Oleh
Dr.
Zayar
“Dinasti
Sassanid ini bertahan selama lebih dari 400 tahun. Dalam kurun waktu
itu, seni budaya Iran tumbuh subur, jalan-jalan, irigasi dan bangunan
berkembang pesat, akan tapi perang antara bangsa Persia dan bangsa Romawi terus
berlanjut mewarnai sebagian besar masa pemerintahan rezim Sassanid”
Iran
adalah salah satu negara tertua di dunia. Sejarahnya telah dimulai dari 5000
tahun yang lalu. Iran berada pada persilangan yang strategis di daerah Timur
Tengah, Asia Barat Daya. Bukti keberadaan manusia di masa lampau pada periode
Palaeolitikum Awal di pegunungan Iran telah ditemukan di Lembah Kerman Shah.
Dan seiring dengan berjalannya sejarah panjang ini, Iran telah mengalami
berbagai invasi dan dijajah oleh negara asing. Beberapa referensi tentang
keadaan sejarah Iran dengan demikian tidak bisa dihapuskan untuk mendapatkan
sebuah pemahaman yang sesuai terhadap perkembangan yang terjadi
selanjutnya.
Peradaban
awal utama yang terjadi pada daerah yang sekarang menjadi negara Iran, adalah
peradaban kaum Elamit, yang telah bermukim di daerah Barat Daya Iran sejak
tahun 3000 S.M. Pada tahun 1500 S.M. suku Arya mulai bermigrasi ke Iran dari
Sungai Volga utara Laut Kaspia dan dari Asia Tengah. Akhirnya dua suku utama
dari bangsa Arya, suku Persia dan suku Medes, bermukim di Iran. Satu kelompok
bermukim di daerah Barat Laut dan mendirikan kerajaan Media. Kelompok yang lain
hidup di Iran Selatan, daerah yang kemudian oleh orang Yunani disebut sebagai
Persis-vang menjadi asal kata nama Persia. Bagaimanapun juga, baik suku bangsa
Medes maupun suku bangsa Persia menyebut tanah air mereka yang baru sebagai
Iran, yang berarti "Tanah Bangsa Arya".
Pada
tahun 600 S.M. suku Medes telah menjadi penguasa Persia. Sekitar tahun 550 S.M.
bangsa Persia yang dipimpin oleh Cyrus menggulingkan kerajaan Medes dan
membentuk dinasti mereka sendiri (Kerajaan Achaemenid). Pada tahun 539 S.M.,
masih dalara periode pemerintahan Cyrus; Babylonia, Palestina, Syria dan
seluruh wilayah Asia Kecil hingga ke Mesir telah menjadi bagian dari Kerajaan
Achaemenid. Dan dalam masa pemerintahan Darius, jalur pelayaran mulai diperkenalkan,
bersamaan dengan dimulainya sistem mata uang logam emas dan perak. Jalan
kerajaan dari Sardis hingga Susa dan sistem pos difungsikan dengan tingkat
efisiensi yang menakjubkan. Pada masa jayanya di tahun 500 S.M. daerah
kekuasaan kerajaan ini membentang ke arah barat hingga ke wilayah yang sekarang
disebut Libya, ke arah timur hingga yang sekarang disebut sebagai Pakistan,
dari Teluk Oman di Selatan hingga Laut Aral di Utara. Lembah Indus juga
merupakan bagian dari Kerajaan Achaemenid. Seni budaya Achaemenid memberikan
pengaruh pada India, dan bahkan kemudian dinasti Maurya di India dan
pemimpinnya Asoka sangat terimbas dengan pengaruh Achaemenid. Begitupun juga
yang terjadi di Asia Kecil dan di Armenia, pengaruh Iran sangat kuat bertahan
jauh setelah keruntuhan dinasti Achaemenid. Ada beberapa kata yang diserap oleh
bahasa Armenia dari kata-kata bahasa Iran sehinggga selama beberapa lama para
peneliti mengira bahwa bahasa Armenia merupakan bagian dari bahasa Iran dan
bukannya merupakan unit yang terpisah dari keluarga bahasa Indo-Eropa.
Pada
kira-kira tahun 513 S.M. bangsa Persia melakukan invasi ke tempat yang sekarang
merupakan Rusia Selatan dan Eropa Tenggara dan hampir menguasai wilayah ini juga.
Darius sekali lagi mengirim bala Tentara Agung-nya ke Yunani di tahun 490 S.M.,
tetapi dikalahkan oleh pasukan bangsa Athena di Marathon. Sekali lagi putra
Darius, Xerxes, menginvasi Yunani di tahun 480 S. M. Bangsa Persia mengalahkan
tentara Sparta setelah melalui pertempuran sengit di Thermopylae. Akan tetapi
mereka mengalami kekalahan yang menyesakkan di Salamis dan didepak dari Eropa
tahun 479 S. M. (2) (3) Setelah mengalami kekalahan di Yunani, Imperium
Achaemenid kian melemah dan mengalami kemerosotan. Pada tahun 1331 S.M.
Alexander dari Macedonia menaklukkan kerajaan tersebut, setelah mengaIahkan tentara
Persia yang besar dalam pertempuran di Arbela. Kemenangan ini mengakhiri
Imperium Achaemenid dan Persia pun menjadi bagian dari kekaisaran Alexander.
Penaklukan
keseluruhan kerajaan Achaemenid oleh Alexander dianggap sebagai sebuah tragedi
besar oleh bangsa Iran, sebuah fakta vang direfléksikan dalam kisah epik
nasional Shah Nameh, yang ditulis oleh Firdausi, seorang penvair,
kira-kira pada awal abad 11 M. Lebih dari sepuluh tahun setelah kematian
Alexander di tahun 323 S.M., salah seorang panglima bernama Seleucus mendirikan
sebuah dinasti yang memerintah Persia dari tahun 155 S.M. Setelah itu, bangsa
Parthian memenangkan kendali atas Persia. Pemerintahan mereka bertahan hingga
tahun 224 M. Bangsa Parthian membangun kerajaan yang besar melewati Asia Kecil
Timur dan Asia Barat Daya. Selama 200 tahun terakhir pemerintahan mereka,
bangsa Parthian harus berperang dengan bangsa Romawi di Barat dan bangsa.
Kushan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Afganistan.
Sekitar
tahun 224 M seorang Persia bernama Ardhasir menggulingkan kekuasaan bangsa
Parthian dan mengambil alih kerajaan. Setelah lebih dari 550 tahun di bawah
kekuasaan bangsa asing, orang Persia kembali memerintah Persia, dan dinasti
Sassanid ini bertahan selama lebih dari 400 tahun. Dalam kurun waktu
itu, seni budaya Iran tumbuh subur, jalan-jalan, irigasi dan bangunan
berkembang pesat, akan tapi perang antara bangsa Persia dan bangsa Romawi terus
berlanjut mewarnai sebagian besar masa pemerintahan rezim Sassanid. Peradaban
Sassanid mencapai kejayaannya di pertengahan abad ke 6 M. Persia memenangkan
beberapa peperangan dengan Romawi, dan menguasai kernbali wilayah yang pernah
menjadi bagian dari Kerajaan Achaemenid. Tentara Persia sebenarnya telah menguasai
hingga perbatasan Konstantinopel, yang pada saat itu merupakan ibukota dari
kerajaan Byzantium (Kerajaan Romawi Timur). Akan tetapi mereka di sana
dikalahkan dan terpaksa mengundurkan diri dari sernua wilayah yang telah mereka
taklukkan.
Kerajaan
Sassanid jauh lebih tersentralisir dari para pendahulunya. Zoroastrianisme,
yang kadang dianggap sebagai monotheisme kuno pada mulanya, menjadi agama
negara. Akan tetapi selama masa rezim Shahpur I, seorang pemimpin agama dan
pergerakan baru muncul ketika Mavi menyatakan dirinya sebagai rasul Tuhan Yesus
yang terakhir dan terbesar. Pada akhirnya dia dihukum mati. Agamanya kemudian
disebut Manicliaeisme. Di bawah dinasti Sassanid, eksploitasi dan
penindasan yang ekstrim terhadap rakyat mencapai puncaknya. Perbudakan telah
rnelampaui batas dan memasuki masa krisis. Migrasi besar-besaran kaum tani
miskin telah merambah kota-kota sebagai akibat tirani kebangsawanan feodal yang
tak tertahankan. Namun, di kota-kota-pun mereka masih diperlakukan sebagai
budak. Penindasan yang terakumulasi itu tiba-tiba meledak dalam bentuk gerakan
revolusioner di bawah pimpinan Mazdak.
Mazdak
adalah seorang revolusioner besar jaman itu dan gerakannya, seperti halnya
gerakan Kristen di masa awal yang berkembang di bawah kondisi serupa, memiliki
kandungan komunistik. Ajarannya menuntut distribusi kesejahteraan yang adil,
melarang memiliki istri lebih dari satu, dan memperjuangkan eliminasi
kebangsawanan dan feodalisme. Gagasan-gagasan revolusioner Mazdak mengakar
kuat di kalangan budak dan kaum tani miskin. Gerakannya bertahan selama 30
tahun dari tahun 494 M hingga 524 M. Pada masa pemerintahan Raja Nosherwan,
gerakan Mazdak secara brutal ditindas dan tiga puluh ribu pengikutnya
dibinasakan, akan tetapi pada dasamya Nosherwan telah dipaksa untuk
melaksanakan reformasi sosial dan agraris. Gerakan revolusioner Mazdak adalah
salah satu perjuangan kelas yang paling inspiratif dalam sejarah Iran. Tradisi
ini telah meninggalkan jejak mendalam pada perjalanan panjang gerakan
revolusioner Iran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar