Ribuan umat Islam dari
berbagai daerah berdatangan memadati Masjid Raya Bandung (Masjid Agung), Jalan
Asia Afrika, Minggu (19/1). Para jamaah yang hadir terlihat sangat antusias
merayakan Maulid Nabi Muhammad saw bersama. Pasalnya, Maulid kali ini merupakan
momen bersejarah terwujudnya ukhuwah Islamiyyah di Indonesia.
Berkah hujan yang turun
malam itu seolah bersuka-cita atas persatuan umat karena acara Maulid kali ini
dihadiri oleh kaum muslimin lintas mazhab. Acara dimulai sekitar pukul 19.00
WIB diisi ceramah dari para tokoh dari berbagai ormas. Di antaranya adalah K. H. Abdul Manan A. Ghani (Ketua LTM
PB NU), K. H. Zainul Akifin Abbas
(Ketua Foswan Indonesia), K. H. Alawi
Nurul Alam Al-Bantani (penulis dan da’i nasional), K. H. Muchtar Adam (Pimpinan Ponpes Al Quran, Babussalam), Habib Hasan Daliel Alaydrus (Ketua
Ahlul Bait Indonesia), K. H. Jalaluddin
Rakhmat (Ketua Dewan Syura IJABI), dan tokoh-tokoh Islam lainnya. Selain
ceramah, juga ditampilkan pembacaan syair kitab Maulid Barzanji, shalawat,
tawasul, doa ziarah, dan pemotongan tumpeng.
Selaras dengan tema
perayaan Maulid Nabi kali ini, “Dukung
Persatuan Ummat dengan Cinta Nabi Pembawa Rahmat”, para tokoh tersebut
menyuarakan satu pesan yang sama, yaitu mengajak umat Islam untuk merefleksikan
kecintaan kepada Rasulullah dalam bingkai persatuan.
Acara Maulid Muhammad SAW
di Bandung terlaksana berkat kerjasama sejumlah ormas lintas mazhab
(Sunni-Syiah), yaitu Nahdatul Ulama (NU), Jama’ah Muslimat NU kota
Bandung, GP Ansor, Banser, Pagar Nusa, Jaringan Gusdurian kota Bandung, Forum
Silaturahim warga Nahdlilyin (FOSWAN), Jama’ah Masjid Raya Bandung, Jama’ah
Masjid Raya Al Munawarah, Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Ahlul
Bait Indonesia (ABI), Pesantren Al Quran Babusalam, Yayasan Fathul Qalbi, PMII,
HMI, Anggota Deklarasi Sancang, Jakatarub (Jaringan kerja Antar Umat Beragama),
dan Paguyuban Pendekar Banten kota Bandung.
Pembacaan Tawasul
Tawasul adalah salah satu
ritual doa kaum muslim yang telah dilakukan sejak masa Rasulullah. Sayangnya,
kelompok takfiri tanpa mau membaca baik-baik sejarah, sering menyebutnya bid’ah
dan syirik.
Dalam acara Maulid ini,
doa tawasul dipimpin oleh KH Alawi Nurul Alam Al-Bantani, da’i dan penulis buku
yang berjudul Salafi Wahabi (Persis) Bertanya, Kiyai NU Menjawab.
Sebelumnya, beliau memberikan sambutan, antara lain, “NKRI harus selalu dijaga
dari provokasi yang mengatasnamakan Islam, ini point penting, sesuai
dengan tema acara Maulid Nabi Muhammad SAW.”
Sementara itu, penceramah
dari Lembaga Ta’mir Masjid Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (LTM PBNU), KH. Abdul
Manan A. Ghani menyinggung kelompok Islam radikal yang mengkampanyekan gerakan
anti Maulid.
“Rupanya sudah tergambar
bagaimana musuh dari dalam Islam itu begitu getol melakukan penggerogotan agar
Islam tercerai-berai. Melalui acara ini, penyelenggara dan tentunya masyarakat
sangat menginginkan persatuan umat Islam untuk keutuhan NKRI,” tegas KH. Abdul
Manan.
Sejalan dengan KH. Abdul
Manan, KH Zainul Akifin Abbas mengajak Muslim Indonesia agar waspada terhadap
klaim bid’ah yang digulirkan sekolompok Islam radikal.
“Paham-paham yang selalu
atau hobi berkata bid’ah adalah paham-paham yang harus diwaspadai, dan
inilah yang bisa merusak kerukanan keluarga hingga kerukunan bangsa,” ujar KH
Zainul lantang. KH Zainul juga menceritakan betapa dirinya sering mendapat SMS
berisi kata-kata kasar, dilandaskan pada tuduhan melakukan bid’ah.
Ketua Dewan Syura IJABI, Dr.
KH. Jalaluddin Rakhmat atau Kang
Jalal dalam kesempatan ini menyampaikan tentang urgensi maulid. “Maulid
itu adalah kerinduan kita pada Rasulullah, kerinduan yang sangat dalam
maknanya,” ungkapnya dengan nada haru.
Kang Jalal juga
menyampaikan kisah seorang yang didera rindu pada Rasul, kemudian ia mengadakan
Maulid. Padahal, kondisi orang itu lemah karena sering sakit-sakitan. Atas
dasar kecintaan yang mendalam, maka ia mimpi berjumpa Nabi. Di dalam
mimpi itu, Rasululllah menggosokkan/menyapu air liurnya pada orang tersebut,
sebagaimana dulu Nabi Muhammad SAW pernah mengoleskannya pada Sayidina Ali bin
Abi Thalib saat akan perang. Orang itu pun sembuh, seolah tidak pernah
mengalami sakit.
“Sungguh keajaiban. Maulid
itu adalah kerinduan, sekaligus mengobati,” ungkap Kang Jalal.
Pembacaan Deklarasi
Persatuan Umat
Kegiatan mulia ini diisi
pula dengan pembacaan “Deklarasi Persatuan Maulid 1435 H”. Adapun isi
deklarasi tersebut adalah sebagai berikut:
Kami adalah anak bangsa
yang lahir dari rahim bumi pertiwi. Kami menjunjung tinggi Pancasila sebagai
satu-satunya asas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kami bertekad berada di
garis terdepan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
rongrongan mereka yang hendak meruntuhkannya dengan terang-terangan maupun
diam-diam.
Kami menghargai
keragaman sosial budaya dan agama, seperti amanat UUD 1945. Sebagai anak bangsa
yang ingin hidup damai, kami menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika.
Kami menolak penyebaran
permusuhan di antara sesama anak bangsa dengan dalih apa pun, dan akan terus
melawan setiap upaya memecah belah persatuan ummah yang dapat melemahkan
persatuan bangsa.
Hampir Dijegal Takfiri?
Sebelum acara berlangsung,
sempat beredar rumor bahwa acara ini akan dihentikan atau mendapatkan ancaman
dari pihak-pihak yang tidak senang pada Maulid, yakni kelompok yang menganggap
perayaan Maulid sebagai bid’ah. Namun, selama acara berlangsung, tak ada
gangguan yang terjadi. Keamanan terwujud berkat kesiagaan para pembela
persatuan umat.
Maulid Akbar ini ditutup
dengan doa yang dipimpin oleh Habib Hasan Dalil Alaydrus. Kemudian, acara
dilanjutkan dengan pembagian 114 tumpeng kepada ribuan jamaah yang hadir di
masjid Raya Bandung. Tampaknya, penggagas acara ingin menghadirkan kearifan
lokal pada peringatan Maulid Nabi kali ini. Acara tumpengan mengingatkan kita
pada tradisi Muludan di kampung-kampung tempo dulu. Suasana kekeluargaan
pun terjalin saat jamaah menyantap tumpeng dengan canda-tawa.
Selain tumpengan, upaya
menghadirkan kebudayaan Indonesia juga ditandai dengan pembacaan syair Barjanzi
pada awal acara. Syair ini sering dilantunkan di berbagai rumah dan masjid,
terutama saat kelahiran anak atau kegiatan lainnya dalam mensyiarkan Islam.
Maulid merupakan wadah
persatuan Islam di bawah bendera Rasulullah. Dengan kesadaran bahwa Maulid
adalah ekspresi cinta dan budaya, semoga sikap pengkafiran yang gemar dilakukan
sebagian pihak bisa terkikis. Bukankah Allah telah berfirman dalam Surat Ali
Imran ayat 103; “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” Mari wujudkan persatuan umat!
Sumber: http://liputanislam.com/liputan/perayaan-maulid-nabi-di-bandung-gaungkan-pesan-persatuan-umat/