Oleh
Ahmad Samantho
Kota Qom berjarak 135
km dari Teheran, ibukota Iran. Secara administratif, Qom adalah ibu kota
propinsi Qom yang menurut statistik 1997, jumlah penduduknya sekitar 44,850
jiwa; 16,91 % tinggal di kota dan 82,8 % tinggal di daerah pedesaan. Qum
terletak di kawasan sahara tengah Iran. Posisinya yang berada di tengah padang
yang gersang dan jauh dari laut, iklim Qom sangat kering dan memiliki curah
hujan yang kecil. Sebagian besarnya tanahnya tidak bisa dimanfaatkan untuk
pertanian.
Tanahnya tidak subur
antara lain karena posisinya yang berdekatan dengan danau garam. Di musim
panas, suhu udara bisa mendekati 40 derajat celsius. Meski begitu, di musim
dingin suhu udara juga bisa anjlok hingga di bawah nol dan sesekali turun
salju, meskipun jarang sekali lebat, tak sebagaimana Teheran.
Sejarah Qom
Konon, kota Qom
didirikan sebelum era Islam. Tapi menurut sebagian kalangan, kota itu didirikan
setelah Islam. “Kum” adalah nama benteng di kota ini, dan kota ini dinamai Qom
setelah orang-orang Arab Muslim menyebut-nyebut benteng itu dengan lafal “qum”.
Ketika pasukan Islam menyerang Iran, Qom merupakan bagian dari teritori
Isfahan, karena itu Qom jatuh ke tangan pasukan Arab bersamaan dengan jatuhnya
kota Isfahan ke tangan mereka.
Tahun 23-24 H, Abu
Musa al-‘Asy’ari mengirimkan sebagian pasukan yang berada di bawah komandonya
ke Qom dan kota inipun jatuh ke tangan mereka di era kekhalifahan Umar bin
Khattab. Suku A’sy’ari kemudian pindah dari Kufah ke Qom. Kedatangan mereka membuat
Qom lamban laun menjadi kota. Sempat terjadi konflik antara suku Arab Asy’ari
yang Muslim dan warga setempat yang beragama Zaratustra, dan warga setempatpun
kalah telak.
Pada abad-abad
permulaan Islam, Bani Alawiyyin (keturunan Imam Ali bin Abi Thalib) mendapat
banyak gangguan dan siksaan dari para penguasa dinasti Umawiyah dan dinasti
penerusnya, Abbasiah, dan Qom menjadi salah satu tempat pelarian kaum
Alawiyyin. Kedatangan Alawiyyin ke Qom membuat kota ini menjadi sebuah kota
bercorak Alawiyyin.
Penduduk Qom memandang
dinasti Abbasiah bertanggungjawab atas kematian Imam Ali bin Musa ar-Ridha,
imam kedelapan kaum Syiah dan keturunan Rasul (Ahlul Bait) generasi kedelapan.
Imam ar-Ridha memiliki adik perempuan, Fatimah Maksumah, yang datang dari Madinah
untuk mencari beliau di kota Masyhad, sekitar 1000 km dari Qum, tetapi Fatimah
wafat ketika sampai di Qom. Jenazahnya dimakamkan di Qom dan penduduk setempat
sangat menghormatinya.
Kecintaan penduduk Qom
kepada Ahlul Bait (keluarga dan keturunan suci Rasul SAW) membuat mereka tak
pernah akur dengan penguasa. Mereka menolak membayar pajak dan upeti.
Akibatnya, al-Makmun, penguasa dinasti Abbasiyah, mengirim pasukan pimpinan Ali
bin Hisham ke Qom. Kota ini hancur diobrak-abrik pasukan Ali bin Hisyam, dan terjadi
pembunuhan massal.
Ketika Khalifah
al-Makmun tewas di tangan pemberontak pada tahun 216 H, rakyat Qom menyerbu
Darul Hukumah Qom dan mengusir kaki tangan khalifah. Pemberontakan di Qom ini
kemudian ditumpas oleh Khalifah al-Muktasim yang menggantikan al-Makmun. Untuk
Kedua kalinya Qom di obrak-abrik dan dibakar oleh pasukan Abbasiyah, dan kota
ini pun dikuasai oleh Mohammad bin Isa al-Badghisi yang kemudian menjalankan
kebijakan persuasif dengan warga setempat.
Ketika al-Muktasim
digantikan oleh al-Mutawakkil, kebijakan represif anti Alawiyyin menggila.
Penduduk Qom mendukung Hasan al-Kaukabi untuk mendirikan pemerintahan Alawiyyin
di kawasan Taliqan, Qazwin, Zanjan, dan Abhar. Al-Kaukabi kemudian ditumpas
oleh al-Muktamid yang menggantikan al-Mutawakkil dengan mengirim pasukan di
bawah komando Musa bin Bagha.
Penduduk Qom kemudian
mencoba berlindung kepada Imam Hasan al-Asykari, Imam ke-11 kaum Syiah. Secara
umum, pemberontakan dan penumpasan berkelanjutan sampai masa kekuasaan Ali
Buyeh yang berasal dari Bani Alawi. Di masa Ali Buyeh, Qom mengalami banyak
kemajuan dalam berbagai bidang. Di era Seljuk, Qom juga terus mengalami
perkembangan di tangan kaum pribumi.
Qom hancur total
ketika pasukan Mongol datang menyerbu, tetapi kembali mendapat perhatian besar
ketika sebagian penguasa, termasuk Sultan Mohammad Uljaitu, mulai cenderung
kepada Islam. Pada beberapa dekade terakhir abad ke-8 Hijriah, Qum diserbu
pasukan Timur Gurgani dan banyak penduduknya dibunuh secara massal.
Bersamaan dengan
munculnya pemerintahan dinasti Qaraquyunilu dan Aqh Quyunilu, dan khususnya di
era Safaviyan, Qom kembali berkembang. Tahun 909 H Qom menjadi salah satu pusat
budaya dan pengembangan ilmu fikih Syiah. Kota ini dimeriahkan oleh pendidikan
dan kajian keagamaan oleh para ulama. Obyek-obyek ziarahnya semakin ramai
dikunjungi orang.
Ketika diserang
orang-orang Afghan, Qum kembali porak-poranda dan mengakibatkan penduduknya
menderita tekanan ekonomi berat. Di era kekuasaan Nadir Shah Afshar, Qom juga
menderita banyak kerusakan, begitu pula ketika keluarga Zand dan Qajar bertikai
memperebutkan kekuasaan atas Iran.
Tahun 1208, Qum
dikuasai Agha Mohammad Khan Qajar. Fatah Ali berhasil mengalahkan musuh dan
kemudian memperbaiki komplek makam Hazrat Maksumah sesuai nazarnya. Tahun 1916,
ketika pasukan Rusia menyerbu Iran dan memasuki Karaj, banyak warga Teheran
yang melarikan diri ke Qom. Saat itu bahkan ada rencana memindahkan ibukota
Iran ke Qom, tetapi digagalkan oleh Kedubes Rusia dan Inggris dengan menekan
Ahmad Shah. Para muhajirin Teheran di Qom kemudian membentuk Komite Pertahanan
Nasional untuk membela tanah air. Akibatnya, Qom menjadi markas kegiatan
politik dan militer anti Rusia dan Inggris. Namun, setelah sekian kali
konfrontasi, pasukan Rusia berhasil menduduki Qom pada tahun 1915.
Kota Ilmu dan Ziarah
Qom
sekarang menjadi salah
satu pusat ziarah Iran dan mancanegara. Makam Hazrat Fatimah Maksumah yang
megah dan indah membuat kota ini dipandang sebagai kota suci, dan banyaknya
sekolah-sekolah agama (hauzah ilmiyah) membuat kota ini lebih hidup dan makmur.
Ribuan pelajar domestik dan mancanegara menimba kota ilmu agama dan filsafat di
kota ini.
Para pelajar yang
sudah senior kebanyakan mengenakan serban. Serban putih adalah tanda pemakainya
adalah orang biasa, sedangkan serban hitam adalah tanda untuk lelaki keturunan
Alawiyyin, sayid, atau habib menurut istilah di Indonesia. Jika Anda ingin
menyaksikan sebuah kota yang dihuni oleh banyak pria beserban, maka Qom adalah
satu-satunya tempat di dunia.
Banyak para peziarah Iran
dan mancanegara yang datang ke Qom untuk berziarah ke makam Hazrat Fatimah
Maksumah. Karena Qom merupakan kota religius dan apalagi statusnya dibesarkan
oleh keberadaan makam Hazrat Fatimah Maksumah yang dipercaya sebagai wanita
suci nan agung, kaum Hawa di kota ini rata-rata mengenakan cadar hitam. Kota
ini sangat menarik untuk dikunjungi.
Makam
Suci Hazrat Maksumah
Bangunan
mausoleum Hazrat Maksumah terletak di tengah kota. Bangunan yang
besar dan megah serta arsitekturnya yang khas, indah dan mempesona membuat
makam adik Imam Ali ar-Ridha, imam kedelapan kaum Syiah, itu tercatat sebagai
salah satu warisan berharga dari berbagai abad silam.
Makam Hazrat Maksumah
mula-mula hanya dinaungi oleh semacam ijuk oleh seseorang bernama Musa bin
Khazraj. Tetapi kemudian penduduk Qum membuat bangunan berkubah dan bermenara
sederhana. Tahun 447 H, seorang menteri Taghral bernama Mir Abul Fazl yang
merupakan pria agamis, membuatkan kubah yang lebih besar di atas kubah pertama
setinggi 14 meter.
Di era pemerintahan
Safavi, makam Hazrat Maksumah memiliki empat ruangan berjajar, satu ruangan
diantaranya menyediakan pintu masuk, dan satu lagi ruangan menyediakan pintu
keluar. Di era pemerintahan dinasti Qajar, Raja Fatah Alishah memberikan
perhatian ekstra kepada makam Maksumah sehingga membangunkan mausoleum secara
lebih besar dan anggun. Ruang-ruang, dekorasi, dan bilik-bilik yang ada
sekarang di komplek makam Hazrat Maksumah sebagian besar adalah peninggalan era
dinasti Qajar.
Karena selalu ramai
pengunjung dari dalam dan luar kota dan bahkan dari mancanegara, tak aneh jika
kawasan sekitar komplek menjadi sangat meriah dan dipadati oleh toko-toko
perangkat solat, kitab, batu-batu berharga, pakaian, souvenir, dsb, serta
hotel, losmen, restoran, dan rumah-rumah makan.
Musium Haram Hazrat Maksumah
Musium Haram Hazrat
Maksumah adalah salah satu musium tertua di Iran yang didirikan tahun 1926.
Musium yang terdiri dari dua aula yang diperindah oleh seni keramik yang
bernilai seni tinggi itu terletak di sisi komplek mausoleum. Obyek dipamerkan
adalah barang-barang berharga yang antara lain Kitab Suci al-Quran dengan seni
kaligrafi abad ketiga Hijriah dan ornamen era Safavi.
Ada pula permadani era
Safavi karya seniman perdana kesohor Nikmatullah Jushqani yang diwakafkan oleh
raja-raja dinasti Safavi untuk Haram Maksumah. Musium ini juga diperkaya oleh
karya-karya seni keramik era abad ketujuh Hijriah serta barang-barang anti
berupa peti dan tempat-tempat lilin bertatahkan permata, alat musik semacam
kecapi terbuat dari perak, dan lain-lain. Musium ini terbuka untuk umum.
Masjid Imam Zaman, Jamkaran
Mesjid
Imam Zaman terletak di
sebuah kawasan pinggiran kota Qum. Masjid ini memiliki nilai mistis lebih
tinggi dibanding mesjid-mesjid lainnya di Iran karena didirikan berdasarkan
petunjuk langsung dari Imam Mahdi, imam ke-12 atau imam terakhir kaum Syiah
yang dipercaya kini sedang gaib dan akan muncul di akhir zaman sebagai juru
penyelamat umat manusia.
Syahdan, Selasa 17
Ramadhan 393 Hijriah, sekelompok penduduk mendatangi rumah seseorang
bernama Sheikh Hasan bin Mathlah Jamkarani. Sheikh yang sedang beristirahat
dibangunkan oleh warga. Mereka berkata: “Hai Sheikh, engkau dipanggil Imam
Mahdi , cepat penuhi panggilannya.” Mereka lantas membawa Sheikh Hasan ke
lokasi yang kini menjadi tempat berdirinya Masjid Jamkaran.
Di situ Sheikh Hasan
melihat sosok pemuda berusia sekitar 30 tahun duduk bersama satu sosok orang
tua di atas sebuah dipan yang dihampari berpermadani. Pemuda itu tak lain
adalah Imam Mahdi dan orang tua itu adalah Nabi Khidir. Imam Mahdi memanggil
Sheikh Hasan dan berkata kepadanya: “Pergilah ke sebidang tanah tempat Hasan
Muslim bertani dan katakan kepadanya bahwa tanah itu suci dan jangan sampai
ditanami lagi.”
Sheikh Hasan terkejut
dan berkata: “Beri aku suatu tanda agar orang-orang dapat mempercayaiku.” Imam
Mahdi berkata: “Kamu pergi saja dan sampaikan risalah ini, dan kami akan
memberikan tanda-tanda. Beritahu warga bahwa di tempat itu dianjurkan solat
sunnah empat rokat; dua rokaat dengan niat Tahiyat Masjid dan dua rokat lainnya
dengan niat solat Imam Zaman. Setelah solat membaca tasbih az-Azhra.
Barangsiapa menunaikan solat dua rokat ini (solat Imam Zaman) maka pahalanya
seperti pahala solat di dalam Kaabah.”
Berdasarkan riwayat
inilah Masjid Jamkaran dibangun. Masjid ini menjadi salah satu icon kesucian
kota Qum. Di pertengahan bulan Syakban yang diyakini kaum Syiah sebagai hari
lahir Imam Mahdi, masjid dan area sekitarnya dipadati oleh ribuan pelawat yang
ingin menunaikan solat sambil memperingati HUT Imam Mahdi yang juga lazim
disebut Imam Zaman.
Madrazah Faiziyah
Madrasah
Faiziyah di Qom adalah
salah satu hauzah ilmiyah (sekolah agama atau pesantren) yang paling
kesohor di dunia. Madrasah dengan arsitektur Islam yang unik ini didirikan pada
abad 13 Hijriah dan direnovasi pada era dinasti Safavi. Lokasinya yang cukup
besar berdampingan dengan Haram Hazrat Maksumah.
Rumah Imam Khomaini
Rumah
Imam Khomaini, pendiri
Republik Islam Iran, di Qom adalah bangunan tradisional yang sangat bersahaya
dan terdiri dari dua flat. Rumah ini memiliki ruang bawah tanah serta
pekarangan dan podium tempat beliau berceramah. Rumah ini didirikan pada
awal-awal abad ini. Karena keagungan Imam Khomaini, rumah ini sekarang
dilestarikan sebagai kenangan berharga dan sering dilawat oleh para peziarah
dari dalam dan luar negeri.
Rumah Mulla Sadra
Mulla
Sadra adalaf filsuf besar abad 11 Hijriah yang
berhasil merekonstruksi dan mengembang-luaskan aliran filsafat transendental.
Rumah filsuf yang hidup di era dinasti Safavi ini berada di kawasan pinggiran
Qom di Desa Kahak dan direnovasi pada tahun 1998 tanpa mengubah struktur awalnya. Rumah itu berupa bangunan batu bata
warna coklat dan menyerupai mesjid atau musolla karena memiliki kubah. Pada
kubahnya terdapat jendela-jendela kecil dengan kaca warna-warni untuk
membiaskan cahaya matahari ke dalam ruangan. Rumah ini dikelilingi oleh halaman
atau pekarangan.
Danau
Garam
Beberapa kilo dari
arah Teheran sebelum memasuki Qom, di siang hari akan terlihat pemandangan unik
dari arah kiri. Dari jalan tol di kejauhan akan terlihat sebuah danau yang
terhampar luas dan tak terlihat tepi seberangnya sehingga lebih menyerupai
laut. Dari kejauhan, danau itu di tengah padang pasir itu terlihat tak jauh
beda dengan air. Namun, jika diperhatikan lebih cermat, maka dari warnanya yang
putih akan terlihat bahwa yang menghampar itu bukanlah air, melainkan hamparan
garam alami yang hasilkan oleh pengeringan danau akibat proses penguapan. Di
situ tidak ada air sama sekali, kecuali di musim dingin.
Di musim panas, iklim
di sekitar danau kering itu sangat panas. Dan karena terjadi fluktasi cuaca
yang sangat tajam antara siang dan malamnya, maka bebatuan di perbukitan di
sekitarnya memuai dan hancur menjadi gundukan-gundakan pasir yang berpindah-pindah
karena kencangnya tiupan angin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar