Rabu, 07 Mei 2014

Diskursus Sholawat




Oleh Ali Reza

Dalam sebuah seminar di Sumatera Utara, salah seorang profesor dari sebuah majelis ulama di negeri ini berkata bahwa para pengikut Syiah suka bermain-main dalam salawatnya. Dia mengkritik bahwa Syiah selalu bersalawat kepada keluarga nabi tapi tidak pernah menyebut-nyebut sahabat nabi. Pria bergelar profesor itu mengatakan bahwa di dalam kitab suci umat Islam perintah salawat hanya ditujukan untuk nabi tok.

Sekilas memang benar. Tapi bukankah kita tidak akan pernah bisa mengerti bagaimana caranya salat—yang darinya juga muncul kata salawat—sekalipun misalkan terdapat ratusan ayat yang memerintahkan umat Islam untuk menegakkan salat? Bukankah sudah disepakati bahwa riwayat hadis menjadi penjelas bagi ayat-ayat suci Alquran?

إن النبي صلى الله عليه وسلم خرج علينا، فقلنا: يا رسول الله، قد علمنا كيف نسلم عليك، فكيف نصلي عليك؟ قال: قولوا: اللهم صل على محمد، وعلى آل محمد، كما صليت على آل إبراهيم، إنك حميد مجيد. اللهم بارك على محمد، وعلى آل محمد، كما باركت على آل إبراهيم، إنك حميد مجيد

Dalam Shahîh Al-Bukhârî bab salawat kepada nabi saw. disebutkan bahwa sekelompok sahabat bertanya kepada nabi, “Wahai Rasulullah, engkau telah mengajari kami cara mengucapkan salam, lalu bagaimana cara kami bersalawat kepadamu?” Beliau berkata, “Hendaklah kalian mengucapkan: ‘Ya Allah, sampaikan salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau sampaikan salawat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.’”

Cara bersalawat yang tidak jauh berbeda juga disebutkan dalam tafsir Al-Qurthubi dan Fakhurruzi terhadap ayat salawat dan tetap mencantumkan keharusan menyebut keluarga Muhammad saw. Bahkan dalam kitabnya, Ibnu Hajar Al-Haitami menyebutkan riwayat bahwa nabi melarang kita untuk bersalawat jika tidak disertai dengan keluarga Muhammad.

لا تصلوا علي الصلاة البتراء تقولون اللهم صل على محمد وتمسكون بل قولوا اللهم صل على محمد وعلى آل محمد

Nabi bersabda, “Janganlah kalian bersalawat kepadaku dengan salawat yang batra. Kalian mengatakan: ‘Ya Allah sampaikanlah salawat kepada Muhammad’ lalu kalian diam. Tapi katakanlah: ‘Ya Allah sampaikanlah salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad’.”

Sehingga perlu sekali lagi ditegaskan bahwa salawat kepada keluarga Nabi Muhammad saw. bukanlah keinginan pribadi Rasulullah saw. apalagi main-mainan Syiah. Ketika sang profesor mengatakan bahwa salawat kepada keluarga Nabi Muhammad saw. hanyalah anjuran, maka dia harus menelan kenyataan bahwa sesungguhnya salawat kepada sahabatlah yang tidak wajib, meskipun Allah dan malaikat juga bersalawat (mendoakan) orang-orang beriman.

Jika dikatakan bahwa salawat kepada keluarga nabi hanyalah anjuran, maka dia harus mengingat sabda nabi yang ditegaskan oleh Imam Syafii r.a. bahwa barang siapa yang menegakkan salat tapi tidak membaca salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad maka salatnya tidaklah sah.

Beberapa orang yang merasa mamakai busana ahli tauhid mengatakan bahwa salawat kepada Muhammad adalah pengagungan yang bisa menjurus kepada syirik, maka sebagaimana salat menjadi media penghubung antara manusia dengan Tuhannya, salawat juga menjadi tali penghubung kita kepada Nabi Muhammad saw. Dengan membaca salawat kita tidak meninggikan Nabi Muhammad saw. di atas keharusannya, justru memposisikan beliau pada tempatnya sebagaimana diperintahkan.

Saya tidak pernah bisa melupakan majalah Sabili yang terbit pada bulan September 2005 yang menulis bahwa Syiah membaca salawat allâhumma shalli ‘alla Muhammad wa Ali, yakni kepada keluarga Ali. Semoga kejahilan dari tidak bisa membedakan antara âli (keluarga) dan ‘Alî atau kepicikan jenis lainnya tidak terus berlanjut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar