Berbeda dengan kondisi beberapa
puluh tahun silam dalam sejarah kemanusiaan kita, dunia saat ini telah
mengalami perubahan yang besar, termasuk kesadaran akan Amerika sebagai entitas
hipokrisi dunia. Jika dahulu negara-negara imperialis dunia khususnya AS bisa
merasa bebas melakukan apa saja, tetapi tidak untuk saat ini. AS sudah tidak
lagi leluasa berbuat semaunya, sebab negara-negara dunia sudah lebih tanggap
dan siap melayangkan protes bahkan kecaman terhadap kesewenang-wenangan dan arogansi
unilateral, yang lagi-lagi lebih sering dipraktekkan Amerika. Tak heran jika
akhirnya AS menjadi negara yang paling dibenci oleh masyarakat internasional,
karena kejahatan dan kesewenang-wenangan yang dilakukannya di berbagai belahan
dunia, tak terkecuali kebiasaannya menciptakan fron-fron ekstrim dan teroris
yang diperalat untuk mencapai target politiknya. Lihat saja fron-fron ekstrim
yang diciptakan Amerika saat ini, semisal Front al Nusra dan ISIS di kawasan
Irak dan Suriah itu.
Khusus berkenaan dengan pemerintahan George Walker Bush, di mana mayoritas dunia sepakat bahwa Bush adalah figur jahat dan keji dalam sejarah kemanusiaan kita, para cendekiawan dan pengamat politik yang independen sering melontarkan kritik tajam terhadap kinerja Gedung Putih. Kecaman juga tak terkecuali disampaikan oleh para cendekiawan di dalam negeri AS sendiri. Salah satu tokoh pemikir di AS yang sering melontarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Bush adalah Noam Chomsky, dosen di Universitas Massachusset. Noam Chomsky bahkan seringkali bernada keras dan sarkastis dalam melayangkan kritiknya, dan tak sungkan-sungkan menyebut pemerintah AS sebagai pelanggar norma-norma kemanusiaan yang paling parah dan tak tahu malu. Pemikir besar ini mengimbau Gedung Putih agar mengubah kebijakannya demi tegaknya perdamaian dan kedamaian di dunia.
Betapapun banyak juga yang nyinyir dan tidak suka kepada Noam Chomsky, namun haruslah diakui oleh kita bahwa keterus-terangan Noam Chomsky membuat dunia mengenalnya sebagai tokoh cendekiawan yang jujur dan justru terbukti memiliki komitmen yang kuat bagi kemanusiaan di jaman kita ini. Tak jarang, bahkan seringkali, pernyataan-pernyataan pedasnya selalu disensor oleh media-media massa AS. Hanya saja sensor ketat tersebut tidak menyiutkan nyali Chomsky dan rekan-rekannya untuk terus aktif mengungkap kesewenang-wenangan rezim Washington. Melalui media cetak dan situsnya sendiri, kelompok ini tetap aktif memberikan pencerahan kepada masyarakat dunia akan sepak terjang Gedung Putih dan bahaya yang ditimbulkannya bagi rakyat AS dan dunia secara umum, dunia kita saat ini.
Kita tahu, salah-satu isu dan fakta utama jaman kita saat ini adalah maraknya terorisme, salah satu masalah yang menurut Noam Chomsky adalah kebohongan besar Gedung Putih di balik slogan perangnya melawan teror ini. Tak lain karena “AS memimpin sendiri gerakan terorisme di dunia”, demikian Noam Chomksy menyatakannya dengan lugas. Untuk membuktikan kebenaran klaimnya, Noam Chomsky membeberkan beberapa contoh yang diantaranya dukungan AS kepada operasi teror untuk menggulingkan pemerintahan Nikaragua yang terbentuk melalui revolusi tahun 1979. Chomsky menulis, “Operasi ini dikutuk oleh mahkamah internasional dan Dewan Keamanan merumuskan dua resolusi berkenaan dengan hal ini, namun AS memveto keduanya.” Pemerintahan Reagan telah melakukan banyak kejahatan terorisme, yang salah satunya adalah aksi penembakan pesawat komersial Iran tahun 1988 yang menewaskan sekitar 300 penumpang sipil. Chomsky juga menyebutkan operasi militer AS ke sejumlah negara pada masa itu dan menilainya sebagai invasi dan pelanggaran kedaulatan negara lain. Aksi ini menurutnya jauh lebih buruk dari terorisme yang dikenal oleh masyarakat dunia.
Mengenai era baru perang melawan teror yang dikumandangkan oleh George Walker Bush, figur yang tak bermartabat dan memalukan bagi manusia itu, pasca peristiwa 11 September, Noam Chomsky menyatakan bahwa mereka yang saat ini mengaku sebagai pemimpin perang melawan teror adalah orang-orang yang sebelum ini pernah divonis oleh mahkamah internasional sebagai pelaku teror. 20 tahun yang lalu mereka mengumumkan perang anti teror, tapi semua menyaksikan apa yang mereka lakukan. Sepak terjang mereka telah mengakibatkan kerugian yang besar bagi kawasan Amerika Tengah dan berapa banyak nyawa warga sipil yang melayang akibat perang ini. Lebih lanjut Noam Chomsky menegaskan, “Jika mau, kami dapat menyusun daftar seluruh kehancuran yang dihasilkan oleh kinerja AS. Sepak terjang ini tidak berkesudahan. Karena itu dapat dikatakan bahwa AS tidak pernah melakukan langkah apapun unhtuk memerangi terorisme.”
Ia pun lebih lanjut menyebut nama dua orang yang paling berpengaruh dalam perang anti teror saat ini. Mereka adalah John Negroponte sang arsiktek politik perang melawan teror dan kedua Donald Rumsfeld, komandan lapangan (di mana mereka sendiri lah yang menciptakan fron-fron dan kelompok-kelompok teroris). Mengenai Negroponte yang menjabat sebagai direktur intelijen nasional AS, Chomsky menyatakan, “Saat menjadi duta besar AS di Honduras, John Negroponte adalah rekan kerja direktur operasi utama dalam perang melawan pemerintahan Sandinista.” Chomsky juga menyebut Donald Rumsfeld, menteri pertahanan AS (kala itu), lebih buruk dari Negroponte. Chomsky menulis, “Pada masa Reagan, Rumsfeld berperan sebagai utusan khusus Presiden ke Timur Tengah. Tugas utama yang dipikulnya adalah menjalin hubungan yang dekat dengan Saddam Hossein (sang tiran yang kelak akan dimanfaatkan AS dan sekutunya untuk memerangi Iran), untuk memudahkan AS memberikan bantuan kepada Irak. Salah satu bantuan yang dimaksud adalah bantuan senjata pemusnah massal yang digunakan rezim Saddam untuk melakukan pembantaian massal terhadap warga Kurdi Irak dan Muslim Syi’ah. Setelah perang Irak-Iran berakhir, bantuan itu bahkan masih terus mengalir.”
Chomsky tak lupa
menambahkan bahwa penyebab utama kebencian masyarakat dunia khususnya di Timur
Tengah terhadap AS, adalah dukungan mutlak Washington kepada rezim-rezim despotik
dan kelompok-kelompok teroris yang dapat dimanfaatkan Amerika di berbagai
belahan dunia, termasuk ISIS dan yang sejenisnya saat ini, yang salah satunya
adalah rezim Zionis Israel yang selama berpuluh tahun menelantarkan, menculik
dan membantai rakyat Palestina. Bahkan, Chomsky tak sungkan-sungkan menyebut AS
sebagai rezim teroris yang melindungi para teroris. Tak lupa pula kritikus
jempolan ini menyebutkan nama sejumlah orang penting yang terlibat aksi
terorisme dan pembantaian warga sipil dalam skala besar. Mereka yang sebenarnya
dalam pengejaran itu dilindungi dan hidup bebas di AS. Apalagi, aksi teror
mereka juga mendapat dukungan dari Gedung Putih.
Singkatnya, Noam Chomsky
meragukan kebenaran klaim perang melawan teror yang disulut oleh AS, tak lain
karena yang membuat group-group teroris adalah Amerika sendiri.
Saat memberikan sambutan pada seminar tahunan Organisasi Amnesti Internasional Januari 2005 silam, Noam Chomsky mengungkapkan adanya peringatan rahasia yang disampaikan dinas-dinas intelijen kepada para perancang perang Irak bahwa perang ini kemungkinan akan semakin meningkatkan ancaman terorisme di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Washington dan London memiliki tujuan lain dalam menginvasi Irak, bukan untuk menumpas gerakan terorisme, namun justru mereka lah yang menciptakan milisi-milisi terrors yang dimainkan sesuai dengan kendali politik dan finansial Ingris dan Amerika, sebagaimana ISIS saat ini yang diciptakan Amerika, Israel, Ingris dan didanai bersama-sama dengan Rezim Saud dan Qatar.
Khusus untuk kasus
Palestina, dalam sebuah pernyatannya, Noam Chomsky mengungkapkan sejumlah fakta
tentang kejahatan orang-orang Zionis terhadap rakyat Palestina. Katanya, “Pada
tanggal 3 Oktober tahun 2000, Presiden AS saat itu, Bill Clinton, mengeluarkan
instruksi pemberian suku cadang militer dan helikopter tempur Apache yang
merupakan helikopter tempur tercanggih buatan AS kepada Israel. Masalahnya
adalah penguasa Gedung Putih tahu persis, apa yang akan dilakukan Israel dengan
helikopter ini.”
Dengan helikopter pemberian Bill Clinton inilah tentara Zionis melakukan kejahatan besar terhadap rakyat Palestina. Berapa banyak warga Palestina yang gugur syahid menjadi sasaran roket dan peluru-peluru yang ditembakkan oleh helikopter Apache. Dengan kata lain, helikopter AS dengan pilot Israel melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina. Noam Chomsky melanjutkan, “Jika orang-orang Arab Palestina membalas serangan itu, mereka akan langsung dicap sebagai teroris.” Persis di sini lah, Noam Chomsky dengan tegas mengkritik dukungan AS kepada Israel, dengan mengatakan, “Selama tiga dekade, AS mengerahkan segenap daya dan kekuatan untuk membela sekutu terdekatnya di Timur Tengah, yaitu Israel.”
Iran dan Muslim Syi’ah yang Bermartabat dan Merdeka
Tak hanya soal-soal di
atas, hubungan AS dan Iran juga disoroti dengan tajam oleh Professor Chomsky
dengan brilian dan jernih. Menurutnya, dukungan AS kepada Iran dibawah rezim
Syah Pahlevi adalah berkat ketergantungan Syah Pahlevi kepada AS. Kita tahu,
Rezim Syah Phalevi yang manut dan mau diperbudak Israel dan Amerika ini kelak
akan di-revolusi oleh jutaan Muslim Syi’ah Iran yang bangga dengan teladan
Islam dan para imam suci Ahlulbait mereka. Noam Chomsky juga mengkritisi
kebijakan AS yang cenderung memusuhi Iran pasca revolusi Islam. Mengenai isu
nuklir, Chomsky menyatakan, “Selama tiga tahun Iran menangguhkan aktivitas
pengayaan uranium yang sudah menjadi haknya, hanya untuk memupuk kepercayaan
umum akan status damai program nuklirnya. Namun AS dan Eropa menyalahgunakan
niat baik Iran ini.” Akibatnya, Iran tidak lagi menaruh kepercayaan kepada
Eropa. Singkatnya, Professor Noam
Chomsky dalam banyak kesempatan dan tulisan-tulisannya tak segan-segan
melayangkan kritik dan kecaman secara blak-blakkan dan tanpa sungkan-sungkan
terhadap kebijakan militerisme AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar