Oleh
Ali Reza
Dalam
sebuah seminar di Sumatera Utara, salah seorang profesor dari sebuah majelis
ulama di negeri ini berkata bahwa para pengikut Syiah suka bermain-main dalam
salawatnya. Dia mengkritik bahwa Syiah selalu bersalawat kepada keluarga nabi
tapi tidak pernah menyebut-nyebut sahabat nabi. Pria bergelar profesor itu
mengatakan bahwa di dalam kitab suci umat Islam perintah salawat hanya
ditujukan untuk nabi tok.
Sekilas
memang benar. Tapi bukankah kita tidak akan pernah bisa mengerti bagaimana
caranya salat—yang darinya juga muncul kata salawat—sekalipun misalkan terdapat
ratusan ayat yang memerintahkan umat Islam untuk menegakkan salat? Bukankah
sudah disepakati bahwa riwayat hadis menjadi penjelas bagi ayat-ayat suci Alquran?
إن
النبي صلى الله عليه وسلم خرج علينا، فقلنا: يا رسول الله، قد علمنا كيف نسلم عليك،
فكيف نصلي عليك؟ قال: قولوا: اللهم صل على محمد، وعلى آل محمد، كما صليت على آل إبراهيم،
إنك حميد مجيد. اللهم بارك على محمد، وعلى آل محمد، كما باركت على آل إبراهيم، إنك
حميد مجيد
Dalam
Shahîh Al-Bukhârî bab salawat kepada nabi saw. disebutkan bahwa
sekelompok sahabat bertanya kepada nabi, “Wahai Rasulullah, engkau telah
mengajari kami cara mengucapkan salam, lalu bagaimana cara kami bersalawat
kepadamu?” Beliau berkata, “Hendaklah kalian mengucapkan: ‘Ya Allah, sampaikan
salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau sampaikan
salawat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha
Mulia. Ya Allah, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau
berkahi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.’”
Cara
bersalawat yang tidak jauh berbeda juga disebutkan dalam tafsir Al-Qurthubi dan
Fakhurruzi terhadap ayat salawat dan tetap mencantumkan keharusan menyebut
keluarga Muhammad saw. Bahkan dalam kitabnya, Ibnu Hajar Al-Haitami
menyebutkan riwayat bahwa nabi melarang kita untuk bersalawat jika tidak
disertai dengan keluarga Muhammad.
لا
تصلوا علي الصلاة البتراء تقولون اللهم صل على محمد وتمسكون بل قولوا اللهم صل على
محمد وعلى آل محمد
Nabi
bersabda, “Janganlah kalian bersalawat kepadaku dengan salawat yang batra.
Kalian mengatakan: ‘Ya Allah sampaikanlah salawat kepada Muhammad’ lalu kalian
diam. Tapi katakanlah: ‘Ya Allah sampaikanlah salawat kepada Muhammad dan
keluarga Muhammad’.”
Sehingga
perlu sekali lagi ditegaskan bahwa salawat kepada keluarga Nabi Muhammad saw.
bukanlah keinginan pribadi Rasulullah saw. apalagi main-mainan Syiah. Ketika
sang profesor mengatakan bahwa salawat kepada keluarga Nabi Muhammad saw.
hanyalah anjuran, maka dia harus menelan kenyataan bahwa sesungguhnya salawat
kepada sahabatlah yang tidak wajib, meskipun Allah dan malaikat juga bersalawat
(mendoakan) orang-orang beriman.
Jika
dikatakan bahwa salawat kepada keluarga nabi hanyalah anjuran, maka dia harus
mengingat sabda nabi yang ditegaskan oleh Imam Syafii r.a. bahwa barang siapa
yang menegakkan salat tapi tidak membaca salawat kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad maka salatnya tidaklah sah.
Beberapa
orang yang merasa mamakai busana ahli tauhid mengatakan bahwa salawat
kepada Muhammad adalah pengagungan yang bisa menjurus kepada syirik, maka
sebagaimana salat menjadi media penghubung antara manusia dengan Tuhannya,
salawat juga menjadi tali penghubung kita kepada Nabi Muhammad saw. Dengan
membaca salawat kita tidak meninggikan Nabi Muhammad saw. di atas keharusannya,
justru memposisikan beliau pada tempatnya sebagaimana diperintahkan.
Saya
tidak pernah bisa melupakan majalah Sabili yang terbit pada bulan
September 2005 yang menulis bahwa Syiah membaca salawat allâhumma shalli
‘alla Muhammad wa Ali, yakni kepada keluarga Ali. Semoga kejahilan dari
tidak bisa membedakan antara âli (keluarga) dan ‘Alî atau
kepicikan jenis lainnya tidak terus berlanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar