Pada
bulan Juli, sekitar 19 tahun silam, Mahkamah Agung mengabulkan tuntutan ganti
rugi puluhan warga korban penggusuran Kedung Ombo. Di masa Soeharto berkuasa,
mengkritik dan melawan kehendak pemerintah yang sewenang-wenang bukanlah hal
yang biasa. Di belakang gerakan warga itu, berdiri seorang rohaniawan Yusuf
Bilyarta Mangunwijaya atau akrab dipanggil Romo Mangun.
Kali
ini kita akan belajar dan mengingat kembali sosok multidimensi. Dia seorang
tokoh agama Katolik, seorang imam atau romo projo, yang selama ini lebih banyak
menghabiskan hidupnya untuk melayani masyarakat kecil.
Dia
dikenal sebagai pembela warga korban gusuran Waduk Kedungombo, sebuah waduk
terbesar di Jawa Tengah. Romo Mangun juga menjadi inspirator pemulihan
pemukiman kumuh di bantaran Kali Code Yogyakarta menjadi lebih manusiawi.
Di
bulan puasa ini, kita ingin belajar banyak dari seorang Romo Mangun terutama
tentang religiusitas atau sikap beragama yang tidak sekadar beragama. Agama
lebih menunjukkan kelembagaan kebaktian kepada Tuhan. Sedangkan religiusitas,
lebih dari sekadar agama.
Sekretaris
Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan di Konferensi Waligereja
Indonesia, Romo Antonius Benny Susetyo Projo, mengaku mengenal Romo Mangun
sejak lama. Selama mengenal sosoknya, laki-laki yang akrab disapa Romo Benny
ini menyebutkan, dari sekian banyak ciri khas yang dimiliki oleh Romo Mangun,
ada sejumlah ciri yang sangat dikenal oleh masyarakat secara luas; yakni sifat
dermawan dan rendah hatinya.
“Saat
kasus Kedungombo mencuat, ia sibuk mengumpulkan barang-barang bekas dan
pakaian-pakaian untuk diberikan kepada ribuan warga yang terkena gusuran akibat
pembangunan waduk itu. Ia memiliki prinsip bahwa menjadi seorang pastur tidak
hanya melayani umatnya, melainkan semua umat,” kata Romo Benny.
Selain
itu, lanjut Romo Benny ia juga dikenal sebagai sosok yang anti kemapanan. Ia
kerap mengkritik pola hidup para rohaniwan yang memiliki pola hidup seperti
kaum borjuis. “Yang saya ingat komentarnya pada saat itu adalah bahwa seorang
pastur tidak pantas memiliki gaya hidup seperti itu. Karena tugas seorang
pastur adalah melayani masyarakat yang heterogen. Yang terdiri dari kaum miskin
dan kaya,” ujarnya.
Bagi
Romo Benny, sosok seorang Romo Mangun juga dapat dijadikan sebagai panutan.
Romo Mangun, kata dia, tak segan-segan memberikan motivasi kepada juniornya.
Termasuk kepada dirinya. Ia mengingat, Romo Mangun pernah memintanya untuk
menjadi seorang penulis. “Pada saat itu, saya habis mengalami kecelakaan dan
untuk sementara menghentikan aktivitas saya di gereja. Kemudian Romo Mangun
dating dan menyemangati saya untuk memiliki kegiatan sebagai penulis,”
kenangnya.
Seorang
peneliti, penulis juga salah seorang sahabat Romo Mangun, Mohamad Sobari
berpendapat, sosok Romo Mangun patut disandingkan dengan nama besar tokoh
pluralisme Indonesia—Gus Dur. “Karena baik Gus Dur dan Romo Mangun memiliki
pengaruh yang kuat di masyarakat. Namun, mereka memiliki cara sendiri dalam
menerapkan idealismenya,” tutur laki-laki yang akrab disapa Kang Sobari ini
Senada
dengan Sobari, Romo Benny sepakat dengan apa yang diungkapkan oleh Sobari.
Menurutnya, pemikiran Romo Mangun jauh ke depan. Seolah-olah dia bisa
meramalkan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Makanya, banyak yang
beranggapan bahwa pemikirannya kontoversi. Satu hal yang juga lekat pada Gus
Dur. “Romo Mangun memang memiliki ide yang ke depan,” katanya singkat.
Sebagai
seorang rohaniawan Katolik, Romo Mangun menurut Kang Sobari, sangat getol dalam
memanifestasikan teologi progresif revolusioner atau sering juga disebut
teologi pembebasan. Teologi yang memihak kaum kecil atau membebaskan kaum
tertindas dari berbagai macam penindasan layaknya penindasan ekonomi, politik,
budaya, dan lain sebagainya.
“Romo
Mangun terkenal sebagai orang yang ngopeni (perhatian) terhadap
sesuatu yang tidak terawat. Sikap perhatian romo mangun tersebut sebagian
terlihat dari karya-karya arsitektur beliau yang telah mendapat lusinan
penghargaan,” katanya.
Kang
Sobari juga menganggap bahwa sosok Romo Mangun merupakan sosok yang pantas
dikagumi. Beliau merupakan rohaniwan yang kerjaannya penuh pesona. Ia juga
menganggap Romo Mangun sebagai sosok yang unik. “Sosok seperti Romo Mangun
merupakan sosok yang unik. Yang belum tentu bisa dijumpai dalam kurun waktu 100
tahun,” katanya.