“Debat ini dirancang dan
Diselenggarakan oleh Khalifah Al-Ma’mun Al Abbasi dari Dinasti Abbasiyah”
Pastor berkata, ‘Wahai
khalifah! Bagaimana aku bisa berdebat dengan seseorang yang bersandar pada
sebuah kitab yang aku tolak dan kepada nabi yang aku tidak beriman kepadanya?’
Imam Ridha as berkata
kepadanya, ‘Wahai Kristiani! Jika aku berdebat denganmu lewat Injilmu, akankah
kamu mengakuinya?’
Pastor itu berkata,
‘Dapatkah aku menolak apa yang dibicarakan di dalam Injil? Ya, demi Tuhan, aku
akan mengakui sekalipun aku tidak menyukainya.’
Imam Ridha as berkata
kepadanya, ‘Tanyakanlah apa saja yang melintas di pikiranmu, dan pahamilah
jawabannya.’
Pastor itu berkata, ‘Apa
yang kamu katakan tentang Yesus dan kitabnya? Apakah kamu mengingkarinya?’
Imam Ridha as berkata,
‘Aku mengakui kenabian Yesus dan kitabnya, dan kabar gembira kepada umatnya yang
kepadanya para rasul juga mengakuinya. Dan aku mengingkari kenabian Yesus yang
tidak mengakui kenabian Muhammad saw dan kitabnya dan yang tidak memberi kabar
gembira tentangnya (Muhammad) kepada umatnya.’
Pastor itu berkata,
‘Bukankah hal ini berarti kamu memandang suatu keputusan dari dua saksi yang
adil dan tegas?’
Imam Ridha as berkata,
‘Ya.’
Pastor berkata, ‘Maka
bawalah dua saksi bagi kenabian Muhammad dari suatu umat selain umatmu yang
tidak ditolak oleh umat Kristen, dan mintalah kepada kami yang seperti itu dari
umat selain umat kami.’
Imam Ridha as berkata,
‘Sekarang kamu adil, wahai Kristiani! Apakah kamu tidak menerima orang-orang
adil kami terdahulu yang berada bersama al-Masih, Yesus putra Maryam?’
Pastor berkata, ‘Siapakah
orang adil itu? Beritahu aku namanya?’
Imam Ridha as berkata,
‘Apa yang kamu katakan tentang Yuhanna Daylami (Yohanes)?’
Pastor berkata, ‘Baik!
Kamu telah menyebut orang yang paling mencintai al-Masih.’
Imam Ridha as berkata,
‘Aku bersumpah kepadamu, tidakkah Injil mengatakan bahwa Yohanes berkata,
‘Al-Masih memberitahuku tentang agama Muhammad al-Arabi dan dia memberiku kabar
gembira tentangnya, bahwa dia akan datang sepeninggalnya; lalu aku memberi
kabar gembira tentangnya kepada para rasul, maka aku beriman kepadanya?’
Pastor itu berkata,
‘Yohanes menyebutkan ini dari al-Masih dan ia memberi kabar gembira tentang
kenabian seseorang dan tentang bangsanya serta wakilnya. Namun, ia tidak
menetapkan kapan ini akan terjadi dan ia tidak menyebutkan nama orang ini
kepada kami sehingga kami dapat mengakuinya.’
Imam Ridha as berkata,
‘Jika kami membawa seseorang yang membaca Alkitab dan ia membacakannya bagimu
penyebutan Muhammad dan bangsanya serta umatnya, akankah kamu beriman
kepadanya?’
Ia berkata, ‘Sungguh.’
Imam Ridha as berkata
kepada Nastas al-Rumi, ‘Bagaimana ingatanmu terhadap Alkitab?’
Ia berkata, ‘Aku tidak
mengingatnya.’
Lalu Imam Ridha as menoleh
kepada Ra’sul Jalut (Yahudi) dan berkata, ‘Tidakkah kamu membaca Alkitab?’
Ra’sul Jalut (Yahudi)
berkata, ‘Ya, demi jiwaku.’
Imam Ridha as berkata,
‘Bacakanlah Alkitab untukku. Jika penyebutan Muhammad dan bangsanya serta
umatnya ada di dalamnya, bersaksilah kepadanya untukku, dan jika tidak ada,
maka jangan bersaksi untukku.’
Lalu ia membaca Alkitab
sampai tiba pada penyebutan (nama) Nabi Muhammad saw, ia berhenti.
Kemudian Imam Ridha as
berkata, ‘Wahai Kristiani! Aku bertanya kepadamu, demi hak al-Masih dan ibunya,
apakah kamu tahu bahwa aku mengetahui Injil?’
Pendeta itu berkata, ‘Ya.’
Lalu ia membacakan bagi kami penyebutan Muhammad, bangsanya, dan umatnya.
Lalu Imam Ridha as
berkata, ‘Apa yang hendak kamu katakan wahai Kristiani? Inilah ucapan Yesus
putra Maryam. Jika kamu mengingkari apa yang dikatakan di dalam Injil, maka
kamu mengingkari Musa dan Yesus, salam atas mereka, dan bila kamu mengingkari
penyebutan ini, maka kamu akan menjadi orang yang kafir (ingkari) kepada
Tuhanmu, nabimu, dan kitabmu.’
Pendeta itu berkata, ‘Aku
tidak akan mengingkari apa yang jelas bagiku di dalam Injil. Aku akan
mengakuinya.’
Imam Ridha as berkata,
‘Bersaksilah kepada apa yang telah ia akui.’ Lalu ia berkata, ‘Wahai Katolik!
Tanyakanlah apa saja yang melintas dalam pikiranmu.’
Pendeta berkata,
‘Beritahukan kami tentang para rasul Yesus putra Maryam. Berapa jumlah mereka?
Dan berapa orang alim dalam Injil?’
Imam Ridha as berkata,
‘Kamu telah datang kepada orang yang tahu. Mengenai rasul, mereka berjumlah dua
belas orang, dan yang paling mulia dan paling berilmu di antara mereka adalah
Lukas. Mengenai orang alim Kristen, mereka ada tiga orang: Yohanes Agung dari
Ajj, Yohanes Qirqisa, dan Yohanes Daylami dari Zijar, dan yang terakhir inilah
yang menyebutkan Nabi (Muhammad) saw, bangsanya, dan umatnya, dan adalah dia
pula yang membawa kabar gembira tentangnya kepada umat Yesus dan kepada Bani
Israil.’
Lalu Imam Ridha as berkata
kepadanya, ‘Wahai Kristiani! Sesungguhnya kami sungguh-sungguh, demi Allah,
beriman kepada Yesus yang beriman kepada Muhamamd saw dan kami tidak membenci
apa pun tentang Yesusmu kecuali kelemahannya dan sedikitnya ia berpuasa dan
berdoa.’
Pastor berkata, ‘Demi
Allah! Kamu merusak ilmumu dan melemahkan urusanmu. Aku membayangkan tidak ada
yang kurang darimu dan bahwa kamu adalah orang yang paling berilmu di antara
umat Islam.’
Imam Ridha as bertanya,
‘Bagaimana bisa begitu?’
Pastor menjawab, ‘Karena
kamu mengatakan tentang Yesus yang lemah dan sedikit berpuasa dan berdoa,
padahal Yesus tidak pernah membatalkan puasanya dan tidak tidur semalam pun; ia
terus-menerus berpuasa dan tidak tidur.’
Imam Ridha as bertanya
lagi, ‘Maka, untuk siapakah ia berpuasa dan berdoa?’
Pendeta itu tercengang dan
berhenti berbicara.
Imam Ridha as berkata,
‘Wahai Kristiani! Aku ingin bertanya kepadamu tentang suatu persoalan.’
Pastor berkata, ‘Tanyalah.
Jika mengetahuinya, aku akan menjawabmu.’
Imam Ridha as berkata,
‘Mengapa kamu menyangkal bahwa Yesus menghidupkan orang yang mati dengan seizin
Allah Azza wa Jalla?’
Pastor itu berkata, ‘Aku
menyangkalnya karena barangsiapa yang menghidupkan orang mati dan mengobati
orang buta serta lepra adalah Tuhan yang berhak disembah.’
Imam Ridha as berkata,
‘Elia juga melakukan hal-hal seperti yang Yesus lakukan: berjalan di atas air,
menghidupkan orang mati, dan menyembuhkan orang buta serta lepra, tetapi
umatnya tidak menjadikannya sebagai Tuhan, dan tidak seorang pun dari mereka
yang menyembahnya alih-alih menyembah Allah Azza wa Jalla. Dan Nabi Yehezkiel
juga melakukan hal serupa seperti Yesus putra Maryam karena beliau menghidupkan
35.000 orang setelah mereka mati selama enam puluh tahun.