“Ia adalah sekretaris Imam
Ali, menyimpan banyak dokumen, dan menyusun sebuah kitab tentang berbagai bab
Fiqih, seperti Wudhu, Shalat dan bab-bab lainnya. Ia belajar pada Imam Ali bin
Abi Thalib as. Penyusunan kitab itu dilakukannya pada masa hidup sang guru yang
mulia, dimulai dari bab Wudhu. Termaktub di dalamnya, bahwa jika salah seorang
dari kalian hendak berwudhu, maka memulailah dari bagian kanan ke kiri dari
badannya”
Oleh Ayatullah Sayyid Hasan Ash-Shadr
Ketahuilah bahwasanya
orang pertama yang mengarang kitab di bidang ilmu Fiqih dan merumuskannya ialah
Ali ibn Abu Rafie –pembantu Rasulullah saw. An-Najasyi di dalam mengulas
generasi pertama pengarang dari Syi’ah Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib as:
“Ali ibn Abu Rafie, pembantu Rasulullah saw adalah seorang tabi’in dan pengikut
setia Syi’ah. Ia mempunyai hubungan persahabatan yang dekat dengan Imam Ali ibn
Abi Thalib as. Ia adalah sekretaris Imam Ali, menyimpan banyak dokumen, dan
menyusun sebuah kitab tentang berbagai bab Fiqih, seperti Wudhu, Shalat dan
bab-bab lainnya. Ia belajar pada Imam Ali bin Abi Thalib as. Penyusunan kitab
itu dilakukannya pada masa hidup sang guru yang mulia, dimulai dari bab Wudhu.
Termaktub di dalamnya, bahwa jika salah seorang dari kalian hendak berwudhu,
maka memulailah dari bagian kanan ke kiri dari badannya”.
Masih dari An-Najasyi
dikatakan: “Para Ulama menghormati kitab ini. Maka, dia (Ali bin Abu Rafie)
adalah orang pertama dari kaum Syi’ah yang mengarang kitab di bidang Fiqih. Dan
Jalaluddin As-Suyuthi menyatakan: “Orang pertama yang mengarang kitab di bidang
Fiqih ialah Imam Abu Hanifah”. Maksudnya ialah orang pertama dari kalangan Ahli
Sunnah, sebab penyusunan kitab fiqih telah dilakukan oleh Ali ibn Abu Rafie di
masa hiodup Imam Ali ibn Abi Thalib as, beberapa puluh tahun jauh sebelum
kelahiran Abu Hanifah.
Bahkan terdapat sekelompok
ahli fiqih Syi’ah yang mengarang kitab di bidang Fiqih sebelum Abu Hanifah,
seperti seoang tabi’in bernama Al-Qosim ibn Muhammad ibn Abu Bakar dan Sa’id
ibn Al-Musayyab; seorang faqih Madinah keturuan bangsa Quraisy –dan salah
seorang enam pakar fiqih. Sa’id wafat pada tahun 94 H. Sementara Al-Qosim ibn
Muhammad ibn Abu Bakar wafat pada 106 H. ini berdasarkan pendapat yang benar.
Ia adalah datuk Tuan kami; Imam Ja’far Ash-Shadiq as dari pihak ibu beliau,
yaitu Farwah binti Al-Qosim. Al-Qosim menikah dengan anak perempuan Imam Ali
Zainal Abidin as.
Di samping itu, Abdullah
Al-Humairi di dalam kitabnya, Qurbul Isnad, dalam mengulas ihwal Al-Qosim ibn
Muhammad ibn Abu Bakar dan Sa’id ibn Al-Musayyab mengatakan: “Kedua-duanya
adalah Syi’ah”. Adapun Al-Kulaini di dalam Al-Kafi di bab kelahiran Imam Ja’far
Ash-Shadiq as menukil dari Yahya ibn Jarir, bahwa Yahya mengatakan: “Berkata
Abu Abdillah (Imam Ja’far Ash-Shadiq as) bahwa Sa’id ibn Al-Musayyab, Al-Qosim
ibn Muhammad ibn Abu Bakar dan Abu Khalid Al-Kalibi termasuk dari perawi-perawi
terpercaya Ali ibn Husein as (Imam Ali Zainal Abidin). Bahkan dalam sebuah
hadis, dinyatakan bahwa Sa’id dan Al-Qosim adalah dua hawari (sahabat dekat)
Ali ibn Husein as.”
Tentang Tokoh-tokoh Tersohor
Dari Fuqoha Generasi Pertama Syi’ah
Nama-nama mereka telah
dicatat oleh Syeikh Abu Amr Al-Kasyi di dalam kitabnya yang terkenal; Rijalul
Kasyi, yang semasa dengan Abu Ja’far Al-Kulaini; ahli hadis di abad ketiga.
Al-Kasyi mengatakan: “Mengenai nama-nama para faqih dari sahabat Imam Muhammad
al Baqir dan Imam Ja’far Ash-Shadiq as, bahwa para ulama telah sepakat pada
pengakuan mereka akan kedudukan ilmu orang-orang pertama dari sahabat Imam
Muhammad al Baqir dan Imam Ja’far Ash-Shadiq as, dimana ulama ini merujuk
mereka ini dalam masalah fiqih. Mereka mengatakan bahwa yang paling terkemuka
di antara mereka adalah enam sahabat Imam, yaitu Zurarah ibn A’yan, Ma’ruf ibn
Kharbudz, Buraid, Abu Bashir Al-Asadi, Al-Fudhail ibn Yasar dan Muhammad ibn
Muslim Ath-Thaifi. Sebagian mereka mengatakan bahwa yang benar ialah Abu Abshir
Al-Muradi, yakni Laits ibn Al-Bakhtari, bukan Abu Bashir Al-Asadi. Mereka juga
mengatakan bahwa yang paling alim di antara enam sahabat ini ialah Zurarah”.
Al-Kasyi lebih lanjut
mengatakan: “Mengenai nama-nama fuqoha dari sahabat Imam Ja’far Ash-Shodiq as,
para ulama telah sepakat untuk menyatakan sohih atas hadis-hadis sohih yang
diriwayatkan oleh mereka, membenarkan apa yang mereka katakan, dan mengakui
fiqih selain mereka berenam yang telah kami sebutkan namanya masing-masing.
(Selain) mereka itu adalah enam orang –yaitu Jamil ibn Darraj, Abdullah ibn
Miskan, Abdullah ibn Bakir, Hammad ibn Isa, Hammad ibn Utsman dan Aban ibn
Utsman. Mereka (para ulama) juga mengatakan bahwa seorang faqih besar bernama
Abu Ishaq; yaitu Tsa’labah ibn Maimun, menilai bahwa yang paling alim di antara
mereka berenam ialah Jamil ibn Darraj. Enam orang itu adalah sahabat-sahabat
muda Imam Ja’far Ash-Shadiq as”.
Masih dari Al-Kasyi
dinyatakan: “Mengenai nama-nama fuqoha dari sahabat Abu Ibrahim dan Abul Hasan
(Imam Ali Ar-Ridha as), bahwa telah sepakat ulama kami untuk menilai sohih
hadis-hadis yang diriwayatkan oleh mereka, membenarkan ucapan mereka serta
mengakui ilmu dan fiqih mereka. Mereka itu ialah enam orang yang datang selain
eman orang sahabat Imam Ja’far Ash-Shadiq as yang telah kami sebutkan di atas
tadi –yaitu Yunus ibn Abdurrahman, Shafwan ibn Yahya Bayya’ As-Sabiri, Muhammad
ibn Abi Umair, Abdullah ibn Al-Mughirah, Al-Hasan ibn Mahbub dan Ahmad ibn
Muhammad ibn Abi Bashar. Sebagian ulama itu mengatakan bahwa yang benar
bukanlah Al-Hasan ibn Mahbub, tetapi Al-Hasan ibn Ali ibn Fidhal dan Fudhalah
ibn Ayyub. Sebagian mereka lagi menempatkan Utsman ibn Isa di posisi Fudhalah.
Disepakati bahwa di antara mereka yang paling alim ialah Yunus ibn Abdurrahman
dan Shafwan ibn Yahya”. Demikianlah kesaksian Al-Kasyi menjelaskan tokoh-tokoh
tersohor dari fuqoha Syi’ah.
Tentang Banyaknya Jumlah Nama
Faqih Dari Generasi Pertama Yang Mengarang Kitab Berdasarkan Mazhab Imam Ja’far
Ibn Muhammad Ash-Shadiq as
Ketika membahas ihwal Imam
Ja’far Ash-Shadiq as, Syeikh Abul Qosim Ja’far ibn Sa’id yang terkenal dengan
gelar Al-Muhaqqiq (peneliti) mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul
Al-Mu’tabar: “Dia (Imam Ja’far Ash-Shadiq) telah melakukan pengajaran
sekelompok besar dari ulama dan ahli fikih terkemuka. Dari jawaban-jawaban Imam
Ja’far as atas persoalan-persoalan yang diajukan, mereka menulis 400 kitab”.
Saya katakan bahwa kitab-kitab ini adalah hasil penyusunan para ulama dan ahli
fikih tersebut. Namun, perlu dicatat bahwa Syeikh Syamsuddin Muhammad ibn Makki
Asy-Syahid menyatakan di awal kitab Adz-Dzikra: “jawaban-jawaban Imam Ja’far
Ash-Shadiq as atas masalah-masalah fiqih telah ditulis oleh 4000 orang dari
warga Irak, Hijaz, Khurasan dan Syam. Nama-nama kitab mereka tersimpan di
kitab-kitab katalogia kitab-kitab Syi’ah, seperti kitab Fehrest Syeikh Abul
Abbas An-Najasyi, Fehrest Syeikh Abu Ja’far Ath-Thusi, Fehrest Syeikh Abul
Faraj Ibnu Nadim, kitab Al-‘Uqaili, kitab Ibnu Al-Ghadhoiri.
Pada kesempatan membahas
ihwal Imam Ja’far Ash-Shadiq as, Syeikh Mufid di dalam Al-Irsyad mengatakan:
“Begitu banyak orang yang menukil dari beliau sehingga menjadi pusat tujuan
perjalanan dan menebar sanjungan kepadanya di berbagai pelosok negeri. Para
ulama tidak menukil hadis dan ilmu beliau dari salah satu aggota keluarga
beliau. Para ahli hadis mencatat nama-nama perawi terpercaya yang meriwayatkan
dari beliau, meski perbedaan pendapat mereka. Jumlah mereka mencapai 4000
orang”. Saya katakan bahwa Syeikh Abul Abbas Ahmad ibn ‘Uqdah Az-Zaidi telah
menghitung nama-nama tersebut sebanyak 4000 orang, lalu menghimpunnya secara
terpisah di dalam sebuh kitab, sebagaimana yang dilaporkan oleh Syeikh Abu
Ja’far Ath-Thusi di awal bab sahabat-sahabat Imam Ja’far Ash-Shadiq as dari
kitabnya, Ar-Rijal. Silahkan dirujuk!
Tentang Sebagian Kitab-kitab
Induk Fiqih Yang Dikarang Oleh Sahabat-sahabat Para Imam Ahlulbait Dari
Generasi Pasca Tabi’in
Seperti kitab induk fiqih
bernama Jami’ul Fiqh yang dikarang oleh Tsabit ibn Hurmuz Al-Miqdam dari Imam
Ali Zainal Abidin as, dan kitab Syara’iul Iman, karya Muhammad ibn Al-Mu’afi
–pembantu Imam Ja’far Ash-Shadiq as sekaligus belajar pada Imam Musa Al-Kadzim
dan Imam Ali Ar-Ridha as. Muhammad wafat pada tahun 265 H. Juga kitab Jami’
Abwabil Fiqh karya Ali ibn Abu Hamzah; murid Imam Ja’far Ash-Shadiq as. Adalah
Abdullah ibn Al-Mughirah telah menulis tiga puluh kitab tentang bebarapa bab
fiqih, sebagaimana dicatat oleh An-Najasyi. Ia adalah salah seorang sahabat
Imam Musa Al-Kadzim as.
Ada juga kitab Al-Fiqh wal
Ahkam yang dkarang oleh Ibrahim ibn Muhammad ibn Abu Yahya Al-Madani Al-Aslami.
Ia swafat pada tahun 184 H. Juga kitab Al-Jamie fi Abwabil Fiqh karya Al-Hasan
ibn Ali ibn Abu Muhammad Al-Hijal. Juga kitab Al-Jamiul Kabir fil Fiqh karya Ali
ibn Muhammad ibn Syireh Al-Kasyani Abil Hasan –seorang yang produktif mengarang
kitab. Juga sebuah kitab yang disusun menurut urutan bab fiqih yang dikarang
oleh Shafwan ibn Yahya Al-Bajali. Ia wafat pada tahun 210 H. Juga kitab
Al-Masyikhakh yang disusun berdasarkan arti fiqih oleh Abu Ali Al-Hasan ibn
Mahbub As-Sarrad –seorang guru besar Syi’ah dan sahabat Imam Ali Ar-Ridha as.
Ia wafat pada tahun 224 H. Dan terkhir adalah kitab Ar-Rahmah –sebuah kitab
tebal yang menghimpun berbagai cabang ilmu fiqih dari jalur Ahulubait as.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar