Jumat, 03 Oktober 2014

Karl Marx –Sejarah Sebagai Masalah




Oleh Gordon H. Clark

Pertanyaan-pertanyaan menyolok yang saat ini menjadikan filsafat sejarah sebagai bidang yang menarik minat umum tidak selalu menarik perhatian pemikir-pemikir besar di masa lampau. Walaupun ada orang Yunani Kuno yang merupakan filsuf, ilmuwan, dan seniman besar, mereka hampir tidak berminat sama sekali terhadap sejarah. Dalam beberapa abad terakhir juga beberapa filsuf tampaknya menganggap sejarah sebagai bidang yang relatif tidak penting. Mereka menganggap filsafat sejarah tidak punya arti penting sama sekali atau kalaupun ada nilai pentingnya –maka dianggap tidak pantas untuk menyita waktu bila dibanding fisika, matematika, dan kosmologi yang mengungkap rahasia alam semesta. Namun setelah munculnya Hegel pada awal abad keduapuluh, sejarah menjadi bidang yang dianggap penting dan sejak itu daya tariknya terus meningkat.

Walaupun Hegel adalah orang pertama di jaman moderen yang mempelajari sejarah dengan segala bidang yang terkait, pandangannya terlalu rumit dan terlalu tergantung pada sebuah sistem filsafat yang terlalu luas serta tidak terlalu bermanfaat untuk dibahas saat ini. Setelah dia meninggal, para muridnya terbagi ke dalam kelompok sayap kanan dan kelompok saya kiri. Pemimpin sayap kiri, Karl Marx and Friedrich Engels menerbitkan Communist Manifesto pada tahun 1848 dan membahas sebuah sistem dialektika materialisme yang dipraktekkan di Russia oleh Lenin dan terus berupaya menguasai dunia. Dialektika materialisme juga merupakan teori tentang alam semesta. Teori ini memprediksi bahwa akan adanya kepunahan kehidupan dan akan ada saat dimana yang ada hanya atom yang bergerak secara tidak beraturan di alam semesta. Karena bagian ini melampaui sejarah, maka tidak akan dibahas di sini. Pertimbangan tentang etika akan dibahas di bagian lain sehingga di sini kita bisa memusatkan perhatian pada filsafat sejarah.

Menurut Marx, sejarah bukanlah serangkaian kejadian acak tetapi kejadian yang satu mengikuti kejadian lain, satu negara menggantikan negara lain atau lebih tepat lagi satu peradaban menggantikan peradaban lain karena ada penyebab yang pasti dan tidak berubah. Penyebab itu adalah tekanan ekonomi. Karena adanya kepemilikian pribadi terhadap barang, maka masyarakat terbagi menjadi dua kelas yaitu yang punya dan tidak punya. Sejarah adalah kisah perjuangan untuk mendapatkan kekayaan dan jika seorang kaya maka yang lain harus miskin. Perjuangan kelas seperti ini menjelaskan jalannya sejarah.

Proposisi mendasar yang yang menjadi dasar dari Marxisme dinyatakan oleh Engels dalam Pengantar Communist ManifestoDalam setiap babak sejarah, modus produksi dan pertukaran [produk] yang berlaku serta perubahan sosial yang diakibatkannya merupakan dasar bagi terbangunnya sejarah politik dan intelektual dan satu-satunya dasar bagi penjelasan terhadap keduanya (sejarah politik dan intelektual) pada jaman itu. Prinsip ini tidak dipahami secara benar kalau dibatasi pada sejarah politik bangsa-bangsa. Filsafat sosial yang mendahului filsafat Marx, termasuk filsafat sejarah Hegel menganggap bangsa sebagai unit terpenting dalam studi sosial. Bahkan Hegel sampai menyimpulkan bahwa sejarah memuncak dalam Negara Prussia. Namun demikian, Marx tidak hanya mengejek Hegel terkait hal ini, tetapi juga berhenti memandang bangsa-bangsa sebagai satuan-satuan yang terpisah. Sejumlah bangsa yang saling berdekatan memiliki budaya yang pada umumnya sama, sehingga satuan studi yang tepat adalah peradaban atau budaya.

Marx tidak hanya berkata bahwa bangsa-bangsa bangkit dan jatuh karena tekanan ekonomi. Prinsip Communist Manifesto adalah bahwa seluruh kecenderungan intelektual dari satu jaman [dapat] dijelaskan sepenuhnya dengan mengacu kepada metode produksi dan pertukaran [produk] yang berlaku saat itu. Sebagai contoh, filsafat dan politik abad pertengahan itu demikian adanya karena metode produksi kaum petani saat itu mendukung serta pandangan moderen tentang kehidupan diakibatkan industrialisme borjuis. Contoh lain, Marx berpandangan bahwa agama orang Ibrani berbeda dari agama Mesir dan Assiria karena mereka memiliki pertanian dan perdagangan yang berbeda. Metafisika dogmatik Aristotle dan Stoa pada abad kedua dan abad pertama sebelum Kristus runtuh dan digantikan skeptisisme karena adanya perubahan dalam metode produksi dan pertukaran [produk].

Jelas bahwa faktor ekonomi memiliki pengaruh yang dalam dan luas terhadap karakter peradaban. Tidak hanya rincian undang-undang yang ajukan tetapi juga nilai-nilai, pandangan dunia, bahkan seni dan agama banyak orang dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi. Namun pengkuan bahwa motif ekonomi memiliki dampak yang luas bagi bentuk dan perkembangan peradaban, sangat jauh berbeda dari pengakuan bahwa segala sesuatu dapat dijelaskan atas dasar motif ekonomi. Pengakuan ini juga tidak berarti bahwa saya mengakui bahwa satu-satunya prinsip yang dapat digunakan untuk memahami sejarah politik dan intelektual dari sebuah jaman adalah motif ekonomi.

Tentu saja Marx tidak menyangkal bahwa faktor-faktor non ekonomi menghasilkan produk sosial. Tidak dapat disangkal bahwa gagasan agama terkait dengan Reformasi Protestan. Namun walaupun faktor non ekonomi seperti itu ada dan memainkan peranan, sebenarnya faktor-faktor ini juga merupakan hasil dari metode produksi yang berlaku saat itu. Ekonomi bukan satu-satunya faktor tetapi satu-satunya faktor mendasar. Pengakuan akan adanya faktor lain, walaupun hanya bersifat sekunder dibanding metode produksi dan pertukaran [produk], mempertahankan kemasuk-akalan teori ini dibanding kalau faktor seperti itu tidak diakui sama sekali. Tetapi sebuah perenungan akan mengingatkan kita terhadap contoh-contoh berikut:

Metode produksi budak di Rusia yang dibawah para Czar dan para budak di Selatan sebelum perang pada dasarnya sama. Kalaupun berbeda, maka perbedaannya tidaklah sebesar yang mungkin untuk menjelaskan dan menyebabkan perbedaan yang sangat besar antara demokrasi Protestanisme dan Jefersonian di Selatan dan otokrasi di Rusia dan Katolisisme Yunani. Bahkan sampai beberapa tahun terakhir semua negara pada dasarnya merupakan negara agraris dan metode yang digunakan pada dasarnya sama. Namun demikian, sejarah intelektual Cina, Persia, Rusia, dan Perancis menunjukkan perbedaan besar yang tidak dapat dijelaskan dengan teori Marxis. Demikian pula, industrialisasi komunis di Rusia sebanding dengan industri di Amerika. Tetapi jelas bahwa gagasan sosial, politik, intelektual, dan keagamaan antara kedua negara berbeda jauh satu dengan yang lain.

Tentu saja contoh-contoh di atas dan contoh-contoh lain tidak merupakan bantahan formal terhadap prinsip Marx. Mungkin Marx dapat mempertahankan posisinya dengan menunjukkan bahwa metode pengelasan di Rusia berbeda dari metode pengelasan di Amerika Serikat dan bahwa peng-kelasan di Rusia menghasilkan ateisme sedangkan peng-kelasan di Amerika Serikat memungkinkan kebebasan yang cukup besar bagi gereja-gereja. Tetapi jika contoh-contoh di atas tidak secara formal membantah Marxisme, maka contoh-contoh tersebut mungkin mengurangi kemasukakalan teori tersebut. Contoh-contoh tersebut mungkin membuat Marxisme kelihatan sebagai sebuah penyederhanaan masalah yang berlebihan sehingga mendorong kita mempelajari filsafat sejarah yang lain. Namun walaupun seandainya Marx gagal, setidaknya dia memandang sejarah sebagai masalah dan berupaya keras memecahkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar