Rabu, 06 Agustus 2014

Iran, Negerinya Ahlul Bait Muhammad Saw




Oleh Ahmad Samantho

Kota Qom berjarak 135 km dari Teheran, ibukota Iran. Secara administratif, Qom adalah ibu kota propinsi Qom yang menurut statistik 1997, jumlah penduduknya sekitar 44,850 jiwa; 16,91 % tinggal di kota dan 82,8 % tinggal di daerah pedesaan. Qum terletak di kawasan sahara tengah Iran. Posisinya yang berada di tengah padang yang gersang dan jauh dari laut, iklim Qom sangat kering dan memiliki curah hujan yang kecil. Sebagian besarnya tanahnya tidak bisa dimanfaatkan untuk pertanian.

Tanahnya tidak subur antara lain karena posisinya yang berdekatan dengan danau garam. Di musim panas, suhu udara bisa mendekati 40 derajat celsius. Meski begitu, di musim dingin suhu udara juga bisa anjlok hingga di bawah nol dan sesekali turun salju, meskipun jarang sekali lebat, tak sebagaimana Teheran.

Sejarah Qom

Konon, kota Qom didirikan sebelum era Islam. Tapi menurut sebagian kalangan, kota itu didirikan setelah Islam. “Kum” adalah nama benteng di kota ini, dan kota ini dinamai Qom setelah orang-orang Arab Muslim menyebut-nyebut benteng itu dengan lafal “qum”. Ketika pasukan Islam menyerang Iran, Qom merupakan bagian dari teritori Isfahan, karena itu Qom jatuh ke tangan pasukan Arab bersamaan dengan jatuhnya kota Isfahan ke tangan mereka.

Tahun 23-24 H, Abu Musa al-‘Asy’ari mengirimkan sebagian pasukan yang berada di bawah komandonya ke Qom dan kota inipun jatuh ke tangan mereka di era kekhalifahan Umar bin Khattab. Suku A’sy’ari kemudian pindah dari Kufah ke Qom. Kedatangan mereka membuat Qom lamban laun menjadi kota. Sempat terjadi konflik antara suku Arab Asy’ari yang Muslim dan warga setempat yang beragama Zaratustra, dan warga setempatpun kalah telak.

Pada abad-abad permulaan Islam, Bani Alawiyyin (keturunan Imam Ali bin Abi Thalib) mendapat banyak gangguan dan siksaan dari para penguasa dinasti Umawiyah dan dinasti penerusnya, Abbasiah, dan Qom menjadi salah satu tempat pelarian kaum Alawiyyin. Kedatangan Alawiyyin ke Qom membuat kota ini menjadi sebuah kota bercorak Alawiyyin.

Penduduk Qom memandang dinasti Abbasiah bertanggungjawab atas kematian Imam Ali bin Musa ar-Ridha, imam kedelapan kaum Syiah dan keturunan Rasul (Ahlul Bait) generasi kedelapan. Imam ar-Ridha memiliki adik perempuan, Fatimah Maksumah, yang datang dari Madinah untuk mencari beliau di kota Masyhad, sekitar 1000 km dari Qum, tetapi Fatimah wafat ketika sampai di Qom. Jenazahnya dimakamkan di Qom dan penduduk setempat sangat menghormatinya.

Kecintaan penduduk Qom kepada Ahlul Bait (keluarga dan keturunan suci Rasul SAW) membuat mereka tak pernah akur dengan penguasa. Mereka menolak membayar pajak dan upeti. Akibatnya, al-Makmun, penguasa dinasti Abbasiyah, mengirim pasukan pimpinan Ali bin Hisham ke Qom. Kota ini hancur diobrak-abrik pasukan Ali bin Hisyam, dan terjadi pembunuhan massal.

Ketika Khalifah al-Makmun tewas di tangan pemberontak pada tahun 216 H, rakyat Qom menyerbu Darul Hukumah Qom dan mengusir kaki tangan khalifah. Pemberontakan di Qom ini kemudian ditumpas oleh Khalifah al-Muktasim yang menggantikan al-Makmun. Untuk Kedua kalinya Qom di obrak-abrik dan dibakar oleh pasukan Abbasiyah, dan kota ini pun dikuasai oleh Mohammad bin Isa al-Badghisi yang kemudian menjalankan kebijakan persuasif dengan warga setempat.

Ketika al-Muktasim digantikan oleh al-Mutawakkil, kebijakan represif anti Alawiyyin menggila. Penduduk Qom mendukung Hasan al-Kaukabi untuk mendirikan pemerintahan Alawiyyin di kawasan Taliqan, Qazwin, Zanjan, dan Abhar. Al-Kaukabi kemudian ditumpas oleh al-Muktamid yang menggantikan al-Mutawakkil dengan mengirim pasukan di bawah komando Musa bin Bagha.

Penduduk Qom kemudian mencoba berlindung kepada Imam Hasan al-Asykari, Imam ke-11 kaum Syiah. Secara umum, pemberontakan dan penumpasan berkelanjutan sampai masa kekuasaan Ali Buyeh yang berasal dari Bani Alawi. Di masa Ali Buyeh, Qom mengalami banyak kemajuan dalam berbagai bidang. Di era Seljuk, Qom juga terus mengalami perkembangan di tangan kaum pribumi.

Qom hancur total ketika pasukan Mongol datang menyerbu, tetapi kembali mendapat perhatian besar ketika sebagian penguasa, termasuk Sultan Mohammad Uljaitu, mulai cenderung kepada Islam. Pada beberapa dekade terakhir abad ke-8 Hijriah, Qum diserbu pasukan Timur Gurgani dan banyak penduduknya dibunuh secara massal.

Bersamaan dengan munculnya pemerintahan dinasti Qaraquyunilu dan Aqh Quyunilu, dan khususnya di era Safaviyan, Qom kembali berkembang. Tahun 909 H Qom menjadi salah satu pusat budaya dan pengembangan ilmu fikih Syiah. Kota ini dimeriahkan oleh pendidikan dan kajian keagamaan oleh para ulama. Obyek-obyek ziarahnya semakin ramai dikunjungi orang.

Ketika diserang orang-orang Afghan, Qum kembali porak-poranda dan mengakibatkan penduduknya menderita tekanan ekonomi berat. Di era kekuasaan Nadir Shah Afshar, Qom juga menderita banyak kerusakan, begitu pula ketika keluarga Zand dan Qajar bertikai memperebutkan kekuasaan atas Iran.

Tahun 1208, Qum dikuasai Agha Mohammad Khan Qajar. Fatah Ali berhasil mengalahkan musuh dan kemudian memperbaiki komplek makam Hazrat Maksumah sesuai nazarnya. Tahun 1916, ketika pasukan Rusia menyerbu Iran dan memasuki Karaj, banyak warga Teheran yang melarikan diri ke Qom. Saat itu bahkan ada rencana memindahkan ibukota Iran ke Qom, tetapi digagalkan oleh Kedubes Rusia dan Inggris dengan menekan Ahmad Shah. Para muhajirin Teheran di Qom kemudian membentuk Komite Pertahanan Nasional untuk membela tanah air. Akibatnya, Qom menjadi markas kegiatan politik dan militer anti Rusia dan Inggris. Namun, setelah sekian kali konfrontasi, pasukan Rusia berhasil menduduki Qom pada tahun 1915.

Kota Ilmu dan Ziarah

Qom sekarang menjadi salah satu pusat ziarah Iran dan mancanegara. Makam Hazrat Fatimah Maksumah yang megah dan indah membuat kota ini dipandang sebagai kota suci, dan banyaknya sekolah-sekolah agama (hauzah ilmiyah) membuat kota ini lebih hidup dan makmur. Ribuan pelajar domestik dan mancanegara menimba kota ilmu agama dan filsafat di kota ini.

Para pelajar yang sudah senior kebanyakan mengenakan serban. Serban putih adalah tanda pemakainya adalah orang biasa, sedangkan serban hitam adalah tanda untuk lelaki keturunan Alawiyyin, sayid, atau habib menurut istilah di Indonesia. Jika Anda ingin menyaksikan sebuah kota yang dihuni oleh banyak pria beserban, maka Qom adalah satu-satunya tempat di dunia.

Banyak para peziarah Iran dan mancanegara yang datang ke Qom untuk berziarah ke makam Hazrat Fatimah Maksumah. Karena Qom merupakan kota religius dan apalagi statusnya dibesarkan oleh keberadaan makam Hazrat Fatimah Maksumah yang dipercaya sebagai wanita suci nan agung, kaum Hawa di kota ini rata-rata mengenakan cadar hitam. Kota ini sangat menarik untuk dikunjungi.

Makam Suci Hazrat Maksumah

Bangunan  mausoleum Hazrat Maksumah terletak di tengah kota. Bangunan yang besar dan megah serta arsitekturnya yang khas, indah dan mempesona membuat makam adik Imam Ali ar-Ridha, imam kedelapan kaum Syiah, itu tercatat sebagai salah satu warisan berharga dari berbagai abad silam.

Makam Hazrat Maksumah mula-mula hanya dinaungi oleh semacam ijuk oleh seseorang bernama Musa bin Khazraj. Tetapi kemudian penduduk Qum membuat bangunan berkubah dan bermenara sederhana. Tahun 447 H, seorang menteri Taghral bernama Mir Abul Fazl yang merupakan pria agamis, membuatkan kubah yang lebih besar di atas kubah pertama setinggi 14 meter.

Di era pemerintahan Safavi, makam Hazrat Maksumah memiliki empat ruangan berjajar, satu ruangan diantaranya menyediakan pintu masuk, dan satu lagi ruangan menyediakan pintu keluar. Di era pemerintahan dinasti Qajar, Raja Fatah Alishah memberikan perhatian ekstra kepada makam Maksumah sehingga membangunkan mausoleum secara lebih besar dan anggun. Ruang-ruang, dekorasi, dan bilik-bilik yang ada sekarang di komplek makam Hazrat Maksumah sebagian besar adalah peninggalan era dinasti Qajar.

Karena selalu ramai pengunjung dari dalam dan luar kota dan bahkan dari mancanegara, tak aneh jika kawasan sekitar komplek menjadi sangat meriah dan dipadati oleh toko-toko perangkat solat, kitab, batu-batu berharga, pakaian, souvenir, dsb, serta hotel, losmen, restoran, dan rumah-rumah makan.

Musium Haram Hazrat Maksumah

Musium Haram Hazrat Maksumah adalah salah satu musium tertua di Iran yang didirikan tahun 1926. Musium yang terdiri dari dua aula yang diperindah oleh seni keramik yang bernilai seni tinggi itu terletak di sisi komplek mausoleum. Obyek dipamerkan adalah barang-barang berharga yang antara lain Kitab Suci al-Quran dengan seni kaligrafi abad ketiga Hijriah dan ornamen era Safavi.

Ada pula permadani era Safavi karya seniman perdana kesohor Nikmatullah Jushqani yang diwakafkan oleh raja-raja dinasti Safavi untuk Haram Maksumah. Musium ini juga diperkaya oleh karya-karya seni keramik era abad ketujuh Hijriah serta barang-barang anti berupa peti dan tempat-tempat lilin bertatahkan permata, alat musik semacam kecapi terbuat dari perak, dan lain-lain. Musium ini terbuka untuk umum.

Masjid Imam Zaman, Jamkaran

Mesjid Imam Zaman terletak di sebuah kawasan pinggiran kota Qum. Masjid ini memiliki nilai mistis lebih tinggi dibanding mesjid-mesjid lainnya di Iran karena didirikan berdasarkan petunjuk langsung dari Imam Mahdi, imam ke-12 atau imam terakhir kaum Syiah yang dipercaya kini sedang gaib dan akan muncul di akhir zaman sebagai juru penyelamat umat manusia.

Syahdan, Selasa 17 Ramadhan 393 Hijriah, sekelompok penduduk mendatangi rumah seseorang bernama Sheikh Hasan bin Mathlah Jamkarani. Sheikh yang sedang beristirahat dibangunkan oleh warga. Mereka berkata: “Hai Sheikh, engkau dipanggil Imam Mahdi , cepat penuhi panggilannya.” Mereka lantas membawa Sheikh Hasan ke lokasi yang kini menjadi tempat berdirinya Masjid Jamkaran.

Di situ Sheikh Hasan melihat sosok pemuda berusia sekitar 30 tahun duduk bersama satu sosok orang tua di atas sebuah dipan yang dihampari berpermadani. Pemuda itu tak lain adalah Imam Mahdi dan orang tua itu adalah Nabi Khidir. Imam Mahdi memanggil Sheikh Hasan dan berkata kepadanya: “Pergilah ke sebidang tanah tempat Hasan Muslim bertani dan katakan kepadanya bahwa tanah itu suci dan jangan sampai ditanami lagi.”

Sheikh Hasan terkejut dan berkata: “Beri aku suatu tanda agar orang-orang dapat mempercayaiku.” Imam Mahdi berkata: “Kamu pergi saja dan sampaikan risalah ini, dan kami akan memberikan tanda-tanda. Beritahu warga bahwa di tempat itu dianjurkan solat sunnah empat rokat; dua rokaat dengan niat Tahiyat Masjid dan dua rokat lainnya dengan niat solat Imam Zaman. Setelah solat membaca tasbih az-Azhra. Barangsiapa menunaikan solat dua rokat ini (solat Imam Zaman) maka pahalanya seperti pahala solat di dalam Kaabah.”

Berdasarkan riwayat inilah Masjid Jamkaran dibangun. Masjid ini menjadi salah satu icon kesucian kota Qum. Di pertengahan bulan Syakban yang diyakini kaum Syiah sebagai hari lahir Imam Mahdi, masjid dan area sekitarnya dipadati oleh ribuan pelawat yang ingin menunaikan solat sambil memperingati HUT Imam Mahdi yang juga lazim disebut Imam Zaman.

Madrazah Faiziyah

Madrasah Faiziyah di Qom adalah salah satu hauzah ilmiyah (sekolah agama atau pesantren) yang paling kesohor di dunia. Madrasah dengan arsitektur Islam yang unik ini didirikan pada abad 13 Hijriah dan direnovasi pada era dinasti Safavi. Lokasinya yang cukup besar berdampingan dengan Haram Hazrat Maksumah.

Rumah Imam Khomaini

Rumah Imam Khomaini, pendiri Republik Islam Iran, di Qom adalah bangunan tradisional yang sangat bersahaya dan terdiri dari dua flat. Rumah ini memiliki ruang bawah tanah serta pekarangan dan podium tempat beliau berceramah. Rumah ini didirikan pada awal-awal abad ini. Karena keagungan Imam Khomaini, rumah ini sekarang dilestarikan sebagai kenangan berharga dan sering dilawat oleh para peziarah dari dalam dan luar negeri.


Mulla Sadra adalaf filsuf besar abad 11 Hijriah yang berhasil merekonstruksi dan mengembang-luaskan aliran filsafat transendental. Rumah filsuf yang hidup di era dinasti Safavi ini berada di kawasan pinggiran Qom di Desa Kahak dan direnovasi pada tahun 1998 tanpa mengubah struktur awalnya. Rumah itu berupa bangunan batu bata warna coklat dan menyerupai mesjid atau musolla karena memiliki kubah. Pada kubahnya terdapat jendela-jendela kecil dengan kaca warna-warni untuk membiaskan cahaya matahari ke dalam ruangan. Rumah ini dikelilingi oleh halaman atau pekarangan.

Danau Garam

Beberapa kilo dari arah Teheran sebelum memasuki Qom, di siang hari akan terlihat pemandangan unik dari arah kiri. Dari jalan tol di kejauhan akan terlihat sebuah danau yang terhampar luas dan tak terlihat tepi seberangnya sehingga lebih menyerupai laut. Dari kejauhan, danau itu di tengah padang pasir itu terlihat tak jauh beda dengan air. Namun, jika diperhatikan lebih cermat, maka dari warnanya yang putih akan terlihat bahwa yang menghampar itu bukanlah air, melainkan hamparan garam alami yang hasilkan oleh pengeringan danau akibat proses penguapan. Di situ tidak ada air sama sekali, kecuali di musim dingin.

Di musim panas, iklim di sekitar danau kering itu sangat panas. Dan karena terjadi fluktasi cuaca yang sangat tajam antara siang dan malamnya, maka bebatuan di perbukitan di sekitarnya memuai dan hancur menjadi gundukan-gundakan pasir yang berpindah-pindah karena kencangnya tiupan angin. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar