Senin, 09 Maret 2015

Ali Ibn Abu Rafie –Tokoh Syi’ah Ali Peletak Dasar Ilmu Fikih





“Ia adalah sekretaris Imam Ali, menyimpan banyak dokumen, dan menyusun sebuah kitab tentang berbagai bab Fiqih, seperti Wudhu, Shalat dan bab-bab lainnya. Ia belajar pada Imam Ali bin Abi Thalib as. Penyusunan kitab itu dilakukannya pada masa hidup sang guru yang mulia, dimulai dari bab Wudhu. Termaktub di dalamnya, bahwa jika salah seorang dari kalian hendak berwudhu, maka memulailah dari bagian kanan ke kiri dari badannya”

Oleh Ayatullah Sayyid Hasan Ash-Shadr

Ketahuilah bahwasanya orang pertama yang mengarang kitab di bidang ilmu Fiqih dan merumuskannya ialah Ali ibn Abu Rafie –pembantu Rasulullah saw. An-Najasyi di dalam mengulas generasi pertama pengarang dari Syi’ah Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib as: “Ali ibn Abu Rafie, pembantu Rasulullah saw adalah seorang tabi’in dan pengikut setia Syi’ah. Ia mempunyai hubungan persahabatan yang dekat dengan Imam Ali ibn Abi Thalib as. Ia adalah sekretaris Imam Ali, menyimpan banyak dokumen, dan menyusun sebuah kitab tentang berbagai bab Fiqih, seperti Wudhu, Shalat dan bab-bab lainnya. Ia belajar pada Imam Ali bin Abi Thalib as. Penyusunan kitab itu dilakukannya pada masa hidup sang guru yang mulia, dimulai dari bab Wudhu. Termaktub di dalamnya, bahwa jika salah seorang dari kalian hendak berwudhu, maka memulailah dari bagian kanan ke kiri dari badannya”.

Masih dari An-Najasyi dikatakan: “Para Ulama menghormati kitab ini. Maka, dia (Ali bin Abu Rafie) adalah orang pertama dari kaum Syi’ah yang mengarang kitab di bidang Fiqih. Dan Jalaluddin As-Suyuthi menyatakan: “Orang pertama yang mengarang kitab di bidang Fiqih ialah Imam Abu Hanifah”. Maksudnya ialah orang pertama dari kalangan Ahli Sunnah, sebab penyusunan kitab fiqih telah dilakukan oleh Ali ibn Abu Rafie di masa hiodup Imam Ali ibn Abi Thalib as, beberapa puluh tahun jauh sebelum kelahiran Abu Hanifah.

Bahkan terdapat sekelompok ahli fiqih Syi’ah yang mengarang kitab di bidang Fiqih sebelum Abu Hanifah, seperti seoang tabi’in bernama Al-Qosim ibn Muhammad ibn Abu Bakar dan Sa’id ibn Al-Musayyab; seorang faqih Madinah keturuan bangsa Quraisy –dan salah seorang enam pakar fiqih. Sa’id wafat pada tahun 94 H. Sementara Al-Qosim ibn Muhammad ibn Abu Bakar wafat pada 106 H. ini berdasarkan pendapat yang benar. Ia adalah datuk Tuan kami; Imam Ja’far Ash-Shadiq as dari pihak ibu beliau, yaitu Farwah binti Al-Qosim. Al-Qosim menikah dengan anak perempuan Imam Ali Zainal Abidin as.

Di samping itu, Abdullah Al-Humairi di dalam kitabnya, Qurbul Isnad, dalam mengulas ihwal Al-Qosim ibn Muhammad ibn Abu Bakar dan Sa’id ibn Al-Musayyab mengatakan: “Kedua-duanya adalah Syi’ah”. Adapun Al-Kulaini di dalam Al-Kafi di bab kelahiran Imam Ja’far Ash-Shadiq as menukil dari Yahya ibn Jarir, bahwa Yahya mengatakan: “Berkata Abu Abdillah (Imam Ja’far Ash-Shadiq as) bahwa Sa’id ibn Al-Musayyab, Al-Qosim ibn Muhammad ibn Abu Bakar dan Abu Khalid Al-Kalibi termasuk dari perawi-perawi terpercaya Ali ibn Husein as (Imam Ali Zainal Abidin). Bahkan dalam sebuah hadis, dinyatakan bahwa Sa’id dan Al-Qosim adalah dua hawari (sahabat dekat) Ali ibn Husein as.”

Tentang Tokoh-tokoh Tersohor Dari Fuqoha Generasi Pertama Syi’ah

Nama-nama mereka telah dicatat oleh Syeikh Abu Amr Al-Kasyi di dalam kitabnya yang terkenal; Rijalul Kasyi, yang semasa dengan Abu Ja’far Al-Kulaini; ahli hadis di abad ketiga. Al-Kasyi mengatakan: “Mengenai nama-nama para faqih dari sahabat Imam Muhammad al Baqir dan Imam Ja’far Ash-Shadiq as, bahwa para ulama telah sepakat pada pengakuan mereka akan kedudukan ilmu orang-orang pertama dari sahabat Imam Muhammad al Baqir dan Imam Ja’far Ash-Shadiq as, dimana ulama ini merujuk mereka ini dalam masalah fiqih. Mereka mengatakan bahwa yang paling terkemuka di antara mereka adalah enam sahabat Imam, yaitu Zurarah ibn A’yan, Ma’ruf ibn Kharbudz, Buraid, Abu Bashir Al-Asadi, Al-Fudhail ibn Yasar dan Muhammad ibn Muslim Ath-Thaifi. Sebagian mereka mengatakan bahwa yang benar ialah Abu Abshir Al-Muradi, yakni Laits ibn Al-Bakhtari, bukan Abu Bashir Al-Asadi. Mereka juga mengatakan bahwa yang paling alim di antara enam sahabat ini ialah Zurarah”.

Al-Kasyi lebih lanjut mengatakan: “Mengenai nama-nama fuqoha dari sahabat Imam Ja’far Ash-Shodiq as, para ulama telah sepakat untuk menyatakan sohih atas hadis-hadis sohih yang diriwayatkan oleh mereka, membenarkan apa yang mereka katakan, dan mengakui fiqih selain mereka berenam yang telah kami sebutkan namanya masing-masing. (Selain) mereka itu adalah enam orang –yaitu Jamil ibn Darraj, Abdullah ibn Miskan, Abdullah ibn Bakir, Hammad ibn Isa, Hammad ibn Utsman dan Aban ibn Utsman. Mereka (para ulama) juga mengatakan bahwa seorang faqih besar bernama Abu Ishaq; yaitu Tsa’labah ibn Maimun, menilai bahwa yang paling alim di antara mereka berenam ialah Jamil ibn Darraj. Enam orang itu adalah sahabat-sahabat muda Imam Ja’far Ash-Shadiq as”.

Masih dari Al-Kasyi dinyatakan: “Mengenai nama-nama fuqoha dari sahabat Abu Ibrahim dan Abul Hasan (Imam Ali Ar-Ridha as), bahwa telah sepakat ulama kami untuk menilai sohih hadis-hadis yang diriwayatkan oleh mereka, membenarkan ucapan mereka serta mengakui ilmu dan fiqih mereka. Mereka itu ialah enam orang yang datang selain eman orang sahabat Imam Ja’far Ash-Shadiq as yang telah kami sebutkan di atas tadi –yaitu Yunus ibn Abdurrahman, Shafwan ibn Yahya Bayya’ As-Sabiri, Muhammad ibn Abi Umair, Abdullah ibn Al-Mughirah, Al-Hasan ibn Mahbub dan Ahmad ibn Muhammad ibn Abi Bashar. Sebagian ulama itu mengatakan bahwa yang benar bukanlah Al-Hasan ibn Mahbub, tetapi Al-Hasan ibn Ali ibn Fidhal dan Fudhalah ibn Ayyub. Sebagian mereka lagi menempatkan Utsman ibn Isa di posisi Fudhalah. Disepakati bahwa di antara mereka yang paling alim ialah Yunus ibn Abdurrahman dan Shafwan ibn Yahya”. Demikianlah kesaksian Al-Kasyi menjelaskan tokoh-tokoh tersohor dari fuqoha Syi’ah.

Tentang Banyaknya Jumlah Nama Faqih Dari Generasi Pertama Yang Mengarang Kitab Berdasarkan Mazhab Imam Ja’far Ibn Muhammad Ash-Shadiq as

Ketika membahas ihwal Imam Ja’far Ash-Shadiq as, Syeikh Abul Qosim Ja’far ibn Sa’id yang terkenal dengan gelar Al-Muhaqqiq (peneliti) mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul Al-Mu’tabar: “Dia (Imam Ja’far Ash-Shadiq) telah melakukan pengajaran sekelompok besar dari ulama dan ahli fikih terkemuka. Dari jawaban-jawaban Imam Ja’far as atas persoalan-persoalan yang diajukan, mereka menulis 400 kitab”. Saya katakan bahwa kitab-kitab ini adalah hasil penyusunan para ulama dan ahli fikih tersebut. Namun, perlu dicatat bahwa Syeikh Syamsuddin Muhammad ibn Makki Asy-Syahid menyatakan di awal kitab Adz-Dzikra: “jawaban-jawaban Imam Ja’far Ash-Shadiq as atas masalah-masalah fiqih telah ditulis oleh 4000 orang dari warga Irak, Hijaz, Khurasan dan Syam. Nama-nama kitab mereka tersimpan di kitab-kitab katalogia kitab-kitab Syi’ah, seperti kitab Fehrest Syeikh Abul Abbas An-Najasyi, Fehrest Syeikh Abu Ja’far Ath-Thusi, Fehrest Syeikh Abul Faraj Ibnu Nadim, kitab Al-‘Uqaili, kitab Ibnu Al-Ghadhoiri.

Pada kesempatan membahas ihwal Imam Ja’far Ash-Shadiq as, Syeikh Mufid di dalam Al-Irsyad mengatakan: “Begitu banyak orang yang menukil dari beliau sehingga menjadi pusat tujuan perjalanan dan menebar sanjungan kepadanya di berbagai pelosok negeri. Para ulama tidak menukil hadis dan ilmu beliau dari salah satu aggota keluarga beliau. Para ahli hadis mencatat nama-nama perawi terpercaya yang meriwayatkan dari beliau, meski perbedaan pendapat mereka. Jumlah mereka mencapai 4000 orang”. Saya katakan bahwa Syeikh Abul Abbas Ahmad ibn ‘Uqdah Az-Zaidi telah menghitung nama-nama tersebut sebanyak 4000 orang, lalu menghimpunnya secara terpisah di dalam sebuh kitab, sebagaimana yang dilaporkan oleh Syeikh Abu Ja’far Ath-Thusi di awal bab sahabat-sahabat Imam Ja’far Ash-Shadiq as dari kitabnya, Ar-Rijal. Silahkan dirujuk!

Tentang Sebagian Kitab-kitab Induk Fiqih Yang Dikarang Oleh Sahabat-sahabat Para Imam Ahlulbait Dari Generasi Pasca Tabi’in

Seperti kitab induk fiqih bernama Jami’ul Fiqh yang dikarang oleh Tsabit ibn Hurmuz Al-Miqdam dari Imam Ali Zainal Abidin as, dan kitab Syara’iul Iman, karya Muhammad ibn Al-Mu’afi –pembantu Imam Ja’far Ash-Shadiq as sekaligus belajar pada Imam Musa Al-Kadzim dan Imam Ali Ar-Ridha as. Muhammad wafat pada tahun 265 H. Juga kitab Jami’ Abwabil Fiqh karya Ali ibn Abu Hamzah; murid Imam Ja’far Ash-Shadiq as. Adalah Abdullah ibn Al-Mughirah telah menulis tiga puluh kitab tentang bebarapa bab fiqih, sebagaimana dicatat oleh An-Najasyi. Ia adalah salah seorang sahabat Imam Musa Al-Kadzim as.

Ada juga kitab Al-Fiqh wal Ahkam yang dkarang oleh Ibrahim ibn Muhammad ibn Abu Yahya Al-Madani Al-Aslami. Ia swafat pada tahun 184 H. Juga kitab Al-Jamie fi Abwabil Fiqh karya Al-Hasan ibn Ali ibn Abu Muhammad Al-Hijal. Juga kitab Al-Jamiul Kabir fil Fiqh karya Ali ibn Muhammad ibn Syireh Al-Kasyani Abil Hasan –seorang yang produktif mengarang kitab. Juga sebuah kitab yang disusun menurut urutan bab fiqih yang dikarang oleh Shafwan ibn Yahya Al-Bajali. Ia wafat pada tahun 210 H. Juga kitab Al-Masyikhakh yang disusun berdasarkan arti fiqih oleh Abu Ali Al-Hasan ibn Mahbub As-Sarrad –seorang guru besar Syi’ah dan sahabat Imam Ali Ar-Ridha as. Ia wafat pada tahun 224 H. Dan terkhir adalah kitab Ar-Rahmah –sebuah kitab tebal yang menghimpun berbagai cabang ilmu fiqih dari jalur Ahulubait as.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar