Jumat, 03 April 2015

Muslim Sunni-Syiah dalam Acara Maulid Nabi saw




Ribuan umat Islam dari berbagai daerah berdatangan memadati Masjid Raya Bandung (Masjid Agung), Jalan Asia Afrika, Minggu (19/1). Para jamaah yang hadir terlihat sangat antusias merayakan Maulid Nabi Muhammad saw bersama. Pasalnya, Maulid kali ini merupakan momen bersejarah terwujudnya ukhuwah Islamiyyah di Indonesia.

Berkah hujan yang turun malam itu seolah bersuka-cita atas persatuan umat karena acara Maulid kali ini dihadiri oleh kaum muslimin lintas mazhab. Acara dimulai sekitar pukul 19.00 WIB diisi ceramah dari para tokoh dari berbagai ormas. Di antaranya adalah K. H. Abdul Manan A. Ghani (Ketua LTM PB NU), K. H. Zainul Akifin Abbas (Ketua Foswan Indonesia), K. H. Alawi Nurul Alam Al-Bantani (penulis dan da’i nasional), K. H. Muchtar Adam (Pimpinan Ponpes Al Quran, Babussalam), Habib Hasan Daliel Alaydrus (Ketua Ahlul Bait Indonesia), K. H. Jalaluddin Rakhmat (Ketua Dewan Syura IJABI), dan tokoh-tokoh Islam lainnya. Selain ceramah, juga ditampilkan pembacaan syair kitab Maulid Barzanji, shalawat, tawasul, doa ziarah, dan pemotongan tumpeng.

Selaras dengan tema perayaan Maulid Nabi kali ini, “Dukung Persatuan Ummat dengan Cinta Nabi Pembawa Rahmat”, para tokoh tersebut menyuarakan satu pesan yang sama, yaitu mengajak umat Islam untuk merefleksikan kecintaan kepada Rasulullah dalam bingkai persatuan.

Acara Maulid Muhammad SAW di Bandung terlaksana berkat kerjasama sejumlah ormas lintas mazhab (Sunni-Syiah),  yaitu Nahdatul Ulama (NU), Jama’ah Muslimat NU kota Bandung, GP Ansor, Banser, Pagar Nusa, Jaringan Gusdurian kota Bandung, Forum Silaturahim warga Nahdlilyin (FOSWAN), Jama’ah Masjid Raya Bandung, Jama’ah Masjid Raya Al Munawarah, Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Ahlul Bait Indonesia (ABI), Pesantren Al Quran Babusalam, Yayasan Fathul Qalbi, PMII, HMI, Anggota Deklarasi Sancang, Jakatarub (Jaringan kerja Antar Umat Beragama), dan Paguyuban Pendekar Banten kota Bandung.



Pembacaan Tawasul
Tawasul adalah salah satu ritual doa kaum muslim yang telah dilakukan sejak masa Rasulullah. Sayangnya, kelompok takfiri tanpa mau membaca baik-baik sejarah, sering menyebutnya bid’ah dan syirik.

Dalam acara Maulid ini, doa tawasul dipimpin oleh KH Alawi Nurul Alam Al-Bantani, da’i dan penulis buku yang berjudul  Salafi Wahabi (Persis) Bertanya, Kiyai NU Menjawab. Sebelumnya, beliau memberikan sambutan, antara lain, “NKRI harus selalu dijaga dari provokasi yang mengatasnamakan Islam, ini point penting, sesuai dengan tema acara Maulid Nabi Muhammad SAW.”

Sementara itu, penceramah dari Lembaga Ta’mir Masjid Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (LTM PBNU), KH. Abdul Manan A. Ghani menyinggung kelompok Islam radikal yang mengkampanyekan gerakan anti Maulid.

“Rupanya sudah tergambar bagaimana musuh dari dalam Islam itu begitu getol melakukan penggerogotan agar Islam tercerai-berai. Melalui acara ini, penyelenggara dan tentunya masyarakat sangat menginginkan persatuan umat Islam untuk keutuhan NKRI,” tegas KH. Abdul Manan.

Sejalan dengan KH. Abdul Manan, KH Zainul Akifin Abbas mengajak Muslim Indonesia agar waspada terhadap klaim bid’ah yang digulirkan sekolompok Islam radikal.

“Paham-paham yang selalu atau hobi berkata bid’ah adalah paham-paham yang harus diwaspadai, dan inilah yang bisa merusak kerukanan keluarga hingga kerukunan bangsa,” ujar KH Zainul lantang. KH Zainul juga menceritakan betapa dirinya sering mendapat SMS berisi kata-kata kasar, dilandaskan pada tuduhan melakukan bid’ah.

Ketua Dewan Syura IJABI, Dr. KH. Jalaluddin Rakhmat atau Kang Jalal dalam kesempatan ini menyampaikan tentang urgensi maulid.  “Maulid itu adalah kerinduan kita pada Rasulullah, kerinduan yang sangat dalam maknanya,” ungkapnya dengan nada haru.

Kang Jalal juga menyampaikan kisah seorang yang didera rindu pada Rasul, kemudian ia mengadakan Maulid. Padahal, kondisi orang itu lemah karena sering sakit-sakitan. Atas dasar kecintaan yang mendalam, maka ia mimpi berjumpa Nabi.  Di dalam mimpi itu, Rasululllah menggosokkan/menyapu air liurnya pada orang tersebut, sebagaimana dulu Nabi Muhammad SAW pernah mengoleskannya pada Sayidina Ali bin Abi Thalib saat akan perang. Orang itu pun sembuh, seolah tidak pernah mengalami sakit.

“Sungguh keajaiban. Maulid itu adalah kerinduan, sekaligus mengobati,” ungkap Kang Jalal.



Pembacaan Deklarasi Persatuan Umat
Kegiatan mulia ini diisi pula dengan pembacaan “Deklarasi Persatuan Maulid 1435 H”.  Adapun isi deklarasi tersebut adalah sebagai berikut:

Kami adalah anak bangsa yang lahir dari rahim bumi pertiwi. Kami menjunjung tinggi Pancasila sebagai satu-satunya asas kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kami bertekad berada di garis terdepan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari rongrongan mereka yang hendak meruntuhkannya dengan terang-terangan maupun diam-diam.

Kami menghargai keragaman sosial budaya dan agama, seperti amanat UUD 1945. Sebagai anak bangsa yang ingin hidup damai, kami menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika.

Kami menolak penyebaran permusuhan di antara sesama anak bangsa dengan dalih apa pun, dan akan terus melawan setiap upaya memecah belah persatuan ummah yang dapat melemahkan persatuan bangsa.



Hampir Dijegal Takfiri?
Sebelum acara berlangsung, sempat beredar rumor bahwa acara ini akan dihentikan atau mendapatkan ancaman dari pihak-pihak yang tidak senang pada Maulid, yakni kelompok yang menganggap perayaan Maulid sebagai bid’ah. Namun, selama acara berlangsung, tak ada gangguan yang terjadi. Keamanan terwujud berkat kesiagaan para pembela persatuan umat.

Maulid Akbar ini ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Habib Hasan Dalil Alaydrus. Kemudian, acara dilanjutkan dengan pembagian 114 tumpeng kepada ribuan jamaah yang hadir di masjid Raya Bandung. Tampaknya, penggagas acara ingin menghadirkan kearifan lokal pada peringatan Maulid Nabi kali ini. Acara tumpengan mengingatkan kita pada tradisi Muludan di kampung-kampung tempo dulu. Suasana kekeluargaan pun terjalin saat jamaah menyantap tumpeng dengan canda-tawa.

Selain tumpengan, upaya menghadirkan kebudayaan Indonesia juga ditandai dengan pembacaan syair Barjanzi pada awal acara. Syair ini sering dilantunkan di berbagai rumah dan masjid, terutama saat kelahiran anak atau kegiatan lainnya dalam mensyiarkan Islam.

Maulid merupakan wadah persatuan Islam di bawah bendera Rasulullah. Dengan kesadaran bahwa Maulid adalah ekspresi cinta dan budaya, semoga sikap pengkafiran yang gemar dilakukan sebagian pihak bisa terkikis. Bukankah Allah telah berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 103; “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” Mari wujudkan persatuan umat!


 

1 komentar:

  1. Maaf saudaraku dari tulidan diatas, ada orang yang suka menuduh tafkiri terhadap orang lain kami yakin orong yang suka menuduh tadi adalah tafkiri yang nyata dan biasanya kaum tafkiri ini ibarat musang berbulu domba, hati hati, semoga menyadarkan kaum tafkiri hingga tobat aamiin

    BalasHapus