Kamis, 28 Agustus 2014

Naskah Karbala dari Tanah Melayu



Oleh Irman Abdurrahman

“Sebuah hikayat dari ranah kesusasteraan Melayu lama berkisah tentang peristiwa Karbala. Warisan budaya yang terlupakan”. Meski tampak lusuh, kitab itu tetap terawat. Beberapa bagian yang robek coba ditautkan dengan sejenis perekat. Tiap-tiap lembarnya menebarkan wangi kapur barus yang menjaganya dari kerusakan. Tersimpan dalam ruangan bersuhu 16°C, seperti juga kisah di dalamnya, Hikayat Muhammad Hanafiah, nama kitab itu, memang tak lekang oleh zaman.

Tak banyak orang tahu bahwa hikayat berusia hampir empat ratus tahun ini menyimpan kisah sedih keluarga Rasulullah saw: kisah pembunuhan Hasan karena racun dan Husain di padang Karbala. Boleh jadi inilah catatan paling awal dalam bahasa Melayu tentang peristiwa berdarah tersebut. Liau Yock Fang dari Jurusan Pengajian Melayu, Universitas Nasional Singapura, mencatat bahwa fragmen (sepanjang 60 halaman) hikayat ini sudah tersimpan di Perpustakaan Universitas Cambridge, sejak tahun 1604. Dalam salah satu bagian naskah yang dimiliki Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), tertulis tahun tahun 1191 H atau bertepatan dengan 1771 M sebagai waktu penyalinan naskah.

PNRI memiliki sembilan naskah Hikayat Muhammad Hanafiah. Beberapa halaman dari tiga naskah diantaranya telah lapuk dan hampir tidak dapat dibaca. Selebihnya naskah dalam kondisi yang baik dan tulisan di dalamnya jelas terbaca. Kesembilan bagian naskah ditulis di atas kertas Eropa dengan ukuran naskah rata-rata antara 25 X 20 cm sampai 33 X 21 cm dan banyak baris sekitar 15 sampai 21 baris. Jumlah halaman bervariasi dari 170-an halaman sampai ada yang berjumlah 600 halaman. Semuanya ditulis dengan tulisan Arab Jawi (Pegon) dan dalam bahasa Melayu.

Sebagian besar peneliti meyakini Hikayat Muhammad Hanafiah berasal dari sumber Arab. Tapi, Filolog tenar asal Belanda, Van Ronkel punya cerita lain. Setelah menyelidiki fragmen Cambridge, Ronkel berpendapat bahwa hikayat ini merupakan terjemahan dari bahasa Persia. Alasannya, pujian yang melimpah kepada kedua putra Ali, Hasan, dan Husain, pemakaian gelar pengembara untuk Nabi saw yang dalam bahasa Persia adalah nabi, dan kesesuaian isinya dengan dua naskah versi Persia yang tersimpan di British Museum. L.F. Brakel yang pernah menyunting Hikayat Muhammad Hanafiah untuk memperoleh gelar doktor kesusasteraannya dari Universitas Leiden mengukuhkan pendapat Van Ronkel dengan beberapa bukti baru.

Pertama, bahwa pembagian bab dalam naskah Melayu sama dengan naskah Persia. Kedua, dalam bahasa Persia, hubungan kekerabatan dalam bahasa Arab pada nama Muhammad bin Hanafiah, dinyatakan oleh apa yang dinamakan ezafat:e ‘yang tidak dinyatakan’ sehingga menjadi Muhammad Hanafiah. Karena mengabaikan ezafat:e tadi, penyalin Melayu telah salah menuliskan nama tersebut, yakni Muhammad Hanafiah bukan Muhammad bin Hanafiah. Ketiga, banyak nama orang yang ditulis dalam bentuk Persia, seperti Ummi Kulsum dan Immi Salamah.

Meskipun demikian, Brakel juga tidak memungkiri kemungkinan hikayat ini merujuk kepada sebuah kitab sejarah dalam bahasa Arab, Maqtal al-Husain, karya Abu Mikhnaf. Karya Abu Mikhnaf ini merupakan catatan paling awal karena sebagian besar sejarahwan Muslim merujuknya ketika menulis tentang pembantaian keluarga Nabi saw tersebut.

Tiap-tiap naskah Hikayat Muhammad Hanafiah berkisah tentang hal yang berbeda meskipun masih berkisar seputar terbunuhnya kedua cucu kesayangan Rasulullah tersebut. Naskah pertama paling banyak mengisahkan tentang gugurnya anak-anak Ali, seperti Hasan dan Husain di Karbala pada masa kekuasaan Yazid. Meskipun jelas, beberapa bagian tampak sudah lapuk dan robek. Isi naskah pertama ini sudah pernah ditransliterasi dan diberi penjelasan oleh seorang peneliti Belanda, Prof. Pijnappel pada 1870. Sayangnya PNRI tidak memiliki hasil penelitian itu.

Naskah kedua mengawali cerita dengan kisah nabi-nabi lama, mistik Nur Muhammad, kisah Fatimah dari Siria, masa muda Nabi Muhammad, pernikahan Nabi saw, hingga zaman Khalifah Ali. Naskah ketiga mengisahkan persahabatan Muhammad bin Hanafiah dengan beberapa orang. Ia mendapat luka dalam perang tetapi dengan keajaiban lukanya sembuh. Yazid dapat mengalahkan musuh-musuhnya lalu kemenakannya ditunjuk menjadi raja Damaskus dan kawin dengan cucu Abu Bakar. Akhirnya Muhammad Hanafiah berhasil mengalahkan musuh-musuhnya seorang diri.

Berbeda dengan naskah-naskah yang lain, naskah keempat Hikayat Muhammad Hanafiah yang dimiliki PNRI memiliki cerita yang sangat berbelit-belit. Selain itu, bahasanya pun sukar dipahami. Naskah kelima merupakan bagian terpanjang, yakni mencapai 600 halaman. Tebalnya naskah ini, salah satunya, disebabkan oleh hurufnya yang sangat besar. Satu hal lagi, selain naskah keenam, yang kelima ini merupakan bagian yang memuat waktu penyalinan dengan lengkap, yaitu 11 Rabi’ul Awwal 1288 H.

Naskah yang keenam yang bertanggal 6 Sya’ban 1281 H ini memuat kisah kematian Yazid pada bab III, tetapi di dalamnya, tidak diceritakan kemenangan Muhammad bin Hanafiah yang banyak dibicarakan dalam naskah-naskah lain. Naskah ketujuh merupakan sebuah eksemplar yang baik meski sebagian rusak. Naskah ini mengisahkan tentang perikehidupan Nabi saw secara panjang lebar.

Naskah kedelapan dimulai dengan uraian tentang kewajiban-kewajiban bagi para pengikut Nabi saw, sementara kelahiran Hasan dan Husain baru terdapat pada halaman 88. Naskah terakhir memuat cerita peperangan antara Ali dengan Muawiyah, pembunuhan Hasan oleh Muawwiyah (ayahnya Yazid) dengan racun dan pembunuhan Husain di padang Karbala oleh Yazid. Kemudian dilanjutkan dengan pembalasan dari Muhammad bin Hanafiah kepada Yazid. Yazid dapat dikalahkan tetapi Muhammad bin Hanafiah malang juga nasibnya. Ia mati bersama musuh-musuhnya dalam sebuah gua.

Dengan kandungan yang sarat nilai, naskah-naskah Hikayat Muhammad Hanafiah jelas sangat berharga untuk diteliti. Tetapi penelitian filologi yang menuntut keahlian interdisiplin tampaknya kurang diminati para peneliti dan mahasiswa kita. Justru peneliti asing yang banyak meneliti-meneliti naskah-naskah tersebut. Ibarat peribahasa “kacang lupa akan kulitnya”, kita kerap memandang sebelah mata terhadap warisan budaya nenek moyang. 



Senin, 25 Agustus 2014

Amerika Sebagai Entitas Kejahatan Bagi Kemanusiaan




Berbeda dengan kondisi beberapa puluh tahun silam dalam sejarah kemanusiaan kita, dunia saat ini telah mengalami perubahan yang besar, termasuk kesadaran akan Amerika sebagai entitas hipokrisi dunia. Jika dahulu negara-negara imperialis dunia khususnya AS bisa merasa bebas melakukan apa saja, tetapi tidak untuk saat ini. AS sudah tidak lagi leluasa berbuat semaunya, sebab negara-negara dunia sudah lebih tanggap dan siap melayangkan protes bahkan kecaman terhadap kesewenang-wenangan dan arogansi unilateral, yang lagi-lagi lebih sering dipraktekkan Amerika. Tak heran jika akhirnya AS menjadi negara yang paling dibenci oleh masyarakat internasional, karena kejahatan dan kesewenang-wenangan yang dilakukannya di berbagai belahan dunia, tak terkecuali kebiasaannya menciptakan fron-fron ekstrim dan teroris yang diperalat untuk mencapai target politiknya. Lihat saja fron-fron ekstrim yang diciptakan Amerika saat ini, semisal Front al Nusra dan ISIS di kawasan Irak dan Suriah itu.

Khusus berkenaan dengan pemerintahan George Walker Bush, di mana mayoritas dunia sepakat bahwa Bush adalah figur jahat dan keji dalam sejarah kemanusiaan kita, para cendekiawan dan pengamat politik yang independen sering melontarkan kritik tajam terhadap kinerja Gedung Putih. Kecaman juga tak terkecuali disampaikan oleh para cendekiawan di dalam negeri AS sendiri. Salah satu tokoh pemikir di AS yang sering melontarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Bush adalah Noam Chomsky, dosen di Universitas Massachusset. Noam Chomsky bahkan seringkali bernada keras dan sarkastis dalam melayangkan kritiknya, dan tak sungkan-sungkan menyebut pemerintah AS sebagai pelanggar norma-norma kemanusiaan yang paling parah dan tak tahu malu. Pemikir besar ini mengimbau Gedung Putih agar mengubah kebijakannya demi tegaknya perdamaian dan kedamaian di dunia.  

Betapapun banyak juga yang nyinyir dan tidak suka kepada Noam Chomsky, namun haruslah diakui oleh kita bahwa keterus-terangan Noam Chomsky membuat dunia mengenalnya sebagai tokoh cendekiawan yang jujur dan justru terbukti memiliki komitmen yang kuat bagi kemanusiaan di jaman kita ini. Tak jarang, bahkan seringkali, pernyataan-pernyataan pedasnya selalu disensor oleh media-media massa AS. Hanya saja sensor ketat tersebut tidak menyiutkan nyali Chomsky dan rekan-rekannya untuk terus aktif mengungkap kesewenang-wenangan rezim Washington. Melalui media cetak dan situsnya sendiri, kelompok ini tetap aktif memberikan pencerahan kepada masyarakat dunia akan sepak terjang Gedung Putih dan bahaya yang ditimbulkannya bagi rakyat AS dan dunia secara umum, dunia kita saat ini.

Kita tahu, salah-satu isu dan fakta utama jaman kita saat ini adalah maraknya terorisme, salah satu masalah yang menurut Noam Chomsky adalah kebohongan besar Gedung Putih di balik slogan perangnya melawan teror ini. Tak lain karena “AS memimpin sendiri gerakan terorisme di dunia”, demikian Noam Chomksy menyatakannya dengan lugas. Untuk membuktikan kebenaran klaimnya, Noam Chomsky membeberkan beberapa contoh yang diantaranya dukungan AS kepada operasi teror untuk menggulingkan pemerintahan Nikaragua yang terbentuk melalui revolusi tahun 1979. Chomsky menulis, “Operasi ini dikutuk oleh mahkamah internasional dan Dewan Keamanan merumuskan dua resolusi berkenaan dengan hal ini, namun AS memveto keduanya.” Pemerintahan Reagan telah melakukan banyak kejahatan terorisme, yang salah satunya adalah aksi penembakan pesawat komersial Iran tahun 1988 yang menewaskan sekitar 300 penumpang sipil. Chomsky juga menyebutkan operasi militer AS ke sejumlah negara pada masa itu dan menilainya sebagai invasi dan pelanggaran kedaulatan negara lain. Aksi ini menurutnya jauh lebih buruk dari terorisme yang dikenal oleh masyarakat dunia.

Mengenai era baru perang melawan teror yang dikumandangkan oleh George Walker Bush, figur yang tak bermartabat dan memalukan bagi manusia itu,  pasca peristiwa 11 September, Noam Chomsky menyatakan bahwa mereka yang saat ini mengaku sebagai pemimpin perang melawan teror adalah orang-orang yang sebelum ini pernah divonis oleh mahkamah internasional sebagai pelaku teror. 20 tahun yang lalu mereka mengumumkan perang anti teror, tapi semua menyaksikan apa yang mereka lakukan. Sepak terjang mereka telah mengakibatkan kerugian yang besar bagi kawasan Amerika Tengah dan berapa banyak nyawa warga sipil yang melayang akibat perang ini. Lebih lanjut Noam Chomsky menegaskan, “Jika mau, kami dapat menyusun daftar seluruh kehancuran yang dihasilkan oleh kinerja AS. Sepak terjang ini tidak berkesudahan. Karena itu dapat dikatakan bahwa AS tidak pernah melakukan langkah apapun unhtuk memerangi terorisme.”

Ia pun lebih lanjut menyebut nama dua orang yang paling berpengaruh dalam perang anti teror saat ini. Mereka adalah John Negroponte sang arsiktek politik perang melawan teror dan kedua Donald Rumsfeld, komandan lapangan (di mana mereka sendiri lah yang menciptakan fron-fron dan kelompok-kelompok teroris). Mengenai Negroponte yang menjabat sebagai direktur intelijen nasional AS, Chomsky menyatakan, “Saat menjadi duta besar AS di Honduras, John Negroponte adalah rekan kerja direktur operasi utama dalam perang melawan pemerintahan Sandinista.” Chomsky juga menyebut Donald Rumsfeld, menteri pertahanan AS (kala itu), lebih buruk dari Negroponte. Chomsky menulis, “Pada masa Reagan, Rumsfeld berperan sebagai utusan khusus Presiden ke Timur Tengah. Tugas utama yang dipikulnya adalah menjalin hubungan yang dekat dengan Saddam Hossein (sang tiran yang kelak akan dimanfaatkan AS dan sekutunya untuk memerangi Iran), untuk memudahkan AS memberikan bantuan kepada Irak. Salah satu bantuan yang dimaksud adalah bantuan senjata pemusnah massal yang digunakan rezim Saddam untuk melakukan pembantaian massal terhadap warga Kurdi Irak dan Muslim Syi’ah. Setelah perang Irak-Iran berakhir, bantuan itu bahkan masih terus mengalir.”

Chomsky tak lupa menambahkan bahwa penyebab utama kebencian masyarakat dunia khususnya di Timur Tengah terhadap AS, adalah dukungan mutlak Washington kepada rezim-rezim despotik dan kelompok-kelompok teroris yang dapat dimanfaatkan Amerika di berbagai belahan dunia, termasuk ISIS dan yang sejenisnya saat ini, yang salah satunya adalah rezim Zionis Israel yang selama berpuluh tahun menelantarkan, menculik dan membantai rakyat Palestina. Bahkan, Chomsky tak sungkan-sungkan menyebut AS sebagai rezim teroris yang melindungi para teroris. Tak lupa pula kritikus jempolan ini menyebutkan nama sejumlah orang penting yang terlibat aksi terorisme dan pembantaian warga sipil dalam skala besar. Mereka yang sebenarnya dalam pengejaran itu dilindungi dan hidup bebas di AS. Apalagi, aksi teror mereka juga mendapat dukungan dari Gedung Putih.

Singkatnya, Noam Chomsky meragukan kebenaran klaim perang melawan teror yang disulut oleh AS, tak lain karena yang membuat group-group teroris adalah Amerika sendiri.

Saat memberikan sambutan pada seminar tahunan Organisasi Amnesti Internasional Januari 2005 silam, Noam Chomsky mengungkapkan adanya peringatan rahasia yang disampaikan dinas-dinas intelijen kepada para perancang perang Irak bahwa perang ini kemungkinan akan semakin meningkatkan ancaman terorisme di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Washington dan London memiliki tujuan lain dalam menginvasi Irak, bukan untuk menumpas gerakan terorisme, namun justru mereka lah yang menciptakan milisi-milisi terrors yang dimainkan sesuai dengan kendali politik dan finansial Ingris dan Amerika, sebagaimana ISIS saat ini yang diciptakan Amerika, Israel, Ingris dan didanai bersama-sama dengan Rezim Saud dan Qatar.  

Khusus untuk kasus Palestina, dalam sebuah pernyatannya, Noam Chomsky mengungkapkan sejumlah fakta tentang kejahatan orang-orang Zionis terhadap rakyat Palestina. Katanya, “Pada tanggal 3 Oktober tahun 2000, Presiden AS saat itu, Bill Clinton, mengeluarkan instruksi pemberian suku cadang militer dan helikopter tempur Apache yang merupakan helikopter tempur tercanggih buatan AS kepada Israel. Masalahnya adalah penguasa Gedung Putih tahu persis, apa yang akan dilakukan Israel dengan helikopter ini.”

Dengan helikopter pemberian Bill Clinton inilah tentara Zionis melakukan kejahatan besar terhadap rakyat Palestina. Berapa banyak warga Palestina yang gugur syahid menjadi sasaran roket dan peluru-peluru yang ditembakkan oleh helikopter Apache. Dengan kata lain, helikopter AS dengan pilot Israel melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina. Noam Chomsky melanjutkan, “Jika orang-orang Arab Palestina membalas serangan itu, mereka akan langsung dicap sebagai teroris.” Persis di sini lah, Noam Chomsky dengan tegas mengkritik dukungan AS kepada Israel, dengan mengatakan, “Selama tiga dekade, AS mengerahkan segenap daya dan kekuatan untuk membela sekutu terdekatnya di Timur Tengah, yaitu Israel.”  

Iran dan Muslim Syi’ah yang Bermartabat dan Merdeka

Tak hanya soal-soal di atas, hubungan AS dan Iran juga disoroti dengan tajam oleh Professor Chomsky dengan brilian dan jernih. Menurutnya, dukungan AS kepada Iran dibawah rezim Syah Pahlevi adalah berkat ketergantungan Syah Pahlevi kepada AS. Kita tahu, Rezim Syah Phalevi yang manut dan mau diperbudak Israel dan Amerika ini kelak akan di-revolusi oleh jutaan Muslim Syi’ah Iran yang bangga dengan teladan Islam dan para imam suci Ahlulbait mereka. Noam Chomsky juga mengkritisi kebijakan AS yang cenderung memusuhi Iran pasca revolusi Islam. Mengenai isu nuklir, Chomsky menyatakan, “Selama tiga tahun Iran menangguhkan aktivitas pengayaan uranium yang sudah menjadi haknya, hanya untuk memupuk kepercayaan umum akan status damai program nuklirnya. Namun AS dan Eropa menyalahgunakan niat baik Iran ini.” Akibatnya, Iran tidak lagi menaruh kepercayaan kepada Eropa.  Singkatnya, Professor Noam Chomsky dalam banyak kesempatan dan tulisan-tulisannya tak segan-segan melayangkan kritik dan kecaman secara blak-blakkan dan tanpa sungkan-sungkan terhadap kebijakan militerisme AS. 



Jumat, 22 Agustus 2014

Jangan Bela Islam Dengan Makian



Oleh Nadir Amirali

“Ajaklah orang-orang (kepada kebenaran) tanpa menggunakan lidah-lidah kalian.” ~ Imam Jafar al-Shadiq as.

Salah satu alasan penting—jika bukan yang paling penting—Nabi saw. diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan karakter moral kita. Beliau datang ke dunia ini untuk mengajak kita kepada Kebenaran. Tapi bagaimana beliau melakukan itu? Beliau mengajak kepada kebenaran lebih dari sekedar dengan lidah. Beliau menyeru orang-orang dengan lidahnya, perilakunya, kebiasannya, dan dengan setiap inci tubuh dan jiwanya. Nabi merupakan manifestasi Kebenaran di segala cara lebih dari yang bisa kita bayangkan. Hadis dari Imam Jafar al-Shadiq di atas, sangat penting untuk diingat dan dilakukan.


Hari ini, umat muslim menderita karena berbagai masalah: Islam dilihat sebagai hal-hal praktis, misoginis, dan kepercayaan abad pertengahan dengan hukum-hukum yang tidak manusiawi. Umat muslim dipandang sebagai pelaku kekerasan, teroris yang menindas wanita dan pembawa bom bunuh diri. Sekarang, banyak alasan kenapa Islam dan muslim memiliki reputasi buruk di mata masyarakat, dan saya bahkan tidak bisa menguraikan alasan-alasan tersebut. Tapi saya melihat satu hal yang tidak membantu sama sekali, yakni kurangnya karakter moral kita.

Kunjungi YouTube dan carilah video yang berhubungan dengan muslim. Setiap video, sekalipun yang pro-Islam. Lihat ke bagian komentar dan bacalah. Banyak kata-kata kotor, kan? Suatu hari, saya sedang melihat video Glenn Beck yang marah-marah tentang “Islamofascism” dan bagaimana moralitas politik akan menghancurkan kita semua. Setelah menyaksikan itu, saya memutuskan untuk berkomentar tentang standar ganda kebijakan luar negeri Amerika. Tidak lama kemudian, saya menerima pesan pribadi:

“Go Islamo**** yourself you ****sucking pedophile worshipper!”

Itulah pesan yang saya terima. Sama sekali tidak masuk akal. Saya tidak mengerti bahkan, mengapa orang ini mengirimkan pesan itu karena saya tidak menghina atau menyebut nama siapapun. Saya bahkan tidak tahu apa tujuan yang dia capai dengan mengirimkan pesan seperti itu.

Awalnya saya cukup terganggu dan berpikir untuk membalasnya, tapi saya sadar bahwa hal itu hanya akan memulai persaingan dan kata-kata makian. Saya mengabaikannya dan menghapus pesan itu. Namun, jika kalian melihat bagian komentar di bawah video yang berhubungan dengan Islam, kalian akan melihat beberapa orang benar-benar mencoba “membela” Islam, seperti:

“Man **** anyone who thinks this video is funny. people die in ashur for Imam Hussein SALAM ALLAH ALAH…..And u sons of ******* put music in it…..Allah EW Akbar”

Seperti inikah cara kita membela agama Kebenaran?! Nabi mengajarkan kita untuk menjadi beradab bahkan di depan kelompok barbar, namun beginikah kita berkelakuan? Sangat kacau balau: kita memilih untuk tidak lebih tinggi di atas malaikat (sebagaimana mestinya), tapi membungkuk lebih rendah dari hewan. Ya, kita harus membela Islam, tapi belalah tidak hanya menggunakan kata-kata, tapi juga perilaku kita. Hanya karena seseorang menyebut kita “ragheads” [pelecehan untuk pemakai serban] bukan berarti kita harus menyebut mereka “crackers” [istilah rasis untuk orang kulit putih]

Saya pernah mendengar ceramah Syekh Jehad Esmail waktu Arbain dan beliau memberikan sebuah contoh yang bagus tentang bagaimana membela Islam, tapi pada saat yang sama, mengajak orang kepada Islam. Dia berkata bahwa ketika kita punya, misalkan sepotong coklat yang manis, dan kita menceritakan kepada orang-orang di sekitar kita betapa lezatnya coklat itu, tapi kita makan tanpa membaginya, apa yang orang lain dapat pelajari? Mereka tidak dapat merasakan coklat. Lalu bagaimana mereka tahu rasanya enak atau tidak? Di sisi lain, jika kita mengambil sepotong coklat dan memotongnya menjadi dua bagian dan membagi kepada orang di sekitar kita, kita tidak perlu mengatakan kepada mereka betapa lezatnya coklat itu. Mereka akan merasakannya sendiri!

Begitu pula, ketika berbicara tentang Islam, kita bisa mempromosikan Islam sebanyak yang kita mau dengan lidah kita dan mengatakan bahwa Islam menghormati orang lain dan agama yang toleran, tapi kita tidak akan mendapatkan satu orang pun pengikut. Jika kita benar-benar menghormati orang lain dan benar-benar berperilaku berdasarkan ajaran Islam, kita tidak perlu mengatakan sepatah katapun. Perilaku kita akan berbicara. Inilah apa yang Imam Shadiq maksud ketika beliau bersabda, “Ajaklah orang-orang (kepada kebenaran) tanpa menggunakan lidah-lidah kalian.”

Kita harus menumbuhkan jiwa positif, identitas Islam. Kita harus menjadi orang yang paling bekerja keras, hormat, bersih, dan setia di dalam masyarakat. Jika kita menjadi muslim yang baik, tidak hanya akan menarik orang-orang kepada Islam, kita akan menyiapkan sebuah contoh baik bagi pemuda-pemudi untuk diikuti. Ketika mereka melihat sebuah agama dipraktikkan sebagaimana mestinya, mereka akan tumbuh menjadi muslim kuat yang memegang bendera Allah dan nabi-Nya dengan bangga.

Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2010 



Senin, 18 Agustus 2014

Tak Ada Syi’ah atau Sunni, Ini Soal Perebutan Jalur Minyak




“Tak ada Sunni-Syi’ah”, demikian ujar senator antagonis Amerika dalam film Shooter, “yang ada adalah perebutan pipa minyak.”

Pasca dorongan US, Pihak Free Syrian Army (FSA) melalui National Coalition meminta intervensi militer Internasional untuk melawan kelompok ISIS (Islamic State) yang beroperasi di Suriah.

Polemik (diantaranya) –dan apa yang harus dilakukan oleh Rusia?

[1]. Jika Rusia menyetujui Intervensi Militer (yang tentunya akan digawangi oleh AS), maka pola Operasi NATO di Libya akan berulang di Suriah (Jatuhnya Suriah ketangan AS, lihat Protokolat Doha).

[2]. Jika Rusia menolak dan mencegah intervensi ini, dengan sebaliknya tidak melakukan apapun terhadap kelompok ISIS yang memerangi FSA, maka tuduhan pembiaran atas kekejaman ISIS akan ditujukan pada Rusia, yang berimbas pada kian terbukanya pintu bagi tekanan meluas yang akan bersinergi dengan serangan sanksi ekonomi yang terus diluncurkan oleh Blok Barat terhadap Rusia terkait konflik Ukraina.

[3]. Jika Rusia menolak Intervensi Internasional yang dipelopori AS, dengan di sisi lain mengambil-alih sendiri penanganan Intervensi militer untuk menyerang kelompok ISIS, maka, AS berhasil menunggangi dan Mengarahkan Issue dan Sentiment ‘Jihad (Pan Salafi)’ berfokus untuk melawan Blok Timur.

[4]. Jika Rusia menolak Intervensi Internasional yang dipelopori AS, dengan di sisi lain mengambil kebijakan alternative, yakni, dengan memberikan bantuan persenjataan (pesawat tempur, artillery, drone, dan lain-lain) pada Pasukan Pemerintah Suriah guna menekan pergerakan ISIS pasca seruan FSA ini, maka, AS dapat menghembuskan propaganda melalui negara-negara sekutu Arabnya, baik Qatar, Jordan, Turki maupun Saudi, bahwa penggelontoran bantuan persenjataan Rusia kepada Pemerintah Suriah adalah bentuk perang terbuka yang dikumandangkan oleh Blok Timur terhadapSunni, sekalipun agenda yang diusung oleh FSA (dan aliansinya dibawah payung SNC) adalah Demokrasi dengan Liberalisme di bidang ekonomi.

Interaktif: Bilamana (dan hanya jika) Anda adalah salah-satu Staf Ahli Panglima yang bekerja di Kremlin, maka, masukan apakah yang akan Anda ajukan ke Moscow untuk menyikapi polemik ini? 

Tentara Republik Islam "Syi'ah" Iran.
 Tentara Israel
 Jet Tempur Iran.
 Jet Tempur Iran.
 Jet Tempur Israel.
 Jet Tempur Israel.

Jet Tempur Israel.