Oleh Jim
Al-Khalili
“Saatnya telah tiba,” kata Walrus,
“untuk membicarakan banyak hal”…
Lewis Caroll, Through the Looking Glass
“untuk membicarakan banyak hal”…
Lewis Caroll, Through the Looking Glass
…tentang atom, bintang, dan galaksi,
dan apa arti black hole;
dan apakah ruang Einstein bisa cukup
menekuk untuk jadi mesin waktu.
dan apa arti black hole;
dan apakah ruang Einstein bisa cukup
menekuk untuk jadi mesin waktu.
Buku ini diperuntukkan bagi semua orang—saya
tahu setiap orang—yang penasaran mengenai konsep-konsep yang terdengar eksotis
seperti black
hole, lengkungan ruang, Big Bang, perjalanan waktu, dan alam
semesta paralel. Dalam menulis buku ini saya bertanya pada diri sendiri apakah
orang awam bisa memahami sedikit tentang beberapa ide fisika modern tanpa ingin
sekali mengecek sebelumnya bahwa IQ mereka menjangkau tugas tersebut.
Subjek buku ini telah diliput di tempat lain
pada banyak level berbeda. Yang paling puncak adalah teks tingkat tinggi atau
karya ilmiah untuk praktisi di bidang tersebut. Ini adalah buku jampi penyihir,
hanya bisa diurai oleh segelintir orang yang memiliki hak istimewa. Kemudian
ada buku teks yang ditujukan kepada mahasiswa fisika. Ini juga memuat beberapa
jampi, tapi tak terlalu kuat. Di bawahnya ada pasar sains populer. Buku-bukunya
ditujukan kepada non-ilmuwan karena memuat sedikit matematika atau tidak sama
sekali. Namun, buku tersebut hanya menarik mereka yang (a) ilmuwan atau (b)
fans buku semacam itu, yang telah membaca buku-buku serupa mengenai subjek
tersebut tanpa kecuali.
Jadi, saat menulis buku ini saya mengerahkan
segala upaya untuk memangkas jargon ilmiah sebanyak mungkin. Belakangan ini
para penulis sains populer, pada umumnya, semakin cakap dalam menjelaskan
konsep-konsep kompleks memakai istilah sehari-hari. Tapi sekali-sekali kita
akan memakai ‘bahasa Jargon’ sebab kita lupa bahwa ia tak mengandung makna yang
sama untuk setiap orang.
Sepuluh menit, pendek atau panjang?
Pada suatu musim panas, saat berusia sekitar
sepuluh atau sebelas tahun, saya jadi tertarik dengan konsep waktu. Dari mana
ia berasal? Apa kita menemukannya ataukah ia senantiasa ada? Apakah masa depan
telah eksis di suatu tempat? Apakah masa lalu masih sedang dimainkan?
Pertanyaan-pertanyaan yang mendalam bagi seorang anak kecil. Tapi, sebelum Anda
mengira ini adalah bakat kanak-kanak saya, izinkan saya berbagi dengan Anda ide
saya tentang perjalanan waktu. Saya tahu bahwa di sisi lain dunia, di suatu
tempat di tengah-tengah Samudera Pasifik, terdapat garis tak nampak yang
menjulur dari Kutub Utara ke Kutub Selatan yang membagi dunia ke dalam hari ini
dan kemarin! Jika sebuah kapal dilabuhkan di tengah garis ini, maka di satu
ujung kapal boleh jadi berpukul 09.00 Selasa pagi dan di ujung lainnya masih
pukul 10.00 Senin pagi. Tentu ini merupakan contoh jelas perjalanan waktu, cuma
dengan berjalan beberapa yard di sepanjang geladak!
Ok, saya tahu ada sesuatu yang mencurigakan
dan saya ingat suatu malam ayah saya menjelaskan kepada saya bahwa zona-zona
waktu di seluruh dunia hanyalah penemuan manusia. Contoh, bila diputuskan bahwa
saat tengah malam di New York, Inggris sudah berpukul 05.00 pagi, ini hanyalah
cara kita memastikan bahwa, seraya Bumi berputar, dan berbagai negara menghadap
ke arah matahari, durasi siang kurang-lebih sama untuk setiap orang, jika tidak
pada waktu yang sama. Saya mengikuti semua ini, tapi sedikit banyak membuat
saya kecewa. Pasti konsep ‘waktu’ lebih dari sekadar itu, sesuatu yang lebih
misterius. Saya berteori tentang waktu yang mengalir dengan laju berbeda-beda
yang tergantung pada mood saya. Jam pasti melambat menuju akhir pelajaran
sekolah dan, begitu hari ulangtahun saya mendekat, minggu dan hari hampir
berhenti.
Kini giliran anak-anak saya yang sampai pada
kesimpulan ini. Jika saya memberitahu mereka bahwa mereka punya waktu sepuluh
menit lagi sebelum mereka harus menaruh mainan, mereka sungguh serius saat
bertanya apakah itu adalah sepuluh menit pendek, menengah, atau panjang?
Bagaimanapun, siapa yang bisa membantah observasi sederhana bahwa, bagi seorang
anak kecil, waktu berjalan sangat lambat. Satu tahun adalah waktu yang sangat
panjang bagi anak berusia lima tahun sebab angka itu menyusun seperlima hidup
mereka, tapi semakin tua usia kita, semakin cepat rasanya tahun-tahun meluncur:
dapatkah Anda percaya sekarang sudah Natal lagi!? Atau: benarkah sudah tiga
tahun berlalu sejak saya terakhir kali berada di sini? Dan sebagainya.
Jauh dalam lubuk hati, kita merasa tahu
bahwa waktu mengalir dengan laju tetap. Ketika ditanya seberapa cepat waktu
mengalir, respon fasih dan lazim para ilmuwan adalah mengatakan bahwa lajunya
satu detik per detik. Dalam kultur kita, kita percaya bahwa, tak peduli
seberapa subjektif kita merasa tentang aliran waktu, terdapat jam kosmik yang
menandai detik, menit, jam, hari, dan tahun di setiap tempat di Alam Semesta
tanpa belas kasihan dan tanpa dapat ditawar dan tak ada yang bisa kita lakukan
untuk mengubahnya.
Ataukah ada? Apakah waktu kosmik semacam itu
betul-betul eksis? Fisika modern telah menunjukkan bahwa ia tidak eksis. Jangan
khawatir, terdapat bukti amat kuat untuk mendukung ini. Sebelum saya beranjak
lebih jauh, cobalah ini sebagai ukuran: kita merasa yakin bahwa perjalanan
waktu ke masa depan adalah mungkin. Ilmuwan telah berhasil
menjalankan banyak eksperimen yang menguji ini dan membuktikannya di luar
dugaan. Jika Anda meragukan kepingan informasi yang mengagumkan ini, bahkan
mungkin mengherankan, maka itu bukan akibat penutup-nutupan oleh pemerintah ala
X-Files
melainkan lebih karena Anda belum menjalani mata pelajaran relativitas khusus.
Semua akan diungkap, saya harap, dalam buku ini.
Akal sehat
Barangkali wajar mengatakan bahwa kebanyakan
orang tidak mempunyai hubungan yang baik dengan teori-teori relativitas
Einstein (ya, ada dua teori). Jadi saya tak pernah terkejut oleh respon yang
saya peroleh ketika memberitahu teman-teman non-ilmuwan bahwa tak ada yang bisa
berjalan lebih cepat daripada cahaya. “Bagaimana kau tahu?” tanya mereka.
“Hanya karena ilmuwan belum menemukan sesuatu yang bisa berjalan lebih cepat
daripada cahaya bukan berarti bahwa kau tidak akan menarik kembali ucapanmu
suatu hari nanti. Kau sebaiknya lebih berpikiran terbuka pada
kemungkinan-kemungkinan lain yang mungkin belum terjadi padamu. Bayangkan
memperlihatkan televisi kepada sebuah suku terpencil di pedalaman Amazon yang
belum pernah melihatnya sebelumnya,” dan seterusnya. Saya tak sedikitpun
terganggu oleh respon ini sebab sikap inilah yang saya harap dimiliki oleh
pembaca buku ini. Yakni, berpikiran terbuka dan mempunyai kemampuan untuk
menerima pandangan keduniaan yang baru sekalipun itu bertentangan dengan segala
yang Anda yakini, atau apa yang biasa Anda sebut akal sehat.
Albert Einstein pernah dikutip mengatakan
bahwa akal sehat hanyalah prasangka yang kita peroleh pada usia delapan belas.
Jadi, bagi suku Amazon yang belum pernah melihat televisi sebelumnya, akan
bertentangan dengan akal sehat mereka bahwa kotak semacam itu bisa berbicara
kepada mereka dan mempertunjukkan kepada mereka seluruh dunia di dalamnya. (Ok,
saya berasumsi mereka mempunyai listrik dan pembangkit listrik!) Tapi saya
yakin Anda akan sependapat bahwa setelah kita menghabiskan cukup waktu dengan
suku ini untuk menjelaskan gelombang radio dan elektronik modern dan segala hal
lain yang membuat televisi bekerja, maka mereka akan dengan segan harus
menyesuaikan pandangan keduniaan mereka sehingga informasi baru ini tak lagi
bertentangan dengan akal sehat mereka.
Di permulaan abad 20, beberapa teori ilmiah
baru dikembangkan dan terbukti benar sampai sekarang. Di antara mereka ada yang
bertanggung jawab atas seluruh sains dan teknologi modern. Fakta bahwa kita
mempunyai jam digital, komputer, televisi, microwave, pemutar CD, dan hampir semua alat modern
lain merupakan saksi bahwa teori-teori ini, jika bukan seluruh cerita, sangat
benar dalam cara mereka menggambarkan dunia di sekeliling kita. Teori-teori
yang dibicarakan ini adalah relativitas dan mekanika quantum. Saya harus
menjelaskan bahwa teori sukses adalah teori yang bisa memprediksi apa yang akan
terjadi di bawah keadaaan tertentu: jika saya melakukan ini,
maka, menurut teori saya, akan terjadi itu. Jika saya menjalankan sebuah eksperimen dan
menemukan bahwa prediksi teorinya benar, maka ini adalah bukti yang mendukung
teori. Tapi teori tidak sama dengan hukum.
Hukum gravitasi menyatakan bahwa semua objek
di Alam Semesta ditarik ke satu sama lain oleh sebuah gaya yang tergantung pada
seberapa masif mereka dan seberapa jauh mereka terpisah. Ini tidak diragukan,
dan seraya kita tahu bahwa itu perlu dimodifikasi manakala kita berurusan
dengan objek-objek amat masif seperti black hole, kita mempercayainya seutuhnya manakala
menggambarkan cara objek yang jatuh berperilaku terhadap Bumi. Namun, sebuah
teori hanya bagus selama teori yang lebih baik tidak maju dan menyangkalnya.
Kita tak pernah bisa membuktikan sebuah teori, hanya bisa menyangkalnya, dan
teori sukses adalah teori yang tahan terhadap ujian waktu. Berlawanan dengan
pandangan banyak non-ilmuwan, kebanyakan ilmuwan lebih suka membuktikan bahwa
sebuah teori ilmiah itu salah, semakin terhormat semakin bagus untuk disangkal.
Jadi, karena teori-teori seperti mekanika quantum dan relativitas Einstein
telah bertahan selama sebagian besar abad ini, meski terdapat upaya tetap
fisikawan untuk membuktikannya salah atau setidaknya menemukan celah atau
kelemahan, kita harus mengakui bahwa kedua teori tersebut barangkali benar,
atau setidaknya berada di jalur yang benar.
Kembali ke masa depan
Maaf, saya menyimpang dari cerita. Saya harus
kembali ke hal menarik soal bahwa perjalanan waktu adalah memungkinkan. Nanti
dalam buku ini saya akan menjelaskan lebih dalam apa itu teori relativitas.
Sementara itu, berikut adalah contoh ajaran relativitas kepada kita. Jika Anda
bepergian dalam sebuah roket yang bisa berjalan begitu cepat mendekati
kecepatan cahaya, dan Anda mengitari Galaksi selama, katakanlah, empat tahun,
maka saat pulang ke Bumi, Anda akan sedikit terguncang. Jika kalender di roket
Anda menyatakan Anda berangkat Januari 2000 dan pulang Januari 2004, maka,
tergantung kecepatan persis Anda dan seberapa berliku jalur Anda melintasi
bintang-bintang, Anda mungkin menemukan bahwa menurut Bumi, tahun kepulangan
Anda adalah 2040 dan semua orang di Bumi telah bertambah tua 40 tahun! Mereka
akan sama-sama terguncang melihat betapa Anda masih tampak muda mengingat
betapa lamanya Anda, menurut mereka, telah pergi.
Jadi jam roket Anda, yang bepergian dengan
kecepatan amat tinggi, mengukur empat tahun, sedangkan jam Bumi telah
menghitung empat puluh tahun. Bagaimana ini bisa terjadi? Bisakah waktu
betul-betul melambat di dalam roket Anda akibat kecepatan tingginya? Bila
demikian, ini artinya, praktisnya, Anda telah melompat 36 tahun ke masa depan!
Walaupun saya akan kembali membahas ini nanti,
ide waktu yang melambat saat Anda bepergian pada kecepatan tinggi adalah
sesuatu yang betul-betul telah dicek dan dikonfimasikan berkali-kali dalam
eksperimen berlainan sampai derajat akurasi amat tinggi. Contoh, ilmuwan telah
menyinkronkan dua jam atom berpresisi tinggi, kemudian menempatkan salah
satunya di sebuah pesawat jet dan yang lainnya di sebuah laboratorium di Bumi.
Setelah jet pulang, kedua jam dicek lagi. Ditemukan bahwa jam yang bepergian
tertinggal sepecahan detik di belakang rekannya yang tinggal di rumah. Meski
kecepatan sedang seribu kilometer per jam (kecepatan terbang jet) adalah kecil
dibanding kecepatan cahaya (jutaan kali lebih cepat), selisih kecil, jika tidak
disebut mengesankan, antara catatan kedua jam tersebut riil. Jam-jam tersebut
begitu akurat sehingga kita tidak meragukan catatannya atau kesimpulan yang
kita tarik darinya.
Pembaca yang tidak tahu sesuatu tentang teori
relativitas mungkin ingin membantah pada poin ini bahwa contoh di atas tidak
sesederhana kedengarannya. Itu benar, tapi seluk-beluk hal yang dikenal sebagai
paradoks jam ini harus menunggu sampai saya membahas relativitas khusus di Bab
6. Untuk sekarang, cukup menjaga pembahasan pada level pernyataan sederhana,
tapi tepat sempurna, bahwa kecepatan tinggi memperkenankan perjalanan waktu ke
masa depan.
Bagaimana dengan perjalanan waktu ke masa
lalu? Dalam banyak hal, ini lebih mempesona lagi. Tapi ternyata juga jauh lebih
sulit. Mungkin mengejutkan Anda bahwa pergi ke masa depan lebih mudah daripada
ke masa lalu. Anda mungkin berpikir bahwa gagasan pergi ke masa depan lebih
menggelikan. Masa lalu mungkin tak dapat diakses, tapi setidaknya ada di luar
sana; ia telah terjadi. Masa depan, di sisi lain, masih harus terjadi. Bagaimana
Anda bisa pergi ke waktu yang belum terjadi?
Yang lebih buruk lagi, jika Anda percaya bahwa
Anda mempunyai suatu kendali atas takdir Anda, maka semestinya terdapat versi
masa depan dalam jumlah tak terhingga. Lantas apa yang mengatur versi mana yang
akan Anda datangi? Tentu saja, mendatangi masa depan lewat perjalanan antariksa
kecepatan tinggi tidak berarti bahwa masa depan sudah ada di luar sana menanti
Anda. Itu hanya berarti Anda meninggalkan kerangka waktu orang lain dan
memasuki kerangka waktu di mana waktu bergerak lebih lambat. Saat Anda berada
dalam kondisi ini, waktu di luar berdetak lebih cepat dan masa depan menghampar
dengan kecepatan tinggi. Saat Anda bergabung kembali dengan kerangka waktu asli
Anda, Anda telah mencapai masa depan secara lebih cepat dibanding orang lain.
Ini sedikit mirip dengan bangun dari koma setelah berlalu beberapa tahun dan
berpikir bahwa Anda koma selama beberapa jam saja. Perbedaannya tentu saja
adalah bahwa Anda akan terguncang saat pertama kali Anda memandang cermin dan
melihat betapa Anda telah jauh menua, sedangkan dalam kasus perjalanan high speed,
jam tubuh Anda dan segala sesuatu di roket betul-betul berada dalam kerangka
waktu berbeda. Yang betul-betul aneh adalah bahwa Anda tidak melihat sesuatu
yang berbeda saat Anda bergerak pada kecepatan ini. Bagi Anda, waktu berjalan
pada laju normalnya di roket dan jika Anda bisa melihat ke luar jendela, Anda
akan, paradoksnya, melihat waktu di luar berjalan lebih lambat!
Namun, ada pengecualian untuk ini. Sekali Anda
mencapai masa depan, Anda terpaku di sana dan tak bisa pulang ke masa kini yang
Anda tinggalkan. Tanggal keberangkatan Anda dengan roket kini berada di masa
lalu Anda dan perjalanan waktu ke masa lalu agak menjadi persoalan. Tapi
menyebutnya sebagai persoalan tidaklah sama dengan menyatakannya mustahil.
Bertemu diri Anda sendiri
Ada begitu banyak contoh mengherankan tentang
betapa menggelikannya jika perjalanan waktu ke masa lalu dapat dilakukan
sampai-sampai saya bisa mengisi seluruh buku ini dengan contoh tersebut.
Contoh, bagaimana jika perjalanan waktu ke masa lalu dapat dilakukan dan Anda
memutuskan mengunjungi diri Anda saat lebih muda di waktu persis sebelum Anda
menginvestasikan tabungan Anda dalam bisnis patungan yang Anda tahu akan gagal.
Jika Anda berhasil meyakinkan diri muda Anda agar tidak melaksanakannya, maka
kiranya hidup Anda akan berbeda. Pada saat Anda mencapai usia di mana Anda
pergi ke masa lalu untuk menasehati diri Anda agar membatalkan keputusan, tidak
akan ada kebutuhan untuk berbuat demikian sebab Anda tak pernah melakukan
investasi. Jadi Anda tidak pergi ke masa lalu. Tapi pada saat yang sama Anda
harus mempunyai ingatan tidak menginvetasikan uang lantaran diberitahu oleh
diri tua Anda yang mengunjungi Anda dari masa depan. Anda sekarang hidup di
sebuah dunia di mana Anda membuat keputusan untuk tidak berinvestasi. Apakah ini gara-gara Anda
bertemu diri tua Anda yang menasehati agar tidak melakukannya? Bila demikian,
bagaimana Anda bisa menjadi orang tersebut yang merasa perlu pergi ke masa lalu
untuk memperingatkan Anda terhadap sesuatu yang akhirnya tidak Anda lakukan?
Jika Anda sama sekali bingung dengan apa yang
baru Anda baca, jangan khawatir, memang semestinya demikian. Itulah poin utuh
sebuah paradoks. Berikut adalah, secara sekilas, kemungkinan solusi. Jika Anda
pergi ke masa lalu untuk memperingatkan diri Anda agar tidak melakukan sesuatu,
maka kedua hal tersebut adalah benar. Pertama, fakta bahwa Anda akan pergi ke
masa lalu untuk menghentikan sesuatu yang telah terjadi mengandung arti bahwa
Anda pasti gagal dalam upaya tersebut lantaran itu memang terjadi.
Bagaimanapun, hanya ada satu versi sejarah. Kedua, Anda mesti mengingat sebuah
waktu di masa lalu saat Anda dikunjungi oleh diri tua Anda dan Anda tahu bahwa
itu adalah upaya sia-sia dan karenanya tahu bahwa itu tak layak dicoba. Di
sinilah penjelasan ini mogok. Jika Anda tahu tidak ada baiknya pergi ke masa
lalu untuk memperingatkan diri Anda dan kemudian memutuskan tidak pergi, lantas
siapa yang pergi? Anda harus pergi ke masa lalu sebab Anda ingat pernah bertemu
diri tua Anda yang mencoba meyakinkan Anda agar tidak masuk dalam bisnis
patungan. Ini berarti Anda tidak punya kebebasan untuk memilih tindakan. Jadi,
apa yang terjadi? Apakah suatu Penguasa Waktu muncul dan memaksa Anda memasuki
mesin waktu yang memperingatkan Anda tentang konsekuensi mengerikan terhadap
struktur ruangwaktu jika Anda tidak memasukinya?
Meski terdapat persoalan semacam itu, Anda
mungkin tertarik untuk mengetahui bahwa perjalanan waktu ke masa lalu ternyata
diperkenankan oleh teori relativitas umum Einstein, sebuah penemuan yang dibuat
setengah abad silam. Dan karena relativitas umum saat ini merupakan teori
terbaik kita mengenai sifat waktu, kita harus mempertimbangkan
prediksi-prediksinya secara serius sampai kita bisa menemukan alasan bagus,
barangkali berdasarkan pemahaman lebih mendalam akan teori tersebut, untuk
mengesampingkan mereka. Karenanya, Anda mungkin bertanya-tanya mengapa sampai
sekarang tak ada seorang pun yang mampu mengkonstruksi mesin waktu? Dalam buku
ini saya menjelaskan alasannya, menyinggung beberapa topik paling mempesona
dalam fisika.
Beberapa hal yang telah kita temukan mengenai
Alam Semesta kita begitu mengagumkan dan luar biasa sampai-sampai saya berharap
Anda akan merasa tertipu karena belum mengetahuinya hingga sekarang. Itulah
yang saya harap Anda dapatkan dari buku ini; berbagi perasaan penasaran yang
saya miliki tentang kosmos. Memberi Anda suatu amunisi ilmiah keras untuk
membuat teman-teman pesta makan malam Anda terkesan ketika diskusi perjalanan
waktu dimulai.
Terjemahan SeSa Media