Antoine
Bara adalah keturunan Suriah yang memiliki warga negara Kuwait dan tinggal di
sana. Ia dikenal sebagai seorang penulis sastra yang memiliki genre penulisan
tersendiri. Sampai saat ini kurang lebih ada 15 jilid buku yang telah
ditulisnya yang isinya kebanyakan berbicara tentang roman dan sastra. Sampai
saat ini ia masih berprofesi sebagai wartawan dan saat ini adalah tahun ke 41
ia menekuni profesinya. Tulisan-tulisannya banyak mengiasi media-media
terkenal. Saat ini ia adalah pimpinan redaksi majalah mingguan Al-Hawadits
Network Kuwait. Ia menegaskan bahwa Imam Husein as tidak hanya milik kaum
muslimin, tapi Husein milik dunia. Ia pun mengaku bahwa sampai saat ini telah
membaca Nahjul Balaghah sebanyak 25 kali dengan cukup serius, dan etiap kali ia
membaca, selalu saja ia menemukan poin-poin baru. Pada akhir dari tanya jawab
itu, ia mengucapkan sebuah kalimat yang luar biasa. Dengan penuh perasaan ia
berkata: “Husein berada dalam hati saya”.
SEBAGAI
PERTANYAAN PEMBUKA, SUDIKAH ANDA MENCERITAKAN TENTANG KELUARGA, KEHIDUPAN,
PENDIDIKAN DAN AKTIVITAS SOSIAL ANDA?
AB:
Saya Antoine Bara. Lahir di Suriah pada tahun 1943. Saya memiliki empat orang
saudara laki-laki dan tiga orang saudara perempuan. Saya dikaruniai empat orang
anak; Talal, Maryam, Feisal dan Yusuf. Kakek-kakek saya aslinya dari daerah
Najd Arab Saudi. Sejak lama mereka kemudian pindah ke suriah (Syam dahulunya).
Keluarga saya berasal dari kalangan menengah. Kebanyakan keluarga saya memilih
profesi sebagai tukang kayu dan pembuat alat-alat yang diperlukan oleh para
petani. Saya mulai masuk sekolah SD pada sebuah sekolah swasta yang dimiliki
oleh orang-orang Kristen. Setelah menamatkan SD, bersama saudara saya Habib,
kami melanjutkan ke sekolah pemerintah. Kami termasuk orang Kristen pertama
yang sekolah di sana. Selama ini hanya pelajar muslim yang belajar di sana.
Pertemuan
pertama pelajaran agama Islam, guru kami mengajak kami ke sebuah ruangan dan
berkata: “Bila kalian tidak mengikuti pelajaran ini tidak masalah. Nilai kalian
bisa diberikan lewat pelajaran bahasa Arab”. Pulang sekolah, masalah ini kami
bicarakan dengan ayah. Orang tua kami malah mengatakan agar kami berdua ikut
pelajaran itu. Kalian harus mengetahui agama-agama dunia. Kalian pelajari
budaya Islam. Kita sebagai Arab Kristen kaya dengan budaya Islam Oleh
karenanya, jangan sampai kalian tidak mengetahui budaya mereka.
Nasihat
ayah sangat mempengaruhi kami. Ayah juga berbicara langsung dengan guru agama
dan akhirnya kami ikut kelas agama Islam. Ayah sangat berjasa dalam rangka
memperkenalkan kami dengan agama Islam.
Masuk
SMU, saya memilih jurusan sastra. Sejak itu saya aktif menulis. Ketika pindah ke
Kuwait, saya menjadi penulis berita olah raga di harian Akhbar al-Kuwait.
Semenjak itu saya sering berpindah-pindah menulis berita olah raga, budaya,
ekonomi, seni dan kabar daerah juga pernah saya lakoni. Menjadi penulis atau
pimpinan redaksi koran atau majalah sudah merupakan pekerjaan saya. Kira-kira
tahun ini adalah tahun ke 41 saya menekuni dunia jurnalistik.
SAAT
INI APA AKTIVITAS ANDA?
AB:
Saat ini saya selaku direktur majalah mingguan Al-Hawadits Network. Majalah
yang menyoroti masalah seni, sosial, budaya dan hukum. Tapi tidak itu saja
kerja saya. Karena saya punya kontrak dengan sebagian majalah dan radio. Hanya
saja saat ini konsentrasi saya pada buku-buku sastra dan roman. Saat ini saya
punya buku yang ditulis sejak 25 tahun lalu. Buku itu berjudul “Zainab;
Sharkhah Akmalat Masirah” (Zainab; Teriakan yang menyempurnakan perjalanan
Husein as). Sampai saat ini belum selesai. Saya memberikan kemungkinan
kualitasnya masih di bawah buku saudaranya “Al-Husein Fi al-Fikr al-Masihi”.
MAUKAH
ANDA MENCERITAKAN BAGAIMANA ANDA SAMPAI MENGENAL TENTANG AHUL BAIT, TERUTAMA
IMAM HUSEIN AS? DI MANA ANDA MULAI PERTAMA KALI MENGENAL IMAM HUSEIN? BAGAIMANA
ITU TERJADI SEHINGGA ANDA BERPIKIRAN UNTUK MENULIS TENTANG IMAM HUSEIN AS?
AB:
Semuanya terjadi begitu saja tanpa direncanakan. Apa yang saya baca mengenai
Karbala sangat sedikit. Saat masih muda dan lagi semangat-semangatnya bekerja,
bersama teman-teman kami pergi menemui almarhum Ayatullah Sayyid Muhammad
Syirazi. Saat itu beliau bertanya kepada saya: “Apakah engkau mengetahui
tentang peristiwa Karbala? Jawab saya: “Yang saya ketahui Karbala merupakan
perang antara Yazid dan Husein”. Beliau melanjutkan: “Apakah engkau mengetahui
tentang apa yang terjadi pada perang itu? “Tidak”, jawab saya. Beliau kemudian
memberikan kepada saya beberapa buku tentang Karbala. Salah satunya adalah buku
yang menceritakan kejadian rinci peristiwa Karbala berjudul al-Muqarram.
Sekembali
dari sana, saya mulai membaca buku itu. Di samping membaca buku itu, saya
secara aktif memberikan catatan-catatan di pinggir buku. Setelah sebulan saya
kembali bertemu dengan Ayatullah Muhammad Syirazi. Beliau bertanya: “Apakah
engkau telah membacanya? saya menjawab: “Iya”. Selain itu juga saya memberikan
catatan pinggir dalam buku tersebut. Enam bulan setelah itu, Ayatullah Syirazi
meminta saya untuk memperlihatkan catatan pinggir. Setelah membacanya, beliau
berkata bahwa catatan-catatan yang saya berikan atas buku itu punya nilai untuk
dijadikan sebuah buku. Karena dalam catatan itu ada banyak poin-poin yang belum
ditulis oleh penulis Syi’ah maupun Sunni. Karena ini ditulis oleh seorang
Kristen yang tidak pernah tahu akan kesucian tokoh yang bakal ditulis. Seorang
yang tidak memandang sejarah hanya dari sisi materi tapi menukik jauh mengeksplorasi
sisi maknawinya. Engkau sebagai seorang Kristen yang hidup di tengah-tengah
peradaban Islam memiliki gaya tulisan dan sudut pandang yang berbeda. Mendapat
dorongan itu saya hanya dapat menjawab: “Usia saya masih sangat muda untuk
mengumpulkan ide-ide lalu menuliskannya. Ini sebuah pekerjaan besar dan sulit”.
Beliau menasihati saya: “Mulailah bekerja! Allah dengan berkah Imam Husein as
akan menolongmu”.
Semenjak
itu saya mulai menulis. Namun, setiap kali saya mulai untuk menulis, terasa
bahwa pekerjaan ini semakin sulit. Karena pekerjaan ini akan menyebabkan
sebagian kelompok akan senang dan sebagian lainnya tidak senang. Khususnya,
banyaknya data-data sejarah yang saling kontradiksi. Hal ini membuat saya
seperti sedang berjalan di antara ranjau. Jalur yang saya pilih merupakan
tempat persimpangan akidah dan mazhab yang memiliki masa lalu dimulai dari
peristiwa Saqifah hingga pembantaian Karbala. Di sini ada kelompok yang pro dan
ada yang kontra.
Sebagian
seperti Ibn Qayyim al-Jauzi mengatakan bahwa kesalahan terbesar adalah
kebangkitan dan perlawanan Husein. Sementara sejarawan lain menyebutkan bahwa
gerakan Husein merupakan pergerakan yang berlandaskan akidah.
Dari
sini, saya melihat bahwa betapa penting dan riskannya saya selaku seorang
Kristen melihat masalah ini. Karena saya bukan seorang muslim sehingga tidak
dipengaruhi secara emosional oleh kejadian. Saya bukan pula seorang orientalis
yang tidak punya kepedulian mengkaji sisi emosi dan maknawi dari peristiwa
Karbala.
Untuk
menulis buku ini, saya melakukan rujukan terhadap ratusan sumber. Cukup lama
saya melakukan penelitian. Setiap kali mulai menulis, saya merasa ikut secara
emosi dan berkali-kali pula saya menghapus dan mulai menulis lagi sampai
benar-benar saya puas dengan hasil tulisan saya sendiri. Penelitian yang saya
lakukan menghabiskan waktu 5 tahun. Setelah itu saya mulai menulis. Dalam
proses menulis buku ini, saya merasakan ada kekuatan yang tidak terlihat yang
mendorong dan memacu saya untuk menyelesaikan tulisan. Sekarang, 32 tahun
berlalu semenjak saya menulis buku ini. Dengan pengalaman di dunia jurnalistik,
saya tidak yakin dapat menghasilkan karya yang lebih baik dari buku ini. Buku
ini punya arti tersendiri buat saya dibandingkan 15 buah buku saya yang lain.
Karena pengaruh dan reaksi yang indah dan positif muncul dalam usaha saya
menulis buku ini. Analisa rasional yang saya pakai dalam mendekati masalah
Karbala membuat saya sampai pada sebuah capaian. Saya merasa berhasil membuka
cakrawala baru dalam mengkaji masalah Karbala.
ANDA
TELAH BERBICARA BANYAK MENGENAI BUKU “HUSEIN AS MENURUT SEORANG KRISTEN”. KAMI
AKAN SANGAT BERTERIMA KASIH BILA ANDA MAU BERBICARA LEBIH LANJUT MENGENAI
KEKHUSUSAN BUKU INI?
AB:
Kelebihan buku ini adalah cara pandang terhadap masalah. Perbedaan itu baik
dari sisi kaum muslimin sendiri atau dari penulis-penulis orientalis.
Kebanyakan orang yang telah membaca buku ini menyimpulkan bahwa ia ditulis
dengan menjaga sikap obyektif, tidak memihak.
Kekhususan
lain yang dimiliki adalah berusaha untuk melakukan perbandingan antara pribadi
Husein dan Isa, baik dari sisi cara pandang, sikap, tindakan, ucapan dan cara
mereka menemui kesahidan karena memperjuangkan akidah dan keyakinannya. Saya
melihat banyak kesamaan antara pribadi Husein dan Isa sebagai seorang martir
dan bukan sebagai seorang Nabi. Berkenaan dengan kehidupan dan kesahidan Husein
saya banyak melakukan penelitian. Sungguh menakjubkan, banyak saya temukan
perilaku, tindakan, ucapan, cara menyampaikan keyakinan dan bagaimana membela
keyakinannya yang memiliki kesamaan dengan Isa. Ini satu hal yang baru buat
saya. Tema ini secara terperinci saya kaji yang memunculkan pertanyaan mengapa
kedua orang ini lebih memilih mati. Terlebih buat Husein yang masih punya
kesempatan untuk meraih keuntungan material. Ia dapat saja memilih kedudukan
dan kekayaan duniawi bila sedikit menunjukkan kelenturannya dalam menyikapi
keadaan yang ada. Ia dapat saja menerima keinginan Muawiyah dan Yazid. Dengan
mudah ia dapat menyelamatkan dirinya dari kematian. Namun, berdasarkan ayat,
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan
berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah” (at-Taubah: 41), ia
melakukan pergerakan yang luar biasa. Ia tidak mempedulikan semua pangkat,
kedudukan dan kekayaan. Sementara itu pada saat bersamaan, para pecinta dunia
tamak akan semua itu. Husein meninggalkan semua itu dan menuju pada jalan
kesahidan. Dalam usahanya menuju jalan kesahidan ia tidak lupa membawa
keluarganya menuju syahadah. Ia tahu betul bahwa mereka berada di jalur akidah.
KAMI
MENDENGAR BAHWA PADA CETAKAN KEEMPAT INI ANDA MELAKUKAN REVISI SERTA
MENAMBAHKAN TULISAN LAIN SEHINGGA BUKU INI TERLIHAT LEBIH BERISI DAN KAYA.
APAKAH ANDA MAU MEMBERIKAN PENJELASAN LEBIH LANJUT?
AB:
Pada cetakan keempat, saya menambahkan komentar-komentar dari tokoh-tokoh kaum
muslimin; baik dari Sunni maupun Syi’ah. Komentar yang pernah dimuat di media.
Begitu juga saya menambahkan tentang pemberitaan buku ini. Karena buku ini
sempat di meja hijaukan oleh pemerintah Kuwait dan dilarang peredarannya.
Tambahan lain adalah adanya 50 gambar yang dihasilkan oleh seniman Iran dan
Arab yang menggambarkan bagaimana terjadinya peristiwa Karbala. Gambar-gambar
ini saya letakkan di akhir buku. Yang lebih penting dari semua itu adalah
penambahan sumber-sumber rujukan baru yang tidak terdapat pada cetakan
sebelumnya. Ringkasnya, cetakan ke empat merupakan hasil usaha penelitian baru
selama 20 tahun dengan analisa yang lebih rinci dan detil guna memperkaya buku
ini. Alhamdulillah, cetakan keempat ini telah dicetak dan lebih bisa diterima.
PELARANGAN
PEREDARAN BUKU ANDA SEPERTI APA?
AB:
Masalah di meja hijaukan buku ini merupakan hal yang aneh. Mengapa saya katakan
aneh, karena sangkaan itu berdasarkan ibarat tentang kepemimpinan Utsman atas
kaum muslimin, cara ia memerintah dan bagaimana masyarakat melakukan
demonstrasi terhadapnya. Saya menukil ibarat-ibarat itu dari buku rujukan yang
paling dipercaya. Buku yang saya jadikan rujukan ada tersimpan rapi di
perpustakaan Kuwait. Pada tahun 1986 ada surat panggilan dari pengadilan untuk
saya. Alasannya adalah ibarat yang saya pakai tentang Utsman merupakan hasil
karangan saya belaka dan tidak ada data yang jelas.
Untuk
membuktikan ketidakbersalahan saya, puluhan rujukan dan buku yang menulis
tentang Utsman saya bawakan dan perlihatkan kepada mereka. Saya katakan bahwa
masalah ini sangat jelas dan tidak ada yang perlu ditutup-tutupi. Bahkan, yang
menarik, saya menemukan ibarat yang lebih keras di sebuah majalah al-Arabi yang
berafiliasi dengan Kementrian Penerangan Kuwait. Ibarat yang ada dengan isi
yang sama, namun dengan nada keras berbicara tentang Utsman.
Ironisnya,
karena sejak awal niat mereka adalah berusaha agar buku ini tidak diterbitkan,
pertama mereka menuntut saya mengganti rugi sebesar 50 dinar. Setelah itu
terbit pelarangan dan penarikan kembali buku ini. Saya tidak terima. Saya minta
naik banding. Dalam pengadilan banding, saya membawakan data-data sejarah
kira-kira setebal 150 halaman. Hakim pada pengadilan banding, tanpa berusaha
mau melihat data-data yang saya bawakan, yang kesemuanya dari buku-buku Ahli
Sunah, memenangkan amar putusan pengadilan sebelumnya. Saya dapat merasakan
bagaimana hakim punya niat tidak baik sejak awal. Saya tahu betul bahwa hakim
punya hubungan erat dengan gerakan salafi.
Setelah
lama berlalu, pada akhirnya saya tahu bahwa apa yang terkait dengan Syi’ah
bakal disidangkan dan pasti putusannya adalah pelarangan peredaran. Pada
akhirnya, buku saya pada tahun itu termasuk yang berada di daftar buku-buku
hitam yang dilarang terbit.
Dengan
kejadian itu, saya berkesimpulan untuk tidak mencetak untuk keduakalinya.
Semenjak itu, kurang lebih selama 20 tahun, yang saya lakukan adalah mengedit
kembali dengan memberikan tambahan. Saya hanya melakukan itu hingga dua tahun
terakhir saya melangkah lebih jauh dengan terjun langsung melakukan lay out dan
mencetaknya. Akhirnya cetakan baru keluar tanpa kekurangan dan kritik.
APA
REAKSI DAN RESPON PEMBACA BUKU ANDA?
AB:
Setelah buku itu terbit, kira-kira 3 bulan, salah seorang salafi yang ekstrim
menulis buku dengan judul “Yazid Amir al-Mukminin” (Yazid pemimpin kaum
mukminin), yang tujuannya sebagai jawaban dan kritikan atas buku saya. Ia salah
seorang pengikut kelompok yang sesat. Dengan semua fasilitas yang dimilikinya
berusaha untuk menyesatkan pemikiran Islam dan Syi’ah. Ia membawa bukunya untuk
dicetak di percetakan di mana buku saya dicetak. Pimpinan percetakan yang
melihat gelagat tidak baik, lantas memintanya untuk mendapatkan izin cetak
terlebih dahulu baru dicetak. Ucapan ini membuatnya tidak jadi memaksakan
bukunya untuk dicetak. Setelah setahun, saya baru tahu kalau buku itu dicetak
di Arab Saudi. Buku ini isinya penuh dengan hinaan dan cemoohan terhadap Husein
yang dipengaruhi oleh pemikiran ibn Jauzi.
Selain
buku di atas, ada beberapa buku lain yang diterbitkan. Buku-buku ini pada
bagian-bagian tertentu dari pembahasannya sedikit banyaknya berusaha melakukan
kritik atas buku saya. Begitu juga di media massa dengan mudah dapat ditemukan,
baik dahulu atau sekarang, tulisan-tulisan yang melakukan kritik. Semua itu
dilakukan oleh kaum muslim ekstrim.
Dari
sisi lain, banyak dari kalangan muslim, baik itu Sunni atau Syi’ah, memberikan
pujian atas keberadaan buku ini. Buku ini mencerminkan rasa persatuan dan
mencoba melihat masalah secara lebih obyektif. Menurut mereka, sikap obyektif
yang tercermin dari buku ini merupakan kelebihan buku ini. Mereka menegaskan
bahwa buku ini ditulis jauh dari sikap fanatik dan tendensi tertentu. Gaya
kajian buku ini mempergunakan metode rasional dan tidak memihak.
Mereka
yang kontra mengatakan bahwa semua yang tertulis dalam buku ini tidak benar.
Semua kesamaan antara Husein dan Isa, pada kenyataannya tidak ada. Bila nampak
seperti ada kesamaan, maka itu hanya kebetulan saja.
Secara
umum, setelah peluncuran buku ini, banyak yang pro dan kontra, namun yang pro
lebih banyak.
ANDA
SENDIRI MELIHAT BAGAIMANA REAKSI ULAMA ISLAM DAN PARA PENDETA TENTANG BUKU INI?
AB:
Di kalangan kaum muslimin, kebanyakan ulama Syi’ah dan sebagian kelompok dari
ulama Ahli Sunah menunjukkan sikap positif atas terbitnya buku ini. Mereka
menyebutkan sebuah buku yang menganalisa secara rasional, indah dan perlu
dibaca. Buku ini mampu menjaga sikap obyektif. Ulama Syi’ah secara keseluruhan
memberikan penilaian bahwa buku ini membawa ide-ide yang benar-benar baru,
teori dan analisa yang diberikan lahir dari kreativitas penulis. Sementara
sebagian ulama salafi yang ekstrim menganggap muatan buku ini tidak benar dan
memuat ajaran dan keyakinan Syi’ah.
Ilmuwan
dan para pendeta menunjukkan sikap positif. Mereka memuji hasil kerja saya.
Bahkan sebagian dari mereka sangat senang dengan diterbitkannya buku yang
seperti ini. Mereka berkeyakinan usaha ini adalah upaya untuk mendekatkan
agama-agama dan mencoba menyatukan perbuatan para wali dan Nabi.
Umumnya,
mereka yang mengkritik buku ini tidak memiliki dalil dan data yang cukup. Saya sendiri
melihat bahwa kritikan itu lahir dari sikap fanatik dan tendensi tertentu.
Kefanatikan mereka begitu besar sehingga menutup mata mereka untuk menanyakan,
mengapa cucu Nabi harus melakukan penentangan atas penguasa? Semua fasilitas
tidak digubrisnya, malah mengajak keluarga menuju jalan yang penuh bahaya.
Apakah tujuan Husein bersifat pribadi? Bila untuk itu, ia tidak akan
membahayakan dirinya. Namun, kita melihat bagaimana setelah berabad-abad,
generasi demi generasi, ide dan jalan yang ditempuh Husein disucikan. Jutaan
manusia mengingat Husein dengan penghormatan. Apakah ini bukan rahasia ilahi?
Ada
yang mengkritik saya dengan mengatakan bahwa bukankah engkau bukan seorang
muslim, mengapa harus menulis tentang Husein? Jawaban saya: “Bagaimana mungkin
seseorang tidak tertarik dan luruh di hadapan pribadi sebesar Husein yang
berasal dari keturunan Nabi, Ali dan Fathimah Zahra? Dalam catatan sejarah
tidak pernah dalam kehidupannya ditemukan ia menunjukkan kesan lemah dan hina.
Saya tidak sendiri disedot oleh karisma dan kepribadian Husein. Lihatlah Gandi!
Seorang Hindu yang mengatakan bahwa bila kalian ingin menang dalam perjuangan,
maka berjalanlah di jalur Husein. Saya belajar dari Husein untuk menjadi mazlum
agar dapat menang”.
Apakah
Gandi seorang muslim sehingga ia harus mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu?
Atau Jibran Khalil Jibran seorang Kristen yang berbicara tentang Husein. Ia
berkata: “Husein adalah pelita yang menerangi semua agama”. Saya juga ingin
menggambarkan sosok itu, “Husein rahasia kekekalan semua agama”.
DI
DALAM ISLAM BANYAK PRIBADI AGUNG YANG DAPAT MENJADI TELADAN, KHUSUSNYA DI
SYI’AH ADA PARA IMAM, SEPERTI IMAM ALI AS. MENGAPA ANDA MEMILIH ZAINAB DAN
HUSEIN AS? APAKAH SELAIN KEDUANYA, ANDA PUNYA TULISAN JUGA?
AB:
Pertanyaan bagus. Dalam buku ini, saya menuliskan ibarat yang berbunyi, “Islam
dimulai oleh Muhammad dan kelanjutannya oleh Husein. Perjuangan Karbala dimulai
oleh Husein dan kelanjutannya oleh Zainab”. Tuhan pada masa tertentu akan
memilih sekelompok orang yang mampu menghidupkan hati manusia. Husein merupakan
sebagian dari penghidup itu. Dengan pergerakan yang dilakukannya banyak “orang
mati” yang hidup kembali. Dengan segala penghormatan terhadap semua Imam as,
terutama Imam Ali as yang begitu dicintai oleh sebagian besar orang-orang
Kristen Arab, perjuangan yang dilakukan oleh Husein merupakan perjuangan yang
jelas dan dicatat oleh sejarah dan pengaruhnya tertanam dalam hati manusia.
Percikan api yang terjadi di Karbala saat ini bak sinar lampu yang menerangi sejarah
kehidupan manusia. Lihat bagaimana lampu yang coba dinyalakan oleh Muawiyah dan
Yazid telah padam dan lenyap. Saat ini apa yang Anda ketahui tentang kuburan
Yazid? Siapa yang menghormati kuburannya? Di Suriah, kuburannya telah berubah
menjadi tempat sampah, tempat kucing mengaisi makanannya. Bandingkan dengan
beberapa meter dari kuburannya, tempat kepala Husein dikuburkan. Tempat itu
dihormati oleh kaum muslimin. Penghormatan kepada para Imam as, saya tunjukkan
dengan alasan memilih Husein.
Perlu
diketahui bahwa sekaitan dengan Imam Ali as, saya juga melakukan kajian
tentangnya. Saya meneliti Imam Ali as berbarengan atau di sela-sela penelitian
saya terhadap Husein. Saya telah membaca Nahjul Balaghah sebanyak 25 kali. Dan
setiap kali saya membacanya terungkap poin-poin baru. Dalam tulisan-tulisan
saya, bahkan dalam buku ini, ucapan-ucapan Imam Ali as banyak menghiasi. Sampai
saat ini, ada beberapa artikel yang saya tuliskan tentang Imam Ali as.
SETELAH
MELAKUKAN KAJIAN PANJANG DAN DALAM BERHUBUNGAN DENGAN SEJARAH ISLAM TENTANG
PRIBADI IMAM HUSEIN AS, BAGAIMANA SEKARANG ANDA MENDEFINISIKAN IMAM HUSEIN AS.
DENGAN IBARAT LAIN, BAGAIMANA ANDA MELIHAT DAN MENDEFINISIKAN IMAM HUSEIN AS?
AB:
Definisi saya tentang Husein sama dengan ibarat pendek tentangnya dalam buku
ini. Saya menyebutnya, “Husein rahasia kekekalan semua agama”. Saya
memperkenalkan Husein sebagai martir yang tidak memiliki kedudukan dan kekayaan
seperti Fir’aun dan Kisra. Husein begitu rendah hati dan untuk menjaga agama
dan bergerak pada jalur kakeknya ia mulai menapaki jalannya. Ia memulai dengan
berdialog dengan Muawiyah dan Yazid. Sayangnya, metode dialog tidak mempan.
Husein tahu bakal terbunuh tapi ia tetap memilih jalan penuh bahaya itu. Dengan
pasukan kecil berjumlah 70 orang ia menghadapi 70 ribu pasukan Ubaidillah. Ia
dan pasukannya bergerak menuju Kufah agar pergerakan ini dapat menyentuh
masyarakat.
Perjuangan
Husein tidak khusus milik Sunni dan Syi’ah. Perjuangan Husein milik setiap
orang mukmin. Itu yang diungkapkan oleh hadis, “Sesungguhnya pembantaian Husein
membuat gejolak di dada orang mukmin yang tidak bakal padam selamanya”. Hadis
ini tidak menyebutkan di dada muslim, melainkan mencakup setiap manusia bebas
yang percaya dan mukmin akan jalan dan cara Husein. Oleh karenanya, setiap
pemikir yang menyadari sejarah Husein bakal tertarik dan mengikutinya,
sebagaimana mereka tertarik dan mengikuti jalan dan cara Ali bin Abi Thalib as.
DALAM
BUKU ANDA, DISEBUTKAN BAHWA NABI ISA AS MENGETAHUI KEDATANGAN HUSEIN KE
KARBALA. NABI ISA AS JUGA MEMBERIKAN KABAR TENTANG HUSEIN. APAKAH KLAIM ANDA
INI BISA DIBUKTIKAN?
AB: Iya! Argumentasi saya semuanya bisa ditemukan di Injil. Dalam sejarah disebutkan bahwa Isa sempat pergi ke Karbala. Isa as kemudian berkata kepada Bani Israil: “Barang siapa yang menemui Husein di sana, hendaknya ia menolongnya”. Sebagian meragukan riwayat sejarah ini. Saya tidak melihat ada keraguan tentang masalah ini. Karena Isa as memiliki banyak mukjizat. Ia dapat menghidupkan orang mati dan dapat pula menyembuhkan penyakit yang sulit sembuh. Oleh karenanya, apakah sulit buat dia untuk membuka rahasia masa depan dan mengatakan siapa yang bakal menjadi martir setelah dirinya?
ANDA
MELAKUKAN KAJIAN YANG LUAS DAN MENDALAM MENGENAI KEHIDUPAN DAN UCAPAN-UCAPAN IMAM
HUSEIN AS. SISI MANA DARI PRIBADINYA YANG PALING MENARIK PERHATIAN ANDA?
AB:
Pertanyaan indah. Saya sangat tertarik pada sisi revolusioner dari pribadi
Husein. Ketika keluar untuk melawan ia berkata: “Aku tidak melawan dengan
alasan hawa nafsu, kesenangan, kerusakan dan kezaliman. Aku bangkit melawan
untuk memperbaiki umat kakekku dan berdasarkan amar makruf dan nahi mungkar”.
Semangat revolusioner semacam ini dapat menciptakan mukjizat. Pada tahun-tahun
terakhir kita dapat melihat kemenangan revolusi, kemuliaan dan kebanggaan.
Masyarakat Iran dengan pemimpinnya bahu membahu bangkit melawan hegemoni dan
kezaliman berdasarkan filsafat ini.
Sisi
lain dari kepribadian Husein yang sangat menarik perhatian saya adalah
kerendahan hati di samping semangat revolusioner yang dimilikinya. Ini dua
sifat yang tidak mungkin berdampingan pada diri seseorang. Sikap rendah hati
merupakan sifat orang-orang pilihan Tuhan. Husein di samping memiliki semangat
harga diri dan kebebasan di hadapan musuh, juga rendah hati. Ini sifat mulia
yang menjadi kekhususan Husein.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar