahan Syekh Ahmad Anthaki dari mazhab Syafi'i ke mazhab Syi'ah adalah kitab Abû Huroiroh karya Sayid Abdulhusain Syarafudin Amili. Buku ini menyingkap bahwa banyak sekali riwayat Islam yang tidak luput dari tangan jahil, karena jumlahnya terlalu banyak dan sebagiannya bertentangan dengan akal, Al-Qur'an dan Sunnah. Contohnya adalah riwayat bahwa Musa as. menghantam muka malaikat maut sampai membutakan matanya, atau riwayat bahwa Musa as. berjalan telanjang bulat di tengah Bani Israil, atau riwayat bahwa Allah swt. menciptakan Adam seperti rupa dan bentuk-Nya, dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain. Ini adalah buku yang obyektif, berharga dan memberikan data-data yang akurat kepada anda bagaimana Abu Hurairah yang mengalami hidup Nabi Muhammad saw. tidak lebih dari tiga tahun mempunyai riwayat yang sebanyak itu, bahkan jika dibandingkan dengan riwayat-riwayat dari empat khalifah pertama Nabi saw., maka total riwayat-riwayat mereka 27% lebih sedikit daripada riwayat-riwayat Abu Hurairah sendiri.

Di samping itu semua, ada bukti-bukti kuat sekali sehingga mau tidak mau seseorang harus menerimanya, bukti-bukti itu diterima oleh tolok ukur-tolok ukur kebenaran dari dua belah pihak Ahlisunnah dan Syi'ah, siapa saja yang jujur dan adil pasti tunduk di hadapan bukti-bukti itu dan segera bergerak menuju Ahlibait as. serta mengikuti bimbingan mereka. Di antara bukti-bukti kuat dan berlimpah yang mempengaruhi Syekh Ahmad Anthaki adalah Hadis Safinah yang di dalamnya Rasulullah saw. bersabda, "Perumpamaan Ahlibaitku di antara kalian adalah umpama Bahtera Nuh; siapa saja yang menumpanginya pasti selamat, dan siapa saja yang berpaling darinya pasti tenggelam dan tersesat." (Lih: Mustadrok, Hakim Nisaburi, jilid 2, hal. 342; Al-Showâ‘iq Al-Muhriqoh, hal. 153, dll.)

Begitu pula Hadis Tsaqolain yang di dalamnya Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya aku meninggalkan dua pusaka yang sangat berharga di tengah kalian; kitab Allah dan keluargaku, Ahlibaitku, selama kalian berpegang teguh kepada kedua-duanya niscaya setelahku kalian tidak akan sesat selama-lamanya, ketahuilah dua pusaka itu tidak akan pernah berpisah sampai mereka berdua datang kepadaku di telaga, maka perhatikanlah baik-baik bagaimana kalian memperlakukan mereka setelahku." (Lih: Shohîh Muslim, jilid 2, hal. 238; Musnad Ahmad Bin Hanbal, jilid 3, hal. 17; Shohîh Al-Tirmidzî, jilid 2, hal. 308, dll.)

Rasulullah saw. mengumpamakan Ahlibait beliau –dan menurut riwayat di dalam buku-buku induk hadis sahih Ahlisunnah adalah Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan sembilan imam dari keturunannya- dengan bahtera Nuh, karena keselamatan hanya ada pada mereka sebagaimana keselamatan hanya pernah ada pada bahtera Nuh dan orang-orang yang beriman bersamanya, gunung dan bukit apapun tidak bisa menyelamatkan seseorang.

Rasulullah saw. juga menggandengkan Ahlibait beliau dengan Al-Qur'an, dan ini menunjukkan makna yang jelas –tanpa keraguan sama sekali- bahwa mereka lebih tahu tentang Al-Qur'an, suci dan disucikan secara sempurna seperti Al-Qur'an. Jika tidak demikian halnya, maka penyerupaan dan penggandengan itu keliru dan sia-sia. Untuk keterangan lebih lanjut, kami sarankan kepada pembaca untuk merujuk kepada buku Al-Muroja‘ât karya Abdulhusain Syarafudin –yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia: Dialog Sunnah Syi'ah-, dia membawakan bukti-bukti yang mayoritasnya terdapat di sumber-sumber Ahlisunnah yang menyatakan keutamaan Ahlibait as. dan hak mereka.

Inilah sebagian faktor yang menyingkirkan debu penghalang dari dua mata Syekh Ahmad Anthaki dan membuatnya berpindah dari mazhab Syafi'i ke mazhab Syi'ah.

Inilah sekilas tentang riwayat hidup ulama yang jujur, adil, netral, dan pengikut kebenaran di mana pun berada. Adapun cerita perubahannya secara utuh dia tulis sendiri berikut alasan-alasannya di dalam buku yang berjudul Fî Thorîqî Ilâ Al-Tasyayyu‘, sebagaimana saudara dia juga punya buku yang serupa dan berjudul Limâdzâ Ikhtartu Madzhab Al-Syî‘ah.

Senin, 16 Februari 2015

‘Irfan Syi’ah –Khotbah Ke-184 Imam Ali (Tentang Semut, Belalang, dan Penciptaan Semesta)




Segala puji bagi Allah. la sedemikian sehingga indera tak dapat melihat-Nya, tempat tak dapat menampung-Nya, mata tak dapat melihat-Nya, dan tirai tak dapat menutup-Nya. la membuktikan kekekalan-Nya dengan terjadinya ciptaan-Nya, dan dengan memulai ciptaan-Nya (la membuktikan) maujud-Nya, dan dengan (saling) keserupaan mereka la membuktikan bahwa tak ada sesuatu yang menyerupai-Nya. la benar dalam janji-Nya. la terlalu tinggi untuk berlaku lalim kepada makhluk-makhluk-Nya. la berdiri dengan keadilan di antara ciptaan-Nya dan melaksanakan keadilan atas mereka dalam hukum-hukum-Nya. la memberikan bukti-bukti melalui penciptaan atas keberadaan-Nya yang azali, melalui tanda-tanda ketidak-mampuan mereka atas kekuasaan-Nya, dan melalui ketidakberdayaan mereka terhadap maut atas kekekalan-Nya.

la Esa, tetapi bukan dengan hitungan. la kekal tanpa batas. la maujud tanpa topangan. Pikiran mengakui-Nya tanpa (kegiatan) indera. Hal-hal yang dapat dilihat menyaksikan-Nya tanpa berhadap-hadapan dengan-Nya. Imajinasi tak dapat meliput-Nya. la menyatakan Diri-Nya kepada imajinasi dengan pertolongan-Nya bagi imajinasi, dan menolak untuk diimajinasikan oleh imajinasi. la telah menjadikan imajinasi perantara (dalam hal ini). la tidak besar dalam pengertian bervolume besar dan dengan demikian maka badan-Nya juga besar. Tidak pula la besar dalam pengertian bahwa batas-batas-Nya harus membentang sampai ke ujung terjauh dan karena itu kerangka-Nya luas. Tetapi la besar dalam kedudukan dan besar dalam wewenang.

Saya bersaksi bahwa Muhammad (saw) adalah hamba-Nya, Nabi-Nya yang terpilih dan pengemban amanat-Nya yang bertanggung jawab. Allah mengutusnya dengan bukti-bukti yang tak tersangkal, keberhasilan yang terang dan jalan yang terbuka. Demikianlah beliau menyampaikan risalah yang menyatakan kebenaran dengannya. Beliau memimpin manusia di jalan besar (yang benar), menegakkan tanda-tanda petunjuk dan menara-menara cahaya, dan membuat tali Islam menjadi kuat dan simpul-simpulnya kukuh.

Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Penciptaan Jenis-jenis Hewan

Sekiranya mereka merenungkan keagungan kekuasaan-Nya dan luas-nya nikmat-Nya, tentu mereka sudah kembali ke jalan yang benar dan takut akan hukuman neraka; tetapi hati berpenyakit dan mata tak murni. Tidakkah mereka melihat hal-hal kecil yang telah diciptakan-Nya, bagaimana la memperkuat jaringannya dan membuka bagi mereka pendengaran dan penglihatan dan membuat bagi mereka tulang dan kulit? Lihatlah semut dengan tubuhnya yang kecil dan bentuknya yang halus. la hampir tak terlihat di sudut mata, tak dapat pula ditangkap oleh imajinasi—betapa ia berjalan di bumi dan menggunakan rezekinya. la membawa gabah ke lobangnya dan menyimpannya di tempat kediamannya. la mengumpulkan selama musim panas untuk musim dinginnya, dan selama kuat untuk masa lemahnya. Rezekinya terjamin, dan diberi makan menurut pantasnya. Allah Yang Baik tidak melupakannya dan (Allah Yang Pemberi) tidak merenggut haknya, walaupun ia berada di batu kering atau karang yang kokoh.

Apabila engkau memikirkan tentang jalan pencernaannya di bagiannya yang tinggi dan rendah, selaput belulang pada perutnya, dan matanya dan telinganya di kepalanya, engkau akan takjub tentang penciptaannya dan engkau akan merasakan kesulitan dalam menggambarkannya. Mahatinggi Dia yang membuatnya berdiri pada kaki-kakinya dan menegakkannya pada tiang-tiangnya (anggotanya). Tak ada sekutu yang turut beserta-Nya dalam memulainya dan tak ada sesuatu yang berkuasa membantu-Nya dalam penciptaannya. Apabila engkau melangkah pada jalan imajinasimu, dan mencapai ujungnya, hal itu tak akan membawa engkau ke mana-mana kecuali bahwa Pencipta semut itu adalah sama dengan Pencipta kurma, karena segala sesuatu mempunyai (kehalusan) dan detail yang sama, dan setiap makhluk hidup mempunyai sedikit perbedaan.

Penciptaan Alam Semesta

Dalam ciptaan-Nya, yang besar, yang halus, yang berat, yang ringan, yang kuat, yang lemah, semuanya sama.[1] Demikian pula langit, udara, angin, dan air. Oleh karena itu engkau lihatlah matahari, bulan, tumbuhan, tanaman, air, batu, perbedaan malam ini dan siang, mengalirnya sungai-sungai, banyaknya gunung-gunung, tingginya puncak-puncaknya, perbedaan bahasa-bahasa dan aneka ragamnya lidah. Maka celakalah orang yang tidak mempercayai Pengatur dan menolak Penguasa. Mereka percaya bahwa mereka adalah seperti rumput yang untuk itu tak ada pemelihara dan tak ada yang membuat bentuknya yang aneka ragam. Mereka tidak bersandar pada sesuatu argumen atas apa yang mereka tegaskan, dan tak ada pula penelitian atas apa yang mereka dengar. Mungkinkah ada bangunan tanpa pembangun, atau pelanggaran tanpa ada yang melanggar?

Penciptaan Belalang yang Menakjubkan

Apabila engkau mau, engkau dapat mengatakan pula tentang belalang. Allah memberikan kepadanya dua mata yang merah, menerangi bagi mereka dua bulan—seperti bola mata—membuatkan untuknya telinga yang kecil, membukakan baginya mulut yang sesuai, dan memberikan kepadanya indera yang peka, memberikan kepadanya dua gigi untuk memotong dengannya dan dua kaki seperti arit untuk menggenggam. Para petani takut kepadanya karena mereka tak dapat mengusirnya walaupun mereka bergabung. Belalang menyerang lahan dan memuaskan hasratnya (laparnya) darinya walaupun badannya tak sebesar jari yang kecil.

Tentang Kemuliaan Allah

Mahasuci Allah yang di hadapan-Nya setiap yang di langit atau di bumi tunduk bersujud dengan sukarela atau terpaksa, menyerah kepada-Nya dengan menaruh pipi dan wajahnya (di debu), jatuh ke hadapan-Nya (dalam ketaatan) secara damai dan merendah, dan menyerahkan kepada-Nya kendali penuh dalam ketakutan dan kekhawatiran.

Burung-burung terikat oleh perintah-perintah-Nya. la mengetahui jumlah bulu mereka dan napas mereka. la telah membuat kaki mereka berdiri di air maupun di darat. la menetapkan rezeki mereka. la mengetahui jenis-jenisnya: ini gagak, ini elang, ini merpati, dan ini burung unta. la memanggil setiap burung dengan namanya (sementara menciptakannya) dan menyediakan rezekinya. la menciptakan awan-awan yang berat dan menghasilkan darinya hujan yang lebat dan menyebarkannya di berbagai (bagian) bumi. la membasahkan tanah setelah keringnya dan menumbuhkan tumbuhan darinya setelah gersangnya.

Catatan:

[1] Maksudnya adalah bahwa apabila hal yang paling kecil diuji, akan kedapatan bahwa ia mengandung apa-apa yang terdapat pada makhluk-makhluk yang besar, dan masing-masing akan menunjukkan refleksi yang sama dari alam, kemahiran mencipta dan pelaksanaan, dan rasio dari setiap kekuasaan dan kekuatan Allah akan sama, apakah itu sekecil semut atau sebesar pohon kurma. Bukanlah bahwa membuat sesuatu yang kecil itu mudah sedang membuat yang besar sulit bagi-Nya, karena perbedaan warna, ukuran kuantitas, hanyalah didasarkan pada titah kebijaksanaan-Nya dan keperluan, tetapi mengenai penciptaan itu sendiri tak ada perbedaan di antaranya. Oleh karena itu, keseragaman penciptaan merupakan suatu bukti akan keesaan dan ketunggalan Yang Maha Pencipta.
 
Sumber: Nahjul Balaghah

Sabtu, 07 Februari 2015

Al-Khawarizmi Sang Peletak Dasar Aljabar




Muhammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad

Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.

Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.

Biografi

Sedikit yang dapat diketahui dari hidup beliau, bahkan lokasi tempat lahirnya sekalipun. Nama beliau mungkin berasal dari Khwarizm (Khiva) yang berada di Provinsi Khurasan pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah (sekarang Xorazm, salah satu provinsi Uzbekistan). Gelar beliau adalah Abū ‘Abdu llāh atau Abū Ja’far.

Dalam Kitāb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, kita temukan sejarah singkat beliau, bersama dengan karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya antara 813-833. setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan, dan banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang juga dilakukan beliau. Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.

Karya

Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala atau: "Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.


Pada buku beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin.

Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan sumber-sumber Yunani.

Sistemasi dan koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah penghargaan untuk Afrika dan Timur Tengah. Buku besar beliau yang lain, Kitab surat al-ard ("Pemandangan Bumi";diterjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar yang diketahui dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan lokasi kota-kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.

Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma’mun dan berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut “ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya disalin dan ditransfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.

Kitab I - Aljabar

Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala (Kitab yang Merangkum Perhitungan Pelengkapan dan Penyeimbangan) adalah buku matematika yang ditulis pada tahun 830. Kitab ini merangkum definisi aljabar. Terjemahan ke dalam bahasa Latin dikenal sebagai Liber algebrae et almucabala oleh Robert dari Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerardus dari Cremona.

Dalam kitab tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar (di sini b dan c adalah bilangan bulat positif)   

http://4.bp.blogspot.com/-H9LzH9azxlA/USoRg38l89I/AAAAAAAAHgY/jCh1CNxMwZc/s1600/al-khwarizmi-method-1.jpg

dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi: al-jabr ( الجبر ) atau pemulihan atau pelengkapan) dan al-muqābala (penyetimbangan). Al-jabr adalah proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di kedua sisi. Contohnya, x^2 = 40x - 4x^2 disederhanakan menjadi 5x^2 = 40x. Al-muqābala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi. Contohnya, x^2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x^2 + 9 = x.

Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitāb al-ǧabr wa-l-muqābala, termasuk Abū Ḥanīfa al-Dīnawarī, Abū Kāmil (Rasāla fi al-ǧabr wa-al-muqābala), Abū Muḥammad al-‘Adlī, Abū Yūsuf al-Miṣṣīṣī, Ibnu Turk, Sind bin ‘Alī, Sahl bin Bišr, dan Šarafaddīn al-Ṭūsī.

Kitab 2 - Dixit algorizmi

Buku kedua besar beliau adalah tentang aritmatika, yang bertahan dalam Bahasa Latin, tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath, yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada 1126.

Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan kata: Dixit algorizmi ("Seperti kata al-Khawārizmī"), atau Algoritmi de numero Indorum ("al-Kahwārizmī pada angka kesenian Hindu"), sebuah nama baru di berikan pada hasil kerja beliau oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857. Kitab aslinya mungkin bernama Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind ("Buku Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan Kalkulasi Hindu")

Kitab 3 - Rekonstruksi Planetarium

Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitāb surat al-Ardh "Buku Pemandangan Dunia" atau "Kenampakan Bumi" diterjemahkan oleh Geography), yang selesai pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti perkembangan umum.

Hanya ada satu kopi dari Kitāb ṣūrat al-Arḍ, yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah Buku Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yang ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.

Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sanagat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.
Buku 4 - Astronomi

Kampus Corpus Christi MS 283

Buku Zīj al-sindhind (tabel astronomi) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial sebaik data yang diakui sekarang.


Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh astronomer Spanyol Maslama al-Majrīṭī (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip lainnya dalam bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique (Chartres), the Bibliothèque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).

Buku 5 - Kalender Yahudi

Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi istikhrāj taʾrīkh al-yahūd "Petunjuk Penanggalan Yahudi"). Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulan Tishrī dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi (penciptaan Adam) dan era Seleucid; dan memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh al-Bīrūnī dan Maimonides.

Karya lainnya

Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi pendekatan material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizmī. Manuskrip di Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya lain, seperti determinasi arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik.

Dua karya berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at al-mashriq fī kull balad) dan determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min qibal al-irtifā’).

Beliau juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolab. Ibnu al-Nadim dalam Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitāb ar-Ruḵāma(t) (buku sundial) dan Kitab al-Tarikh (buku sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut telah hilang.